Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Piala thomas: 9-0 (dengan ...) piala thomas:9-0(dengan ...

Persiapan menghadapi perebutan piala thomas di bangkok mantap. pbsi mendapat kesulitan dalam menentukan anggota regu yang akan turun. team untuk menghadapi muangthai dan denmark berbeda. (or)

29 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MITHOS 'raksasa RRT' (Tang Hsien Hu dan Hou Chia Chang) tumbang di tangan Iie Sumirat dalam Invitasi Bulutangkis Asia di Bangkok, 2 bulan lalu. Dan Rudy Hartono berhasil mematok sejarah sebagai Juara 8 x All England, setelah menyisihkan Liem Swie King di final pada waktu yang bersamaan. Kejadian yang membuat penggemar Bulutangkis menarik nafas lega itu mengantar team Piala Thomas Indonesia ke arena pertarungan, pekan ini. Tapi sukses yang menempatkan ketiga pemain tunggal itu dalam kesejajaran, memusingkan pembina PBSI pula--untuk menetapkan anggota regu yang akan turun. Sebab dari salah seorang di antara mereka dituntut kemampuan untuk bermain ganda. Sementara itu pasangan ganda Christian/Ade Chandra dan Tjuntjun/Johan Wahyudi juga telah memasang tonggak kebolehan yang meyakinkan. Mengikut-sertakan kedua pasangan ganda ini dalam keutuhan, berarti menyebabkan kelebihan 1 pemain dari ketentuan. (Jumlah maksimal anggota regu yang diperkenankan hanya 6 pemain). "Tak pernah PBSI sepusing ini menetapkan suatu team untuk perebutan Piala Thomas", tutur Sudirman kepada TEMPO . "Masing-masing pemain punya kelebihan sendiri-sendiri". Memang. Sejak Indonesia pertama kali mengikuti kontes Piala Thomas dan berhasil menumbangkan supremasi Malaya di Singapura, 1958, sebegitu jauh baru sekali tersandung. Akibat 'skandal Istora' (1967) yang menghebohkan itu Honorary Referee, Scheele, menghentikan pertandingan lanjutan final pada kedudukan 4-3 buat Malaysia--dengan dalih publik sudah tak terkendali. Tetapi setelah bangkit kemhali merebut simbol supremasi bulutangkis dunia itu pada 1970 di Kuala Lumpur, kedudukan PBSI agaknya tidak pernah sekokoh seperti pada persiapan tahun ini. Sebab bila diukur secara individu, nyaris tak ada gelar juara yang tersisa buat lawan. Lihatlah: Rudy Hartono, Juara AllEngland. Liem Swie King Juara Invitasi Dunia. Iie Sumirat, Juara Invitasi Asia. Christian/Ade Chandra, Juara Ganda Invitasi Asia. Hanya pasangan Tjuntjun/ Johan Wahyudi saja yang agak bernasib malang tahun ini, akibat kegagalannya mempertahankan gelar Juara Ganda All England. Namun mereka tetap pasangan yang ampuh dan boleh diandalkan. Namun, supremasi dunia perorangan maupun beregu lengkap sudah di tangan Indonesia, kebolehan yang diraih itu kelihatan tidak sepenuhnya melegakan Pengurus Besar. "Segala cara masih akan kita gunakan untuk mempertahankan Piala Thomas", ujar Sudirman. Artinya: termasuk upaya pengamanan melalui faktor-faktor "non teknis". Rasa bimbang Pengurus Besar itu beralasan. Peristiwa tersisihnya pasangan Nyoo Kim Bie/Tan King Gwan di tahun 1961. dan meledaknya 'skandal Istora', konon disebabkan oleh unsur "non teknis" tadi. "Kita tidak ingin kejadian semacam itu terulang kembali", lanjut Sudirman - seraya mengungkapkan bahwa untuk team yang sekarang, segala sesuatu yang menyangkut "warisan nenek-moyang" itu telah dipersiapkan oleh seorang tokoh bernama M. Terserah pembacalah. Kerikil-kerikil -- atau kerakal-- di jalan yang terbentang untuk mempertahankan Piala Thomas, memang agaknya berujud penentuan nama-nama yang akan dipasang menghadapi Muangthai dan Denmark - kedua team yang diperhitungkan bakal menjadi lawan Indonesia pada semi-final dan final. Hari-hari terakhir ini pimpinan dan tokoh-tokoh bulutangkis tampak terus berunding untuk menyusun komposisi terbaik. "Pokoknya, sip", elak bekas pemain Piala Thomas 1958, Eddy Yusuf -- menyelimuti rasa terlalu yakin untuk menang. Namun, kendati Eddy Yusuf keberatan untuk membeberkan pilihan yang disepakati, kartu-kartu taruhan telah terkembang dalam test-trial di Istora Senayan, 14 sampai dengan 16 Mei lalu. Untuk partai tunggal, Liem Swie King menempati urutan teratas dalam pengumpulan angka (7) dari 3 kali kemenangannya atas Rudy Hartono ( 12-15, 15-6, dan 15-5), Iie Sumirat ( 15-8 dan 15-10) dan Tjuntjun (7-15, 15-8, dan 15-9). Di bawahnya menyusul Rudy Hartono (6) yang mengunci Tjuntjun (15-3 dan 15-5) dan Iie Sumirat (15 6,14- 15,dan 18-15).Tempat berikutnya diduduki Tjuntjun (3) yang hanya mencatat 1 kali kemenangan atas Iie (15-2. 6-15, dan 15-13). Akan Iie, ia hanya mencatat nilai 2 untuk pertarungan rubber-setnya. Angka-angka itu didasarkan atas penilaian:menang straight-set (3), menang rubberset (2), kalah rubber-set (1) dan kalah straight-set (O). Tapi, "pertimbangannya tidak terletak pada angka-angka itu saja. Faktor-faklor lain juga diperhatikan", kata Sudirman. Bertolak dari faktor X yang tidak diungkapkan Sudirman itu, dan berhubungan pula dengan tak mungkin diceraikannya pasangan ganda yang ada, terdapat kemungkinan kedua team yang akan dihadapkan kepada Muangthai dan kepada Denmark bakal berbeda. Untuk Muangthai, kelihatan yang akan diturunkan melayani permainan Bandid Jaiyen, Preecha dan Pichai, adalah Liem Swie King, Iie Sumirat dan Tjuntjun. Sementara pasangan gandanya merupakan tugas Christian/Ade Chandra dan Tjuntjun/Johan Wahyudi -- untuk menjinakkan Bandid /Pichai (mungkin juga Preecha /Krisda) dan Jiemsak/Surapong. Dengan demikian Rudy Hartono akan duduk di bangku cadangan pada pertandingan pertama tersebut. Buat menghadapi Denmark di final diperhitungkan dengan lebih dahulu mencegat Malaysia di semi final - akan dihadapkan susunan yang lain, dengan Iie menempai bangku cadangan. Persoalannya kini: siapa di antara Liem Swie King dan Rudy Hartono yang akan bertarung sehagai pemain Tunggal pertama dan kedua - sementara Tjuntjun tetap sebagai tunggal ketiga? "Kita lihat dulu siapa saja yang akan diturunkan Denmark ke Bangkok", ucap Eddy Yusuf. Hanya saja, karena pemain intinya tidak akan lain dari Svend Pri, Fleming Delf, Elo Hansen dan lainnya dengan kemungkinan Pri menempati urutan pertama maka pemain yang dinilai cocok untuk melayani Denmark ini tak lain Liem Swie King. Ini didasarkan pada keberhasilan King mengendailikan Pri di All England (1976). Sementara Rudy Hartono dipusatkan untuk meraih angka dari Flemming Delf pada malam pertama itu. "Maunya kita memang begitu", kata Eddy Yusuf. Digesernya Rudy ke tempat kedua kecuali kalau Denmark memakai strategi lain - bukan tak berdasar Sejak ia dikalahkan Svend Pri di final Piala Thomas ( 1973) dan All England ( 1975), psikologis Rudy dihinggapi beban mental yang berat menghadapinya. Harus diingat pula Pri memiliki teknik permainan yang baik, gampang menyesuaikan diri di segala cuaca, dan tampak selalu bertekad mengagalkan Rudy di mana saja. Seandainya ini berkejadian di malam pertama bukan mustahil team Indonesia akan kehilangan 1 angka kemenangan. "Team Denmark memang berbahaya". tambah Eddy Yusuf. Tapi. "percayalah regu kita akan mampu menjinakkan mereka". Lebih-lebih pasangan ganda Denmark Svend Pri/S. Skoovgard Sekalipun mereka berhasil melangkah ke final dalam All England lalu - sementara Tjuntjun/ Johan Wahyudi sudah tersisih sebelumnya tetapi keampuhan pasangan Tjuntjun/Johan Wahyudi belakangan ini sudah mulai pulih kembali. Bahkan dalam test trial, mereka berhasil menundukkan Christian/Ade Chandra dengan angka cukup meyakinkan: 15-8 dan 15- 9. Rasa kuatir yang masih menyelimuti PBSI kini, agaknya beranjak dari keinginan mencetak angka kemenangan: 9-O.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus