SEKALI ini tim Indonesia pulang dari All England tanpa gelar
sebiji pun. Justru pada saat Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia dimotori bekas pemain top dunia, seperti Ferry
Sonneville dan Rudy Hartono. Dengan rombongan yang paling banyak
anggotanya -- 2 5 orang. Dengan ongkos yang paling besar, hampir
mencapai Rp 250 juta, Lengkap dengan juru masak.
Tim Indonesia sejak semula memang disebut-sebut hanya untuk
mengukur kekuatan. Tapi ambisi mereka cukup kuat untuk menang,
minimal mempertahankan kedudukan juara tunggal putra (Liem Swie
King) dan ganda putra (Kartono/Heryanto). Tetapi mereka malahan
sudah rontok di babak semifinal. King dikalahkan pemain Denmark,
Morten Frost Hansen 10-15, 10-15 Ini merupakan pembalasan
Hansen yang dikalahkan King pada semifinal All England tahun
lalu. Sedang Kartono/Heryanto ditumbangkan pasangan Malaysia
Razif Sidek/Jaelani Sidek 15-11, 4-15, 16-17.
"Kita terlalu silau dengan pemain Cina. Padahal kita semua
sebenarnya tahu pemain Eropa, Hansen sama berbahaya," ulas
anggota Komite Teknik PBSI Willy Budiman. Memang dia sempat
mengintip permainan RRC ketika melawan Muangthai awal Maret lalu
di Bangkok. Pola permainan anak-anak Deng Xiaoping itu tak
berubah, katanya. Namun RRC hadir untuk pertama kali di All
England. Berita ini yang dibesar-besarkan oleh pers ternyata
membuat kubu Indonesia kehilangan keseimbangan.
Banyak yang mengkhawatirkan daya tempur pemain putra RRC. Tetapi
ternyata tidak sehebat yang digembar-gemborkan. Dari 8 pemain
tunggal putra yang diturunkan RRC, hanya Luan Jin yang bisa
mencapai semifinal.
Justru tim putrinya lebih menonjol. Tiga dari 8 pemain putri RRC
mencapai semifinal, dan Zheng Ailing tampil sebagai juara baru
setelah mengalahkan rekannya, Lie Lingwei dalam all China final.
Juga putri RRC mengalahkan pasangan Indonesia Verawaty/Damayani
tanpa banyak kesulitan 15-8,15-5.
Dari tim putri Cina ini, banyak pemain muda muncul. Termuda 16
tahun (Zheng Yuli) sampai 25 tahun (Sun Zhian dan Yao Ximing).
Melihat kenyataan itu pimpinan tim Indonesia ke All England
seperti Tirto Utomo mulai mempertanyakan sistem pembibitan
pemain di Indonesia, terutama untuk tim putri. Ia heran mengapa
bulutangkis kurang digemari kalangan putri. "Apa putri kita
takut badannya berotot? Apa takut kulitnya jadi item? Saya terus
terang tidak tahu," katanya kepada koresponden TEMPO di London,
Gabriel Gay. Dalam hal ini pemain putri Ivana Lie berkata:
"Mereka lebih suka jadi peragawati."
Menolak
Selain soal pembibitan, sistem latihan juga masih merupakan
pertikaian yang ramai di kalangan pimpinan PBSI sendiri. Karena
itu walaupun Ketua Umum PBSI Ferry Sonneville menyatakan akan
menebus kekalahan di Thomas Cup dalam Mei mendatang, banyak yang
meragukannya.
Ferry Sonneville tidak menolak latihan fisik. Tetapi kabarnya
dia menolak sistem latihan daya tahan dengan mengunakan metode
lari jarak jauh. Metodemi diterapkan oleh Taher Djide. Ada pula
yang mengatakan metode latihan itu hanya tepat untuk pelari,
tidak untuk pemain bulutangkis.
Tetapi karena bulutangkis menuntut daya tahan di samping
kemahiran stroke (pukulan), latihan fisik tetap dianggap sangat
penting. Para pemain RRC, menurut pelatih Wang Wenjiao,
menjalankan latihan fisik terutama dengan lari jarak jauh.
"Sekitar 2.400 sampai 5.000 meter untuk putri. Bagi pria bisa
mencapai 10.000 meter, tergantung pada kebutuhan pemain," kata
pelatih kelahiran Solo itu. Ada pula latihan lompat jauh dan
lompat tinggi, "karena kita harus melompat kalau menghadapi
pemaln Eropa," katanya.
Begitu pulang dari All England, pimpinan PBSI kelihatannya akan
bekerja keras untuk menyusun jadwal dan bentuk latihan. Diduga
bakal banyak pelatih yang akan terlibat dalam persiapan Thomas
Cup yang tinggal 6 minggu itu. "Pelatih tak bisa dirangkap oleh
satu orang," kata Rudy Hartono Ketua sidang Pembinaan PBSI. Ada
kemungkinan seorang pelatih hanya menangani 2 pemain. Dan
latihan. pun tidak akan dilaksanakan secara massal dan seragam
tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pemain.
Pertandingan Thomas Cup akan dimulai 10 Mei di Inggris. Negara
peserta sudah harus memasukkan daftar nama pemain sebulan
sebelumnya. Tapi belum jelas siapa yang akan mewakili Indonesia.
Masih mungkin akan diambil dari tim yang gagal ke All England
tadi. Jika "hantu" Cina masih menghinggapi Indonesia, barangkali
Rudy Hartono akar menjadi teka-teki pula. Karena, kata sumber
tim RRC, "kami masih meng anggapnya sebagai faktor yang harus di
perhitungkan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini