Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sula-Sula Penggoyak Gawang

Liga Inggris berputar lagi akhir pekan ini. Siapa penyerang yang paling buas pada musim ini?

12 Agustus 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Inggris, sebutir bola kulit bisa mendatangkan segunung fulus. Setiap pertandingan di Liga Primer, yang akan kembali berputar akhir pekan ini, bisa mendatangkan fulus Rp 3,7 miliar! Duit sebanyak itu cuma dari hak siar. Sedangkan dari Barclaycard, sponsor turnamen tiga musim ke depan, setidaknya akan jatuh dana 52 juta poundsterling atau Rp 704 miliar. Inilah liga termahal di dunia. Namun, ini wajar saja. Uang yang berputar di liga ini memang kencang. Klub-klub peserta liga ini jorjoran mengeluarkan duit. Hingga pekan silam, diperkirakan total duit yang dibelanjakan 20 klub yang bermain di liga ini mencapai 214 juta poundsterling atau sekitar Rp 3,4 triliun. Termasuk dalam jumlah itu adalah yang dibelanjakan klub pendatang baru, Fulham FC, yang memborong beberapa pemain, ter-masuk Edwin van der Sar, yang dibeli dari Juventus 7 juta poundsterling. Angka ini merupakan rekor transfer penjaga gawang di Inggris. ?Kami ingin berada di level puncak,? kata Jean Tigana, manajer klub yang berbasis di London itu. Keinginan itu tentu bukan cuma milik Tigana, tapi juga klub lainnya. Ambisi semacam itulah yang membuat Liga Primer bertabur bintang. Lalu, di antara taburan bintang yang ada, siapa sih yang paling berkilau? Jagoan baru Manchester United, Ruud van Nistelrooy, semestinya menjadi pemain yang paling menakutkan bagi lawan mana pun. Produktivitas pemain yang dibeli dari PSV Eindhoven 19 juta pondsterling ini tak perlu diragukan. Dalam musim kompetisi lalu, di kompetisi Liga Belanda, ia berhasil menceploskan 28 gol. Di MU? Tinggal dicari pasangannya yang cocok, mungkin Ole Gunnar Solskjaer. Nistelrooy beruntung. MU memiliki dua pemain tengah terbaik saat ini, David Beckham dan Juan Veron. Dukungan mereka berdua bisa membuat londo ini menggantikan posisi Teddy Sheringham sebagai mesin gol, yang pada musim lalu mencetak 15 gol. Namun, toh semua itu ada syaratnya. Ia harus steril dari cedera lututnya yang sering kambuh, dan yang penting ia harus langsung in dengan Liga Inggris yang terkenal keras. Yang relatif beruntung adalah Liverpool. Dwisula Michael Owen dan Emile Heskey terlihat makin padu saja. Kebersamaan mereka semusim silam agaknya mulai berbuah. Pertandingan pekan silam, saat mereka menggilas FC Haka, Finlandia, 5-0, dalam Liga Champions, bisa jadi awal yang baik buat keduanya. Dalam pertandingan itu, si imut Owen mencetak hattrick. Prestasi keduanya di musim lalu tidaklah buruk. Owen mencetak 16 gol, sedangkan Heskey berhasil menjaringkan bola 14 kali. Bila mereka tetap tajam di Liga Primer, tak mustahil duet ini menyamai prestasi pasangan Blackburn Rovers beberapa waktu silam, Chris Sutton dan Alan Shearer. Keganasan muka-muka lama itu bisa juga terjadi di klub lainnya. Arsenal, misalnya. Mereka memiliki pasangan hitam Thierry Henry dan Sylvain Wiltord. Keduanya bisa menjadi pasangan sula yang siap membedah gawang lawan. Demikian pula dengan klub macam Leeds, yang punya Harry Kewel dan Mark Viduka. Harapan pun tentu tidak pupus buat top scorer musim lalu, Jimmy Floyd Hasselbaink, andalan Chelsea yang menjadi mesin gol dengan mencetak 23 gol. Terlebih setelah klub itu mendapatkan playmaker Emanuelle Petit, yang balik kandang setelah bermain di Spanyol pada musim lalu. Meski demikian, posisi striker ini tak menjadi jaminan kehebatan sebuah klub. Manajer Liverpool, Gerard Houllier, ternyata tetap menjagokan Manchester United sebagai kandidat juara. Houllier mereken MU merupakan klub paling komplet, terlebih di musim ini mereka mendapat suntikan dua bintang baru, yaitu Juan Sebastian Veron dan Ruud van Nistelrooy. ?MU akan merebut gelar. Dan itu realistis,? ujar Houllier. Sejatinya, kehadiran mereka tak hanya menguntungkan MU tapi juga akan menjadikan Liga Primer sebagai tontonan menarik. Tapi, tunggu dulu. Menyaksikan aksi mereka ternyata hanya sebatas mimpi. Pasalnya, untuk tahun ini SCTV?televisi yang memegang hak siar Liga Primer di Indonesia?memutuskan absen menyiarkan secara langsung program yang telah berjalan sepuluh tahun itu. Menurut Budi Dharmawan dari bagian humas SCTV, sekalipun sudah dibantu sponsor, pihaknya tidak sanggup membayar hak siar. ?Tahun ini biayanya naik 50 persen,? katanya. Nah, dengan demikian, cuma orang yang punya duit lebih yang bisa menyaksikan aksi mereka, lewat televisi kabel atau sambil kongko di kafe. Liga Primer memang mahal. Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus