Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Umur Setengah Abad Masih Memukau

Turnamen Tennis Grand Masters di Jakarta menampilkan para petenis legendaris dunia yang sudah lanjut usia termasuk kejuaraan mahal yang dimungkinkan karena adanya para sponsor.(or)

14 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELOMPOK Tennis Grand Masters muncul di Jakarta pekan lalu, dan mengejutkan. Mengapa tidak? Nama-nama legendaris di dunia tenis yang sudah berusia lanjut, ternyata masih cekatan mengayun raket. Mereka adalah Richard (Pancho) Gonzales (51 tahun). Svend Davidson (51 tahun), Torben Ulrich (50 tahun), Mal Anderson (44 tahun). Frank Sedgman (51 tahun), Neale Fraser (45 tahun) dan Rex Hartwig (49 tahun) -- 3 nama terakhir adalah pemain tenar dalam turnamen tenis klasik Wimbledon di tahun 50-an. "Mereka memang sudah tak sehebat seperti di masa lalu," tutur manajer tim, Alvin Bunis. Tapi, "masih punya tipu muslihat dan taktik." Bunis benar. Sisa-sisa ketrampilan mereka masa lalu tampak masih memukau publik di stadion tenis Senayan. Gerakan mereka masih gesit, untuk ukuran umur setengah abad. Juga pukulan, baik dalam rally, drive, volley, slice, serve, atau pun penempatan bola menyilang, hampir tak tercela. Apa komentar Yustejo Tarik, pemain nasional, tentang jago-jago tua ini? "Permainan mereka, saya kira, biasa-biasa saja," katanya. "Cuma mereka selalu saja dan tak banyak buang bola." Tapi bukan berarti kedatangan kelompok Tennis Grand Masters ini tak bermanfaat. "Untuk pemain seperti Gondowijoyo, misalnya, agar jangan buru-buru merasa tua," kata Sekjen Pelti, Nartomo. "Turnamen ini membuktikan bahwa seseorang yang berumur 50 tahun ternyata masih mampu bermain dan masih laku 25.000 dolar." Gondowijoyo, 33 tahun bekas juara tunggal nasional kini lebih banyak menghabiskan waktu untuk melatih, karena merasa sudah berumur. Turnamen Tennis Grand Masters dengan total hadiah $ 25.000 termasuk kejuaraan 'mahal' bagi Indonesia. Waktu Java Circuit, tahun lalu, pemenang tunggal putera, misalnya, hanya mengantongi hadiah sebesar $ 1.500 -- tak berbeda dengan apa yang diterima perempat-finalis turnamen Tennis Grand Masters. Tapi hadiah kejuaraan yang tertinggi dalam sejarah tenis Indonesia, menurut Nartomo, adalah waktu Asian Circuit II lalu yang berjumlah $ 50.000. Sebagaimana Asian Circuit, turnamen Tennis Grand Masters yang menelan biaya penyelenggaraan sebesar Rp 20.000.000 juga dimungkinkan oleh adanya sponsor, kali ini antara lain PT Wicaksana, PT Kalbe Farma, PT Astra Motor PT Inremco dan Lufthansa. Adakah para jago tua ini dalam kesulitan keuangan yang menyebabkan mereka main lagi? Tampaknya bukan. Hartwig, misalnya, adalah pemilik tanah pertanian seluas 8 hektar di Gruti, negara bagian Victoria, Australia. Akan Gonzales, selain memiliki klub tenis di Cesar Palace, Las Vegas, juga memiliki perusahaan pakaian jadi. Lainnya pun tak kurang kaya. "Memang kami terlibat antara bisnis hiburan dan olahraga," kata Punis. Tapi "lebih dari itu kami ingin menggairahkan minat masyarakat terhadap tenis."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus