Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Semusim di Panggung Utama

Fulham menyusul Huddersfield.

4 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemain Fulham Joe Bryan dan rekannya usai melawan Watford, 2 April 2019. Action Images via Reuters/Peter Cziborra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WATFORD - Kekalahan telak 1-4 di Stadion Vicarage Road, markas Watford, kemarin, mencoret Fulham dari daftar tim yang bakal berlaga di Liga Primer musim depan. The Cottagers resmi terdegradasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hingga pekan ke-33 musim ini, Fulham hanya bisa meraih 4 kemenangan, 5 hasil imbang, dan 24 kekalahan. Walhasil, Fulham hanya sanggup mengoleksi 17 poin dan berdiri di posisi kedua terbawah atau urutan ke-19 di klasemen sementara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan sisa lima pertandingan, mustahil bagi Fulham untuk melampaui 33 angka milik Burnley, Southampton, dan Brighton-ketiganya berada di batas aman garis degradasi. Wajarlah jika raut wajah manajer Scott Parker dan seluruh pemainnya teramat masam seusai laga kontra Watford.

Padahal sejak menit pertama Fulham sudah tampil menguasai pertandingan. Mereka bermain lebih dominan dibanding tuan rumah.

Fulham mampu menguasai 54 persen pergerakan bola dan menciptakan tujuh peluang gol dalam 17 kali serangan. Sedangkan The Hornets-julukan Watford-sanggup mengimbangi dengan bikin tujuh peluang gol dari 15 kali serangan.

Kiper Watford, Ben Foster, menjadi mimpi buruk Fulham. Pemain berusia 25 tahun dan berkebangsaan Spanyol itu sanggup menggagalkan empat peluang gol Fulham.

"Sungguh pelik kompetisi Liga Primer. Mungkin saja Anda bisa mudah menjadi pemenang di Divisi Championship. Tapi tidak di sini. Lengah 10 menit saja, Anda bisa kebobolan tiga gol seperti kami," kata Scott Parker.

Fulham lolos ke Liga Primer Inggris pada musim lalu. Mereka menang dalam partai final play-off melawan Aston Villa pada 26 Mei 2018.

Fulham sejatinya memang tim langganan Liga Primer Inggris, setidaknya pada 2001-2014. Pada musim 2013/2014 mereka terdegradasi setelah finis di urutan ke-19 klasemen akhir.

Lantas empat musim berikutnya mereka berjuang di Divisi Championship. Sungguh disayangkan, kini mereka harus kembali ke kasta kedua pada musim mendatang.

Sesungguhnya klub sudah melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan posisi mereka di klasemen. Fulham sudah dua kali berganti manajer, dari Slavisa Jokanovic ke Claudio Ranieri, hingga sekarang Scott Parker.

Fulham juga mendatangkan sejumlah pemain potensial, seperti trio penyerang Andre Schurrle (pinjaman dari Borussia Dortmund), Ryan Babel (Besiktas), dan Lazar Markovic (Liverpool); dua bek Tim Fosu-Mensah (pinjaman dari Manchester United) dan Calum Chambers (Arsenal); sampai kiper Sergio Rico (pinjaman dari Sevilla).

Namun seperti sudah ditakdirkan, Fulham tetap tenggelam ke Divisi Championship. Scott Parker pun meminta maaf kepada seluruh suporter lantaran gagal menyelamatkan klub. Bahkan, dalam lima laga di Liga Primer-sejak menggantikan Ranieri-Parker selalu meraih hasil kalah.

"Hancur hati saya. Saya sadar tugas ini teramat berat, tapi sebenarnya kami sanggup menuai hasil yang lebih baik jika melihat kualitas para pemain," kata pelatih 38 tahun itu.

Menurut bekas pemain Tottenham Hotspur ini, ada masalah lemah mentah yang mendera skuadnya. Kondisi klub yang terlalu lama menghuni jurang degradasi membuat mental para pemain tak setangguh musim lalu. "Semangat bermain tim ini jadi angin-anginan, bisa berubah drastis dalam tempo 90 menit pertandingan, ya seperti laga melawan Watford," kata Parker.

Meski sudah gugur, Parker meminta para pemainnya tak semakin terpuruk. Dia berharap para pemain tetap bersemangat menuntaskan sisa lima pertandingan. "Setidaknya klub ini terdegradasi dengan cara yang terhormat. Ini akan menjadi proses pembenahan tim ini agar menjadi lebih kuat pada musim mendatang," kata Parker.

Sementara itu, bos Fulham, Shahid Khan, ikut meminta maaf kepada seluruh fan. Khan pun mengatakan dirinya menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Fulham bertahan. "Sejak awal kami sudah menunjukkan niat kami membangun tim ini menjadi lebih besar. Kami pun sudah melakukan investasi cukup besar agar menjadi tim kuat di kasta tertinggi. Tapi nyatanya kami gagal," kata pengusaha berusia 68 tahun kelahiran Pakistan itu.

Khan pun masih akan melanjutkan pembangunan Fulham, meski musim mendatang kembali berkompetisi di Championship. "Kami akan perbaiki visi-misi klub ini. Intinya, komitmen kami membangun Fulham tak akan bubar," kata Khan. THE GUARDIAN | SKY SPORTS | FULHAMFC | INDRA WIJAYA


Merana dalam 33 Laga

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus