MENGENAKAN baju komprang model teluk belanga berwarna krem,
selop terompah, dengan pipa di tangan kanannya, Kapolri
Awaloedin Djamin kelihatan segar sore itu. "Saya habis main
golf," katanya Senin lalu kepada wartawan TEMPO Karni Ilyas di
rumahnya Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta. Kapolri yang
memelihara kumisnya dengan rapi itu banyak senyum. Tapi wajahnya
mulai serius ketika ditanya tentang pembajakan bisbis belakangan
ini. "Itu 'kan sudah berulang kali saya katakan. Seiring dengan
lajunya pembangunan timbul pula dampaknya berupa kejahatan baru
atau modus baru dari kejahatan yang lama," katanya. "Lalulintas
bertambah ramai, kecelakaan semakin banyak, juga pencurian
mobil."
"Ia kelihatan tidak begitu heran mendengar berita banyaknya
pembajakan bis itu. "Dari dulu kita sudah mengenal penjambretan
dan penodongan dalam bis. Hanya sekarang, karena kemajuan
pembangunan, lalulintas anatarkota pun bertambah ramai
siang-malam." Itu dianggapnya sebagai "wajar", suatu akibat yang
"logis", katanya. "Dan yang saya anggap sebagai modus baru itu
adalah ada beberapa pembajak yang sekarang berani menodong satu
bis." Adanya pembajakan yang 'sering dilakukan di malam hari,
juga dilihatnya sebagai suatu sebab-akibat kemajuan
transportasi. "Dulu dari Sumatera ke Jakarta, orang tak Jisa
naik bis. Tapi sekarang dari ujung Sumatera sampai Bali tersedia
angkutan bis."
Siapa saja kaum pembajak itu? Ienurut Awaloedin, mereka itu ada
yang residivis, ada yang baru, ada pula yang tidak atau baru
sekali itu berurusan dengan kejahatan. Ia membenarkan kejahatan
dengan modus baru itu tak lagi dilakukan secara sendiri, tapi
sudah berkelompok. "Tapi belum sampai setingkat mafia, yang
punya organisasi dan kontak antarkelompok," katanya. "Jadi
hendaknya jangan sampai dibayangkan kejahatan di negara ini
sudah seseram praktek-praktek seperti mafia."
Adapun banyaknya anak-anak muda yang terlibat dalam pembajakan
bis itu, sampai 80% seperti kata Pangkopkamtib Sudomo, menurut
Kapolri Awaloedin, juga suatu hal yang masuk akal. "Coba anda
lihat pertumbuhan penduduk Indonesia," kata Awal yang pernah
menjadi Ketua Lembaga Administrasi Negara. "Ya sebagian besar
memang terdiri dari anak-anak muda. Jadi logis kalau kebanyakan
penjahatnya terdiri dari anak muda."
Adapun latarbelakang sosial kaum pembajak muda itu, menurut
pengamatan Kapolri berasal dari macam-macam keluarga. "Ya dari
keluarga yng miskin, golongan mampu yang kacau (broken home),
tapi ada juga dari keluarga yang kelihatannya harmonis,"
ujarnya.
Sebab itu pula Awaloedin membenarkan, adanya masalah yang lebih
mendasar di balik berbagai kasus kejahatan itu. "Kita punya pola
dasar dalam pemberantasan kejahatan itu " ujarnya. Dalam pola
dasar itu diteliti sebab-sebab timbulnya kejahatan. "Bisa karena
lapangan kerja yang kurang, putus sekolah atau masalah lain.
Pemecahannya bukan hanya tanggungjawab Polri, tetapi
tanggungjawab masyarakat secara terpadu," kata kepala polisi
itu.
SELAIN pemberantasan dengan pola dasar itu, Polri, menurut
Awaloedin, juga memberantas gejala kejahatan ang timbul. Baik
kejahatan yang tradisional atau kejahatan lama dengan bentuk
baru. "Apa itu yang namanya tukang copet, perampok bank, sampai
yang dinamakan pembajak bis," katanya. Untuk menanggulangi
pembajak bis, polisi juga sudah turun. "Baru saja tertangkap di
Cicalengka," Awaloedin memberikan contoh.
Kapolri tidak melihat pembajakan bis itu sebagai suatu modus
yang sudah menahun. "Yang di Sumatera itu bukan perampokan, tapi
yang selama ini dikenal sebagai bajing loncat," tambahnya. Untuk
mengatasinya, ia setuju ada pengamanan dari aparat, selain dari
pengusaha sendiri.
Begitu juga dengan pembajakan bis di Pulau Jawa yang ramai
akhir-akhir ini. Kapolri sependapat dengan Laksamana Sudomo,
perlunya operasi khusus untuk menumpas kejahatan itu. "Itu perlu
agar penumpang bis terjamin keamanannya sampai ke tempat
tujuan," katanya. "Dan penjahat tentu akan berpikir dua kali
sebelum berbuat dengan adanya operasi khusus itu."
Toh ia menilai pembegalan di dalam bis itu belum begitu serius.
"Tidak terlalu besar, tidak perlu pula meml)uat orang ngeri,
walau harus tetap waspada," kata Awaloedin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini