Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Semakin Berdarah, Semakin Menarik

10 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANGAN menganggap diri sebagai jagoan kalau belum tampil di TPI Fighting Championship (TPI FC). Demikian sesumbar Marah Bangun, sang penanggung jawab acara olahraga TPI. Pertarungan yang digelar sebulan sekali ini memang menampilkan pendekar dari beragam bela diri, mirip Unlimited Fighting Championship (UFC) di Amerika Serikat dan Pride FC di Jepang. Acara itu sempat diprotes oleh KONI Pusat karena dianggap merusak pembinaan olahraga bela diri. Tapi pihak TPI jalan terus. Malah baru-baru ini sang juara TPI FC, Aji Susilo, dikirim untuk bertanding ke Jepang. Hasilnya tak mengecewakan. Dia menang. Keberhasilan Aji membuat pamor TPI FC kian mengkilap. Para pendekar dari berbagai cabang bela diri semakin berminat menjajal kemampuannya. Apalagi hadiah yang dijanjikannya lumayan. Sang juara akan mendapat hadiah Rp 5 juta plus kesempatan dikirim ke Jepang. Kalaupun kalah dalam sekali tampil tetap mendapat duit. Mereka diberi "ongkos perban" Rp 750 ribu. Atraksi yang sarat kekerasan ini memang selalu diminati penonton di mana pun. Terbukti UFC maupun Pride FC cukup sukses, dan bisa dijual ke televisi. Pun Muay Thai, fighting championship ala Thailand. Penggemarnya luar biasa. Malah ajang ini disiarkan oleh tiga stasiun tv lokal sekaligus. Setiap kali digelar, ratusan penonton selalu memadati arena. Darah mengucur dari wajah petarung adalah biasa. Semakin banyak darah, justru semakin menarik. Wasit baru menghentikan bila tangan atau kaki peserta patah atau memang sudah tidak bisa bangun lagi. Di Thailand, para petarung dibayar 2.000 bath atau sekitar Rp 5 juta sekali naik ring. Jangan heran bila banyak anak muda yang berminat. Para jagoan yang berlaga umumnya berusia sekitar 25 tahun. Bandingkan dengan TPI FC. Pendekar berusia 45 tahun pun masih memaksakan diri berlaga. Aturan buat menjaga keselamatan para petarung memang belum ada. Semestinya, pihak KONI atau pemerintah tak sekadar mengkritik pergelaran yang menarik tapi cukup berbahaya ini. ASR

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus