TAK banyak yang berubah pada Liong Chiu Xia, 35. Kakak kandung Tjun Tjun yang selama 1974-1979 menjadi pemain putri andalan RRC ini - dan sejak Oktober 1984 sudah bermukim kembali di Indonesia itu - tetap tampak fit. Berambut pendek, Chiu Xia - yang pada tahun 1979 menikah dengan seorang penari balet Hong Kong itu - kini tinggal di rumah merangkap gudang perusahaan adiknya, di daerah Kemanggisan, Jakarta Barat. Dua minggu lalu, namanya kembali menghiasi halaman surat kabar. Yang pertama karena ia disebut-sebut Tjun Tjun akan jadi pelatih tetap di klub barunya PB Lotto. Dan yang kedua, ketika PBSI, lewat penjelasan yang disampaikan Rudy Hartono kepada wartawan, menyebut-nyebut namanya sebagai salah satu pelatih tim putri di Pelatnas. Ditemui TEMPO, Sabtu pekan lalu, Chiu Xia, yang suka bicara apa adanya itu, tak membantah kabar tersebut. "Untuk Lotto sudah pasti. Tapi untuk Pelatnas, saya masih bingung, karena SK-nya belum keluar," kata juara nasional RRC pada 1975 itu. Belum merasa dihubungi secara resmi oleh PBSI, dia mengatakan "belum tahu" apa yang harus ia kerjakan di Pelatnas. "Cuma, Bapak Menpora memang sudah meminta saya menangani latihan putri, khusus untuk single,"katanya. Tentu saja, karena Menpora Abdul Gafur sendiri yang menemui dia di Hong Kong dan kemudian mengajaknya untuk membantu latihan tim putri Indonesia, setelah kegagalan tim Piala Uber Indonesia pertengahan 1984. Waktu itu, Chiu Xia sudah jadi warga negara Hong Kong. Mei ini juga Chiu Xia akan terjun melatih, menuangkan semua "pengalaman"-nya selama 13 tahun jadi pemain. Apa yang bisa diturunkannya untuk pemain bulu tangkis Indonesia? Chiu Xia terus terang menyatakan "banyak". Tapi, dia mengeluh, karena merasa belum pernah mengetahui program PBSI. Padahal, "Apa yang bisa dikerjakan, baru bisa dilaksanakan setelah program tadi jelas." Misalnya, kata anak keempat dari lima bersaudara ini, bagaimana program pembinaan pemain. "Saya lebih suka bicara soal pemain putri, karena itulah bidang yang saya ketahui," katanya. Karena ketidaktahuan program itulah, dia hingga kini belum sepenuhnya bisa memanfaatkan pengetahuannya. "Yang sepintas saya ketahui, dengan melihat pertandingan-pertandingan putri, adalah bahwa terasa sekali beberapa kekurangan Femam bulu tangkls Indonesla," tambah Chiu Xia. Antara lain kurang tangguh, kurang lincah, kurang akurat menempatkan bola, dan yang paling mencolok: kurang menyerang. "Tipe permainan saya, menyerang. Karena itu, jika nanti saya dipercaya untuk melatih tim putri, tipe itulah yang akan saya tekankan," katanya Dan untuk itu, dia mengatakan sudah siap dengar pelbagai persiapan latihan Dari mulai latihan fisik, yanl direncanakannya sekitar dua jam sehari. dan latihan teknis kurang lebih tiga jam sehari. Dengan jadwal latihan enam kali seminggu. "Semua dijalankan dengan disiplin keras. Sebab, disiplinlah, salah satu kunci keberhasilan bulu tangkis RRC," ujarnya. Di sana, kecuali Minggu, tak ada hari tanpa latihan bagi mereka yang sudah masuk asrama pembinaan bulu tangkis. Latihan seperti apa? Chiu Xia mengatakan cukup lengkap. Untuk fisik, misalnya, latihan lari, mengangkat barbel - dia mengaku ketika masih jadi pemain pernah mampu mengangkat barbel sampai 130 kg senam dan latihan gerak kaki. "Beberapa di antara jenis latihan itu belum saya lihat di lakukan di sini. Karena itu, saya sangsi, apa bisa diterima Pelatnas" katanya. Dengan porsi latihan seperti itu, katanya, paling cepat baru bisa dijadikan pemain yang "kualitas kematangan mainnya seperti Ivanna Lie", sekitar tiga tahun. Dengan catatan, ia menerima pemain yang belum jadi tapi sudah mengenal permainan bulutangkis. Dan memang itulah kecenderungan Chiu Xia: dia lebih suka melatih pemain sejak masih mentah. Pemain yang sudah sekaliber Ivanna, menurut dia, sudah matang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini