Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Suntikan tak merata

Kejuaraan yudo antarklub se-indonesia dijuari regu bangau dari tc nasional ciloto. diikuti 21 klub dari berbagai daerah. bukan semata-mata mencari peyudo terbaik. (or)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Suntikan tak merata
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
REGU Bangau dari TC nasional Ciloto memang tangguh. Berintikan pejudo-pejudo junior terbaik dari seluruh Indonesia, regu ini mengalahkan klub JIB (Judo Institut Bandung) Bandung di final kejuaraan judo antarklub se-Indonesia I. Pertandingan tanpa istirahat sejak pukul 09.00 - pukul 22.00, 6-7 Maret berlangsung di gedung Pusat Olahraga Pajajaran, Bandung. Kekuatan regu TC Ciloto memang sudah diduga sebelumnya. Sejak ]anuari mereka digembleng untuk diseleksi dan kelak akan dilatih di Jepang. Di Ciloto gemblengan dilakukan pagi, sore dan malam masing-masing 2 jam selama 5 hari dalam seminggu. Sedang gemblengan yang dilakukan oleh klub-klub, hanya 2 jam sehari, 2 - 3 kali seminggu. Karena latihan kurang, "menyebabkan lemahnya prestasi daerah," kata Atang M. Noor, Ketua JIB yang juga ketua panitia penyelenggara kejuaraan ini. Kejuaraan yang diikuti 21 klub dari berbagai daerah (masing-masing mengirimkan 5 pejudo) ini bukan semata-mata mencari pejudo terbaik yang dimiliki klub-klub di daerah. Juga, "untuk menghidupkan kegairahan klub dan pembinaan klub yang selama ini terbengkalai," kata Atang M. Noor. Dengan kejuaraan ini, seperti kata Ir. A.R. oehoed, Ketua Umum PB PJSI, frekuensi pertandingan dapat lebih ditingkatkan. Dan klub-klub itu dapat membina pejudonya "lebih baik dan serius." PB PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia) sudah sejak 1'h tahun lalu gencar menekankan pembinaan prestasi. Tapi 'suntikan' prestasi PB PJSI belum menemui sasaran dengan merata. Karena itu, menurut Ketua Bidang Pembinaan PB PJSI, Tonny Atmajaya, "pejudo daerah yang berbakat akan dilatih di Ciloto mengikuti peningkatan teknik 2-3 bulan kemudian dipulangkan ke daerah asal." Di daerah-daerah sendiri selama ini dinilai pertandingan kurang diadakan. Yang ada selama ini kejuaraan daerah setahun sekali, kejuaraan nasional dua tahun sekali dan PON empat tahun sekali. Di samping itu, menurut Atang M. Noor, mendapatkan pelatih yang baik cukup sulit di daerah. Klub JIB, misalnya, dengan anggotanya 350 orangselama ini terpaksa berlatih seadanya. Klub BJC Bandung yang menjadi juara 111 di kejuaraan pekan lalu itu, punya masalah hampir sama. Klub yang sudah berumur 14 tahun ini mempunyai dojo (tempat latihan) di rumah pembinanya, Aep Aedy seluas 10 x 10 m. Ada delapan pelatih untuk menangani 200 anggota. Bantuan uang Rp 6 ribu/bulan dari KONI Kodya Bandung tak bisa membantu banyak. "Untuk bayar listrik saja susah," kata Aep. Prawoko, pejudo nasional yang membawa regunya dari Lanudal Juanda Surabaya ke kejuaraan ini juga belum merasakan pembinaan PB PJSI. Klubnya berdiri 4 tahun lalu dengan fasilitas cukup. Tapi mencari pelatih dirasakan sulit. Itulah sebabnya ia tak banyak menuntut prestasi pada anak asuhannya. "Bagaimana mau berprestasi kalau pelatihnya tak punya teknik yang baik," kata Prawoko polos.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus