SOAL mundurnya Syarnubi Said setelah gagalnya tim nasional di
SEA Games Singapura, mirip-mirip bola gila. Semula, sumpah
Syarnubi yang mau mundur karena kegagalan itulah yang membuat
organisasi tersebut menyelenggarakan Sidang Pengurus Paripurna
(SPP) yang berlangsung 6-7 Agustus ini. Tetapi dalam sidang,
masalah itu ternyata tidak menjadi bahan pembicaraan pokok.
"Pengunduran diri itu tak perlu dibicarakan. Karena pada
prinsipnya dia sendiri yang akan mundur dan ia berjanji akan
mundur pada Kongres Luar Biasa, November mendatang," ungkap
Sutyono J. Alis, sekretaris umum PSSI.
SPP ini, sebagaimana dikatakan Sutyono, antara lain membicarakan
eksistensi Liga Utama. Satu masalah yang belakangan ini hangat.
Terutama setelah PSSI melarang pemain asing, tanpa konsultasi
lebih dulu dengan klub-klub Liga. Sehingga mengaburkan hak
otonomi yang sudah diperoleh Liga setahun yang lalu.
Menurut Sutyono, SPP akan mengadakan beberapa perubahan dalam
Anggaran Dasar PSSI. Adanya Liga belum dikenal dalam (AD) PSSI.
Dalam SPP sekarang ini eksistensi Liga akan dijamin dengan
dicantumkan dalam rancangan AD yang kemudian akan disahkan dalam
kongres luar biasa nanti.
Liga, katanya, adalah satu badan yang tertinggi dalam pembinaan
persepakbolaan. Dia juga menjadi tempat untuk menampung aspirasi
pemain berbakat dan mereka yang ingin menjadikan sepak bola
sebagai karier.
"Jadi Liga merupakan embrio dari perkembangan sepak bola di
Indonesia untuk jangka panjang," ucap Sutyono.
Orang yang paling gembira dengan rencana pengakuan yang lebih
tegas pada Liga itu tak lain adalah Sigit Harjojudanto. Ketua
Harian Liga sekarang. Status otonomi Liga yang selama ini belum
tegas, menimbulkan kesimpang-siuran wewenang antara PSSI dan
Liga. Contohnya larangan terhadap pemain impor yang main di
beberapa klub Liga tempo hari.
Ketegasan status itu menurut Sigit penting untuk memantapkan
Liga dalam menjalankan tugasnya. Seperti membentuk tim nasional
untuk menghadapi pertandingan-pertandingan internasional. Dan
bisa mengatur kompetisi dengan lancar.
Dia mengharapkan gangguan terhadap kompetisi Liga, seperti yang
terjadi ketika persiapan tim nasional ke SEA Games Singapura
yang lalu, jangan sampai terulang lagi. Maksudnya pembentukan
tim nasional yang tidak menjadi tugas Liga Utama jangan sampai
mengganggu kompetisi Liga.
Memang sejak semula PSSI sudah menggariskan pemain Liga
dipersiapkan untuk Piala Dunia. Sedangkan SEA Games direkrut
dari pemain perserikatan. Tetapi entah bagaimana keadaan menjadi
darurat dan rencana itu ditendang begitu saja.
Sigit mengharapkan SPP memperjelas program-program PSSI. "Jangan
sampai terjadi perbenturan waktu misalnya, dalam persiapan
Pra-Olimpiade dan SEA Games seperti sekarang ini," katanya.
Program yang sudah ditetapkan harus dijalankan. Dan pembinaan
pemain dijalankan secara berkesinambungan.
Ia yang ditunjuk PSSI sebagai Ketua Pelaksana Pembentukan Tim
Pra-Olimpiade kelihatan tidak begitu bergairah untuk
membicarakan kemampuan tim yang sedang digodok dari 3 buah tim
bayangan, merah, hijau, dan putih. Akhir pekan kemarin Sigit
terbang ke Surabaya melihat persiapan tim Pra-Olimpiade Merah di
sana. "Perlu program jangka panjang untuk mencapai prestasi yang
tinggi. Karena pembentukan satu kesebelasan menyangkut banyak
sifat manusia yang perlu disatukan supaya dapat bekerja sama,"
komentarnya. Sebagaimana diketahui tim Pra-Olimpiade ini hanya
punya waktu dua setengah bulan mempersiapkan diri.
Berbagai kalangan mengharapkan SPP secara jujur mengevaluasi
rencana-rencana kilat seperti mempersiapkan tim untuk Pra
Olimpiade itu. Malahan ada yang mengharapkan dalam SPP ini sudah
dapat ditentukan apakah Syarnubi Said masih perlu dipertahankan
sebagai ketua umum. Yang terang SPP ini, yang dihadiri semua
anggota PSSI, akan menjadi arena lobi antara mereka yang pro dan
kontra pengunduran diri Syarnubi. Ada kabar yang menyebutkan
Syarnubi sendiri masih ingin tampil kalau panggung masih
terbuka. Kalau memang masih banyak anggota yang masih senang
dibawah pimpinannya.
Mengenai masalah suap-menyuap yang santer dihubungkan dengan
kegagalan tim nasional di SEA Games Singapura, tipis harapan
bakal mendapat kejelasan melalui berita yang keluar dari SPP
ini. Ada yang menyebutkan semangat melempem tim nasional yang
dibabat 5-0 oleh Muangthai di Singapura tempo hari, karena
"suntikan" berupa uang saku tak kunjung tiba. Kabarnya memang
ada usaha untuk mengumpulkan uang ratusan juta rupiah yang akan
dibuat sebagai penangkal suap dari tangan jahil.
Tetapi pelatih Iswadi Idris tidak percaya adanya usaha penangkal
suap itu ada. Ia malah menuduh usaha tersebut semacam suaD
tersamar. "Kalau ada permainan begitu, di luar pengetahuan saya.
Tentu tim antipenyuapan PSSI tak bakal tinggal diam. Mereka
ditunjuk sebagai anggota tim bukan untuk ongkang kaki," kata
Iswadi.
Semula, orang sudah berharap kalau memang ada kecurangan di
Singapura, sudah akan terbongkar dengan tuduhan yang dilontarkan
anak buah Iswadi, di Perkesa 78. Siswanto, yang menuduh sang
pelatih nasional berbuat curang hingga tim nasional gagal.
Tetapi tuduhan itu kemudian hilang begitu saja, setelah PSSI
cepat campur tangan dengan memanggil Siswanto.
Pemain yang diskors 1 tahun oleh Perkesa 78 karena indisipliner
itu, mencabut tuduhannya semula yang dia lancarkan lewat pers.
Dan hanya mengaku memberikan keterangan kepada wartawan tentang
pertentangan pribadinya dengan Iswadi. "Dengan penjelasan
Siswanto ini tak ada lagi persoalan," kata juru bicara PSSI,
Uteh Riza Yahya.
Namun apakah kasus Iswadi akan jadi pembicaraan di SPP, masih
harus dilihat dalam sidang yang akan berlangsung akhir pekan
ini. Yang pasti, PSSI memang punya beban yang menumpuk. Mungkin
perlu ditemukan segera calon ketua yang "tahan bantingan". Tidak
seperti selama ini, cuma tahan rata-rata separuh jalan dari 5
tahun masa kepengurusan yang berlaku seperti Bardosono, Ali
Sadikin, dan kalau tidak batal turun juga Sjarnubi Said yang
baru naik tahun 1981.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini