MENIT ke-24 tim nasional Rumania mendapat hadiah tendangan bebas
dari jarak sekitar 25 m di depan mulut gawang Italia. Dino Zoff
mengira bola itu akan dihantamkan langsung ke arah gawang.
Ternyata bola digulirhan lebih dulu ke Boloni yang kemudian
menyambarnya dengan tendangan seadanya. Zoff terkecoh dan gol.
Kekalahan 0-1 dari Rumania itu jelas mempersulit kedudukan juara
dunia Italia untuk tampil sebagai finalis dalam Kejuaraan Antara
Negara se Eropa. Kejuaraan yang sedang berlangsung dan
dijadwalkan berakhir tahun depan di Prancis.
Sekitar 80.000 penonton yang tumplek di stadion Bucharest tidak
percaya Zoff begitu mudah ditaklukkan. Mereka beberapa detik
hanya termangu menyambut kemenangan itU. Tetapi buat Italia
sendiri, bola lemah yang bersarang di pojok gawang itu merupakan
hina yang tiada taranya. "Juara Dunia hanya tinggal sejarah kuno.
Tim yang pernah mempesona kita sudah tiada," kritik sebuah media
olah raga Italia. "Kita dicampakkan dari Eropa," sambut koran lain.
Sedangkan pemain satu-satunya yang menangis di lapangan cuma
Dino Zoff, pahlawan yang mengantar Italia menjuarai Piala Dunia
1982. Siapa yang mengira penjaga gawang setangguh dia bisa
kebobolan hanya dengan tendangan sepelan yang dilepaskan Boloni
dalam pertandingan yang berlangsung 17 April itu.
Italia merasa direndahkan derajatnya dengan gol itu. terpukul.
"Gol itu merupakan semacam hukuman buat saya. Dan saya harus
tahu apa yang sedang terjadi dan bereaksi secara tepat," ujar
Dino Zoff orang yang paling merasa berdosa. Karena dia
disebutkan sudah tidak becus lagi berdiri di bawah mistar.
Reaksi Zoff yang berusia 41 itu dianggap terlalu lambat untuk
menjadi penyelamat dari sebuah tendangan bebas.
"Saya kecewa dengan kemenangan Rumania ini," tanggap Presiden
Sandro Pertini sehabis menyaksikan pertarungan itu lewat tv.
Presiden yang tua ini juga yang tidak bisa menyembunyikan
kegembiraannya dan berjingkrak-jingkrak ketika Italia
menaklukkan Jerman Barat dalam final Piala Dunia, 9 bulan yang
lalu.
Kritik koran, harapan pengagumnya yang tak kesampaian dan
kekecewaan seorang presiden agaknya membuat Zoff tak tahan
menanggung malu. Sehari sesudah kekalahan itu dia kontan
menyatakan akan mundur dari tim nasional, tim yang sudah
dibelanya selama 15 tahun. "Italia harus melihat ke depan.
Sedangkan saya hanyalah milik masa lalu," katanya dengan suara
serak di depan wartawan.
Sikap jantan penjaga gawang yang pantas dipanggil ayah oleh
teman se-timnya itu berbalik mendapat pujian dari penggemarnya.
Manajer tim, Bearzot, malahan berniat akan mempertahankannya
sampai akhir tahun ini.
Zoff yang telah mencatat 111 kali menjaga gawang tim nasional
dan ikut dalam empat kali kejuaraan dunia itu, tidak mencari
kambing hitam. Sekalipun dia bisa saja menyalahkan barisan
belakang yang sudah diperintahkannya menjaga rapat-rapat mulut
gawang. Tetapi pada saat bola ditendang tiba-tiba pagar manusia
itu kocar-kacir dan membuka celah untuk bola yang disambar Boloni.
Jika Zoff jadi mengundurkan diri dari tim nasional (tetapi masih
tetap di klub Juventus) Italia tetap boleh bangga punya penjaga
gawang seperti dia. Orang yang bisa menyelamatkan 18 dari 58
tendangan penalti. Penjlga gawang yang tinggi 180 cm ini juga
yang mengkapteni Italia ketika mengalahkan Jerman dalam final
Piala Dunia. Ia lebih piawai dari penjaga gawang Uni Soviet, Lev
Yasin yang justru dikaguminya. Tahun 1973 terpilih sebagai pemain
Eropa terbaik kedua setelah Johan Cruyff dari Belanda.
Dia tidak hanya menyelamatkan gawang dengan tangan. Tetapi juga
dengan kaki. Suatu ketika dalam pertandingan melawan Brazil,
sebelum Revelino mengambil tendangan bebas, Zoff sudah telanjur
bergerak ke samping. Maestro Revelino cepat mengarahkan bola ke
arah yang berlawanan. Tetapi toh bola masih bisa diselamatkan
Zoff tengan kakinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini