Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

STE Brengsek, Salah Siapa?

Mutu turnamen tinju sarung emas menurun, karena banyak pesertanya belum memenuhi syarat kelas untuk naik ring beberapa Pengda Pertina masih serampangan memilih petinju.(or)

14 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUTU turnamen Sarung Tinju Emas (STE) sudah menyedihkan. Tigapuluh prosen dari 102 peserta yang ambil bagian di Jayapura Maret lalu bukan kelas yang patut untuk naik ring STE. Padahal, menurut Ketua Komisi Teknik Pertina, Benny Tandiono, petinju yang boleh ikut STE seharusnya yang pernah terjun di kejuaraan nasional, paling tidak pernah meraih medali perunggu, atau atlit yang dapat rekomendasi dari Pengda Pertina. Memang "dari dulu mutunya selalu begitu," kata jurubicara Pertina, Sumohadi Marsis. "Brengsek terus." Tapi Sondang Meliala, Ketua Departemen Olah r,lga PWI Pusat, lembaga yang mencetuskan gagasan STE mengatakan bahwa tidaklah benar brengsek secara keseluruhan. "Ini terjadi di Irian Jaya saja," bantahnya. "Mungkin lantaran Pertina lagi sibuk menghadapi persiapan ke Piala Raja di Bangkok dan kejuaraan tinju di Paris." Untuk Piala Raja, Pertina mempersiapkan Herry Maitimu, Charles Thomas, Johny Riberu, dan Minarto semuanya petinju nasional. Dan mereka tak bisa muncul di STE IV, Jayapura. Sedang di Bangkok pekan lalu mereka kalah pula. Pertina, organisasi yang mengurusi masalah teknis STE, tampak menyadari kecolongan mereka dalam persyaratan. "Nanti akan saya pertajam Iagi persyaratannya," kata Benny Persyaratan baru itu direncanakannya akan dibicarakan dalam Kongres Pertina di Ambon nanti. Ia mengakui bahwa ada beberapa Pengda Pertina yang masih serampangan menentukan mutu petinjunya. Tapi ia tidak menyebutkan Pengda mana yang berlaku begitu. "STE bukanlah tempat buat mencari pengalaman atau pembibitan. Melainkan tempat bertarungnya petinju paling top. Jadi, kalau ada yang mengirim petinjunya untuk cari pengalaman di STE, itu tidak saya benarkan." Bagaimana dengan STE IV? "Sebetulnya," lanjut Benny, "jeleknya kelewatan banget, jadi semuanya kelihatan jelek." Benny mengakui bahwa memang ada beberapa Pengda yang mengirim petinju sesuai dengan persyaratan yang diminta. Misalnya, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Maluku. "Dari kenyataan ini kita bisa melihat bagaimana keaktifan mereka," tambah Benny. "Kita jadi tahu, Pengda ini atau itu impoten atau tidak."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus