DUTA Besar Antonio Carillo Flores adalah diplomat karier dari
Meksiko. Seperti umumnya diplomat beneran, ia punya banyak
lelucon. Walaupun setahu saya belum ada yang menandingi Carlos
Romulo, banyolan Duta Besar Flores lumayan aktualnya. Seperti
umumnya banyolan, ceritanya tidak perlu terjadi beneran. Yang
penting dalam mengisi acara cocktail atau santap malam ia tidak
boleh terlalu berat dicerna, tanpa harus mikir susah-susah,
tetapi tetap sopan dan punya kadar pesan yang dalam.
Di sebuah jamuan malam di ujung jalan samping dari Paseo de la
Reforma, Duta Besar Flores berkisah. Pada saat menyiapkan
kunjungan pertamanya ke Meksiko, Presiden John F. Kennedy
meminta nasihat. Apa yang harus, apa yang boleh, dan apa yang
tidak boleh dikerjakan oleh tamu terhormat presiden dan rakyat
Meksiko. Kenal kecerdasan Presiden Amerika Serikat dari New
England ini, Duta Besar Flores pun tahu apa yang harus
dituturkan.
+ Tuan Presiden, Anda punya dua keunggulan yang amat ampuh untuk
diplomasi. Kecerdasan, dan istri yang cantik. Saya mohon, jangan
digunakan dua-duanya. Karena tradisi diplomasi Amerika Serlkat,
saya tahu, tidak suka segala yang berlebihan.
- Tetapi saya perlu tahu, mana di antara keduanya yang Anda
sarankan saya gunakan.
+ Bangsa kami amat bangga pada masa lalu, tradisi dan kebesaran
tanah airnya, Tuan Presiden. Kami punya sastrawan, seniman, dan
negarawan yang unggul, menurut ukuran mana pun. Karena itu
kurang tepat kiranya, Tuan Presiden menggunakan kehebatan pidato
dalam jamuan kenegaraan. Orang Meksiko toh masih akan lebih
menghormati mutu soneta dan balada Mexicana dan Don Ramize,
misalnya. Sebaliknya, Tuan Presiden, kami juga bangga dengan
Macho, simbol kejantanan pria Meksiko. Karena itu, Madam Kennedy
lebih tepat digunakan sebagai ujung tombak diplomasi.
- Tetapi istri saya tidak fasih berbahasa Spanyol. Juga tidak
dapat berpura-pura pingsan oleh rayuan gombal pria latin.
+ Itu bisa dilatih, Tuan Presiden. Tak hanya untuk sesaat
penampilan. Memang harus dalam bahasa Spanyol yang fasih,
kekenesan dan lirikan mata Latin yang harus aduhai. Boleh bicara
apa saja, asal tidak mengatakan apa-apa. Seperti umumnya
phraseologi diplomasi.
- Baik, Tuan Duta Besar. Sekarang tanda mata apa yang harus saya
siapkan untuk Presiden Anda.
+ Di Meksiko, Tuan Presiden, kami lebih bangga memberi daripada
menerima.
- Tetapi saya toh harus membawa oleh-oleh.
+ Presiden kami seorang yang sederhana. Apa yang Tuan Presiden
suka, beliau pasti akan menyukainya. Bukan mutu atau nilai,
tetapi pancaran ketulusan pemberi yang penting, Tuan Presiden.
- Terima kasih, Tuan Duta Besar. Anda dapat mulai mempersiapkan
latihan pidato untuk Jackie. Saya berlatih sendiri untuk
berendah hati.
Kunjungan kenegaraan itu pun akhirnya terlaksana, dengan segala
warna extra vaganca Meksiko. Sambutan media massa hebat.
Kunjungan tentu saja seperti semua kunjungan kenegaraan.
Berhasil dengan baik.
Pada saat menjelang akhir rangkaian acara, diadakan pembicaraan
akrab kekeluargaan antara kedua kepala negara -- pasangan kepala
negara Amerika Serikat dan istrinya yang cerah-cemerlang pagi
itu, sedang digandeng Presiden Adolfo Lopez Mateos yang sedang
mengenakan arloji yang tampak unik. Bukan buatan Amerika. Maka
ia pun sangat ingin tahu.
- Tuan Presiden. Arloji Anda tampak unik. Saya belum pernah
melihat jam tangan semacam itu di Amerika maupun di Asia.
+ Ah, Anda tentu perlu suatu hari jalan-jalan ke Eropa Timur.
Lihatlah, arloji ini hadiah Marsekal Tito, bikinan Yugoslavia.
Teknologi mereka ternyata tidak terlalu ketinggalan. Bukan hanya
sputnik atau senjata, tetapi juga barang-barang konsumsi.
- Boleh saya lihat? Memang tampak bagus. Saya kira pembantu saya
perlu tahu kemajuan kerajinan tangan Yugoslavia ini.
Kennedy memang telah lupa pesan rendah hati Duta Besar Flores.
Di wajahnya tecermin rasa iri hati terhadap sukses diplomasi
arloji Marsekal Tito. Melihat gelagat itu, Presiden Lopez Mateos
pun segera berofensi.
+ Tuan Presiden, it's yours! Silakan Anda pakai jam itu untuk
Anda. Saya bangga sekali bila arloji itu akan amat berguna bagi
kelancaran tugas Anda membangun saling pengertian Timur dan
Barat.
Kennedy terpana. Ia tidak mengira Presiden Meksiko itu punya
keberanian moral, menghadiahkan kembali pemberian Marsekal Tito
kepada Presiden Amerika Serikat. Ia merasa berada selangkah di
belakang ofensif diplomasi Mateos. Belum usai Kennedy menyiapkan
langkah mengejar, serangan Presiden Meksiko itu pun datang
bertubi-tubi.
- Tuan Presiden. Rakyat Meksiko bangga sekali atas uluran
persahabatan yang justru lebih dahulu direntangkan Amerika
Serikat yang perkasa. Secara pribadi saya tidak pernah akan
dapat melupakan sanjungan Madam Kennedy. Saya harus mengaku,
kecantikan dan charm Jackie telah meluluhkan semua prasangka
Latin terhadap Amerika Serikat.
Presiden Lopez Mateos pun -- seperti biasa, dalam budaya Meksiko
-- mendekat dan merangkul Jackie. Diciumnya istri Presiden
Amerika Serikat yang tersohor cantik itu. Dibelainya bahu,
lengan yang terbuka dan mulus itu dengan gusto. Dipandangnya
wajah Jackie yang mulai blushing, memerah tersipu, dengan
pandang macho yang khas Meksiko. Pandangan yang selalu
memancarkan sinar mata kasmaran.
John Kennedy tak tahan lagi. Ia memang ingat pesan Duta Besar
Flores, tetapi ia bukan baja atau es. Pada titik ini, ia sudah
harus melangkah yang -- apa boleh buat -- secara diplomasi
mungkin mematikan.
+ Mr. President. I am sorry, but this is your watch. Take it
back. And let me have my wife back. I still need her.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini