SAAT pertama kali menginjakkan kaki di kompleks latihan klub Philips Sport Vereniging (PSV) Eindhoven, Belanda, ia dikira petugas cleaning service. Soalnya, di pakaian atau tas yang dibawa pemuda berkulit sawo matang dan berambut hitam itu, tak satu pun simbol PSV tertera. Salah sangka itu wajar. Sebab, itulah hari pertama Muhammad Rigan Agachi memasuki kompleks latihan. Dan, ini yang lebih penting, pemuda berusia 18 tahun ini adalah satu-satunya orang Asia yang bermain di klub sepak bola ternama di Belanda itu.
Itulah buah dari perjalanan panjang seorang remaja asal Ulujami, Jakarta Selatan, menuju Eindhoven. Tim utama PSV Eindhoven saat ini menempati peringkat kedua di Liga Belanda?setelah Feyenoord. Memang, Rigan hanya tercatat di Tim B PSV Eindhoven. Tapi Ronaldo, asal Brasil, pernah pula ?berguru? di sini, di Tim A PSV, sebelum melaju ke pentas dunia.
Tapi siapa si Rigan ini? Sebetulnya ia adalah bocah biasa saja yang, seperti umumnya anak Indonesia, senang sepak bola. Bahkan, menurut Ronny Pattinasarani?pengelola Sekolah Sepak Bola AS-IOP, tempat Rigan belajar mengolah kulit bundar?dari segi kemampuan teknis, banyak anak Indonesia yang punya kemampuan seperti Rigan. Tapi di sinilah bedanya: Rigan memiliki David Pono, 48 tahun, sang ayah, yang gila bola dan ingin melihat anaknya berlaga di liga Eropa. ?Sejak berusia 7 sampai 12 tahun, sayalah yang menalikan sepatu bolanya,? kata David, yang mengaku sehari-hari bekerja serabutan. Tentu ia pula yang mengantarkan anaknya berlatih.
Agar cita-cita David terwujud, Rigan dimasukkan ke berbagai klub dan sekolah sepak bola di Jakarta. Hasilnya, beberapa kali ia mewakili Indonesia di kejuaraan junior, seperti di Malaysia pada 1996. Ia juga mengikuti kursus bahasa Inggris sejak kelas enam SD agar lancar berkomunikasi nantinya. Rigan juga diikutkan bertanding di turnamen tarkam?antarkampung?yang memberinya banyak pengalaman, termasuk dikeroyok pemain lawan. Bahkan, ayahnya pernah kena pukul ketika hendak melerai.
Saat ia bermain di tarkam itulah teman lama ayahnya datang ke Indonesia dan melihat aksi Rigan. Si teman, yang asal Belanda ini, berjanji akan menghubungi klub amatir Victoria Roermond, Belanda, mencari kemungkinan bermain di sana. September lalu, terbanglah Rigan ke Belanda untuk mengikuti tes. ?Saya menjual mobil dan menggadaikan rumah untuk membeli tiket,? cerita David Pono, yang pernah bercita-cita menjadi pemain sepak bola tapi diharuskan berdagang oleh ayahnya.
Apa yang dilakukan ayah Rigan tak sia-sia. Saat tes berjalan, remaja kelahiran Jakarta ini dilirik pencari bakat PSV. Esoknya, ia diajak ke markas PSV untuk mengisi formulir tes. Di PSV, yang memiliki tim utama, tim kedua, dan tim remaja (10-18 tahun), yang terdiri atas tim A, B, C, dan D, Rigan masuk ke tim B. Tim A, B, dan tiga tim C ikut kompetisi antarklub di Belanda.
Semuanya berlatih di kompleks PSV De Herdgang, yang memiliki tujuh lapangan dan terletak lima kilometer ke arah utara dari stadion PSV di Eindhoven. Setiap hari, kecuali Rabu, latihan dimulai pukul 16.00 sampai 18.00. Khusus hari Sabtu, diadakan pertandingan. Berapa biaya mencetak bintang lapangan seperti Koeman bersaudara, pelatih Tim B PSV, Mario Captein, tidak bisa menyebutkan. Tidak hanya berlatih, Rigan juga ikut membela PSV. Di antaranya melawan Tim Junior Belanda usia 17 tahun. Hasilnya, PSV menang dan Rigan dinyatakan tampil cemerlang bersama seorang pemain asal Maroko. Atas capaiannya itu, PSV memberikan tambahan fasilitas kursus bahasa Belanda buat Rigan.
Menurut Captein, Rigan merupakan pemain berbakat. ?Dia cepat mengolah instruksi. Gerakannya cepat, pertahanannya bagus, dan dia pun kuat dalam duel,? katanya. Hanya, Captein mengingatkan, anak asuhnya itu perlu menyesuaikan diri dengan pola permainan sepak bola Belanda.
Setelah dianggap sukses, Rigan, yang menempati posisi bek kanan, dipasang ketika timnya melawan Feyenoord, Ajax, dan Vitesse dalam kompetisi di Belanda. Melawan Feyenoord, ia sempat terlibat aksi cekik dan dorong dengan pemain lawan. Tapi manajer PSV, Remy Reynierse, malah memujinya sebagai man of the match. ?Masa sekolah? Rigan tampaknya segera usai. Captein menjanjikan kontrak buat Rigan, April nanti. Untuk itu, ia berhak atas uang kontrak 60 ribu gulden (sekitar Rp 240 juta) per musim dan gaji 8.000 gulden (sekitar Rp 32 juta) per bulan. Itu belum termasuk bonus serta tempat tinggal.
Satu tahap sudah dilalui Rigan. Masih banyak tahapan yang harus ia lalui untuk dapat bermain di liga salah satu negara Eropa. Tahapan itulah yang akan mengubah sepak bola dari hobi menjadi investasi.
Agus S. Riyanto dan Dina Jerphanion (Belanda)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini