Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Pembajakan bis

Wawancara Tempo dengan Kapolri Awaloeddin Djamin, soal pembajakan bis yang akhir-akhir ini meningkat jumlahnya.(krim)

3 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGENAKAN baju komprang model teluk belanga berwarna krem, selop terompah, dengan pipa di tangan kanannya, Kapolri Awaloedin Djamin kelihatan segar sore itu. "Saya habis main golf," katanya Senin lalu kepada wartawan TEMPO Karni Ilyas di rumahnya Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta. Kapolri yang memelihara kumisnya dengan rapi itu banyak senyum. Tapi wajahnya mulai serius ketika ditanya tentang pembajakan bisbis belakangan ini. "Itu 'kan sudah berulang kali saya katakan. Seiring dengan lajunya pembangunan timbul pula dampaknya berupa kejahatan baru atau modus baru dari kejahatan yang lama," katanya. "Lalulintas bertambah ramai, kecelakaan semakin banyak, juga pencurian mobil." "Ia kelihatan tidak begitu heran mendengar berita banyaknya pembajakan bis itu. "Dari dulu kita sudah mengenal penjambretan dan penodongan dalam bis. Hanya sekarang, karena kemajuan pembangunan, lalulintas anatarkota pun bertambah ramai siang-malam." Itu dianggapnya sebagai "wajar", suatu akibat yang "logis", katanya. "Dan yang saya anggap sebagai modus baru itu adalah ada beberapa pembajak yang sekarang berani menodong satu bis." Adanya pembajakan yang 'sering dilakukan di malam hari, juga dilihatnya sebagai suatu sebab-akibat kemajuan transportasi. "Dulu dari Sumatera ke Jakarta, orang tak Jisa naik bis. Tapi sekarang dari ujung Sumatera sampai Bali tersedia angkutan bis." Siapa saja kaum pembajak itu? Ienurut Awaloedin, mereka itu ada yang residivis, ada yang baru, ada pula yang tidak atau baru sekali itu berurusan dengan kejahatan. Ia membenarkan kejahatan dengan modus baru itu tak lagi dilakukan secara sendiri, tapi sudah berkelompok. "Tapi belum sampai setingkat mafia, yang punya organisasi dan kontak antarkelompok," katanya. "Jadi hendaknya jangan sampai dibayangkan kejahatan di negara ini sudah seseram praktek-praktek seperti mafia." Adapun banyaknya anak-anak muda yang terlibat dalam pembajakan bis itu, sampai 80% seperti kata Pangkopkamtib Sudomo, menurut Kapolri Awaloedin, juga suatu hal yang masuk akal. "Coba anda lihat pertumbuhan penduduk Indonesia," kata Awal yang pernah menjadi Ketua Lembaga Administrasi Negara. "Ya sebagian besar memang terdiri dari anak-anak muda. Jadi logis kalau kebanyakan penjahatnya terdiri dari anak muda." Adapun latarbelakang sosial kaum pembajak muda itu, menurut pengamatan Kapolri berasal dari macam-macam keluarga. "Ya dari keluarga yng miskin, golongan mampu yang kacau (broken home), tapi ada juga dari keluarga yang kelihatannya harmonis," ujarnya. Sebab itu pula Awaloedin membenarkan, adanya masalah yang lebih mendasar di balik berbagai kasus kejahatan itu. "Kita punya pola dasar dalam pemberantasan kejahatan itu " ujarnya. Dalam pola dasar itu diteliti sebab-sebab timbulnya kejahatan. "Bisa karena lapangan kerja yang kurang, putus sekolah atau masalah lain. Pemecahannya bukan hanya tanggungjawab Polri, tetapi tanggungjawab masyarakat secara terpadu," kata kepala polisi itu. SELAIN pemberantasan dengan pola dasar itu, Polri, menurut Awaloedin, juga memberantas gejala kejahatan ang timbul. Baik kejahatan yang tradisional atau kejahatan lama dengan bentuk baru. "Apa itu yang namanya tukang copet, perampok bank, sampai yang dinamakan pembajak bis," katanya. Untuk menanggulangi pembajak bis, polisi juga sudah turun. "Baru saja tertangkap di Cicalengka," Awaloedin memberikan contoh. Kapolri tidak melihat pembajakan bis itu sebagai suatu modus yang sudah menahun. "Yang di Sumatera itu bukan perampokan, tapi yang selama ini dikenal sebagai bajing loncat," tambahnya. Untuk mengatasinya, ia setuju ada pengamanan dari aparat, selain dari pengusaha sendiri. Begitu juga dengan pembajakan bis di Pulau Jawa yang ramai akhir-akhir ini. Kapolri sependapat dengan Laksamana Sudomo, perlunya operasi khusus untuk menumpas kejahatan itu. "Itu perlu agar penumpang bis terjamin keamanannya sampai ke tempat tujuan," katanya. "Dan penjahat tentu akan berpikir dua kali sebelum berbuat dengan adanya operasi khusus itu." Toh ia menilai pembegalan di dalam bis itu belum begitu serius. "Tidak terlalu besar, tidak perlu pula meml)uat orang ngeri, walau harus tetap waspada," kata Awaloedin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus