KELOMPOK Tennis Grand Masters muncul di Jakarta pekan lalu, dan
mengejutkan. Mengapa tidak? Nama-nama legendaris di dunia tenis
yang sudah berusia lanjut, ternyata masih cekatan mengayun
raket.
Mereka adalah Richard (Pancho) Gonzales (51 tahun). Svend
Davidson (51 tahun), Torben Ulrich (50 tahun), Mal Anderson (44
tahun). Frank Sedgman (51 tahun), Neale Fraser (45 tahun) dan
Rex Hartwig (49 tahun) -- 3 nama terakhir adalah pemain tenar
dalam turnamen tenis klasik Wimbledon di tahun 50-an. "Mereka
memang sudah tak sehebat seperti di masa lalu," tutur manajer
tim, Alvin Bunis. Tapi, "masih punya tipu muslihat dan taktik."
Bunis benar. Sisa-sisa ketrampilan mereka masa lalu tampak masih
memukau publik di stadion tenis Senayan. Gerakan mereka masih
gesit, untuk ukuran umur setengah abad. Juga pukulan, baik dalam
rally, drive, volley, slice, serve, atau pun penempatan bola
menyilang, hampir tak tercela.
Apa komentar Yustejo Tarik, pemain nasional, tentang jago-jago
tua ini? "Permainan mereka, saya kira, biasa-biasa saja,"
katanya. "Cuma mereka selalu saja dan tak banyak buang bola."
Tapi bukan berarti kedatangan kelompok Tennis Grand Masters ini
tak bermanfaat. "Untuk pemain seperti Gondowijoyo, misalnya,
agar jangan buru-buru merasa tua," kata Sekjen Pelti, Nartomo.
"Turnamen ini membuktikan bahwa seseorang yang berumur 50 tahun
ternyata masih mampu bermain dan masih laku 25.000 dolar."
Gondowijoyo, 33 tahun bekas juara tunggal nasional kini lebih
banyak menghabiskan waktu untuk melatih, karena merasa sudah
berumur.
Turnamen Tennis Grand Masters dengan total hadiah $ 25.000
termasuk kejuaraan 'mahal' bagi Indonesia. Waktu Java Circuit,
tahun lalu, pemenang tunggal putera, misalnya, hanya mengantongi
hadiah sebesar $ 1.500 -- tak berbeda dengan apa yang diterima
perempat-finalis turnamen Tennis Grand Masters. Tapi hadiah
kejuaraan yang tertinggi dalam sejarah tenis Indonesia,
menurut Nartomo, adalah waktu Asian Circuit II lalu yang
berjumlah $ 50.000. Sebagaimana Asian Circuit, turnamen Tennis
Grand Masters yang menelan biaya penyelenggaraan sebesar Rp
20.000.000 juga dimungkinkan oleh adanya sponsor, kali ini
antara lain PT Wicaksana, PT Kalbe Farma, PT Astra Motor PT
Inremco dan Lufthansa.
Adakah para jago tua ini dalam kesulitan keuangan yang
menyebabkan mereka main lagi? Tampaknya bukan. Hartwig,
misalnya, adalah pemilik tanah pertanian seluas 8 hektar di
Gruti, negara bagian Victoria, Australia. Akan Gonzales, selain
memiliki klub tenis di Cesar Palace, Las Vegas, juga memiliki
perusahaan pakaian jadi. Lainnya pun tak kurang kaya. "Memang
kami terlibat antara bisnis hiburan dan olahraga," kata Punis.
Tapi "lebih dari itu kami ingin menggairahkan minat masyarakat
terhadap tenis."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini