KETIKA Liem Swie King menggulung Ong Beng Tiong dari Malaysia
dalam pertarungan yang hampir tak seimbang, diam-diam permainan
itu diperhatian seorang pemain Cina yang terselip di antara
ribuan penonton yang memadati Istora Senayan, Jakarm setiap
gerak King diawasinya dengan saksama. Baik cara Kmg melakukan
smash, gerak kakinya dalam menutup lapangan, maupun permainan
jaringnya direkamnya di kepala.
Pemain Cina itu adalah Luan Jin, yang menempati urutan keenam di
antara 12 finalis putra Grand Prix Pro-Kennex. la memperhatikan
King karena esok harinya lawan itu harus dihadapinya. Jerih
payahnya itu tak sia-sia. Luan Jin tidak saja menjinakkan Kinn,
bahkan tampil sebagai juara pertama Grand Prix Pro-Kennex dan
menggondol hadiah US$ l0.000. Di final ia mengalahkan Morten
Frost Hansen. "Sekarang mutu pemain bulu tangkis dunia hampir
sama semua. Siapa yang lebih siap, dialah yang keluar sebagai
pemenang," kata Luan Jin.
Luan Jin anak bungsu dari lima bersaudara, lahir - di Kota
Xiamen, 1956. Sejak kecil ia sudah menggemari hampir semua
cabang olah raga. Walau bulu tangkis baru dikenalkan ketika ia
berusia 13 tahun, cabang olah raga ini telah mencuatkan namanya
di dunia internasional sejak l980.
Tapi perjalanan ke tangga juara bukan tak dilaluinya dengan
kerja keras. Luan Jin, berat 75 kg dan tinggi 181 cm, berlatih
enam hari dalam seminggu. Tak heran bila ia hampir sempurna
menutup sudut lapangan dari gempuran musuh. Di mana pun hola
ditempatkan, Luan Jin bisa mengembalikannya.
Luan Jin kini mengajarkan bulu tangkis di Institut Pendidikan
Jasmani di Provinsi Fujian, tempat ia dulu menimba ilmu. Sudah
dua tahun Luan Jin bekerja, tapi tetap berlatih dengan disiplin
yang tinggi. Segala bentuk latihan dilakukannya, mulai dari
latihan angkat besi, stroke, senam, sampai lari. "Kadang saya
berlari sejuah empat kilo setiap hari," katanya.
Menghadapi turnamen Pro-Kennex kali ini, Luan Jin mengaku
mempersiapkan diri lebih baik. Kegagalannya dalam rangkaian
turnamen Pro-Kennex sebelumnya di Eropa, dijadikannya
pengalaman yang berharga. Angka yang ia raih dalam Grand Prix
ini 410 - di bawah nama tenar pemain bulu tangkis dunia Morten
Frost Hansen (615), Liem Swie King (500), Misbun Sidek (455),
Icuk Sugiarto (440), dan Prakash Padukone (415). Sekalipun
berada di urutan ke enam dari dua belas finalis putra
Pro-Kennex ini, Luan Jin akhirnya mengungguli nama-nama tenar
itu. Bahkan semua kemenangannya lewat permainan straight set.
"Dalam bermain saya selalu ingin cepat menang, karena itu harus
bisa mengendalikan lawan. Kalau bermain lebih dari dua set
hasilnya bisa lain," katanya.
Melihat persiapan dirinya, masuk akal jika Luan Jin tak mengeluh
soal suhu udara, teriakan penonton atau kondisi lapangan.
Padahal, ia baru pertama kali ini bermain di Jakarta. Sampai
kapan bermain bulu tangkis? "Tergantung pada keadaan. Mungkin
sekitar satu atau dua tahun lagi," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini