Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sasaran antara di Gajah Mungkur

96 pembalap sepeda dari berbagai klub di jawa dan bali memeriahkan perlombaan balap sepeda di pinggir waduk gajah mungkur, wonogiri, sepanjang 110 km. (or)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Sasaran antara di Gajah Mungkur
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
WADUK Gajah Mungkur ternyata tak hanya untuk irigasi dan menjinakkan banjir--juga memacu kegiatan olahraga. Begitu waduk diresmikan Presiden Soeharto November tahun lalu, segera berlangsung lomba lari maraton diikuti atlet nasional dan daerah. Menyusul lomba sepatu roda kawasan Ja-Teng dan lomba ski air. Hari Minggu 7 Maret lalu, 96 pembalap dari berbagai klub di Jawa dan Bali datang ke waduk untuk unjuk kekuatan. Jalan melingkar mengelilingi waduk yang indah sepanjang 110 km dijadikan arena balapan. Begitu lepas dari garis start di Monumen Gajah Mungkur, para pembalap terpaksa merayap di jalan berpasir sepanjang 3 km yang tidak pernah dilalui kendaraan umum. Lepas dari jalan milik proyek Waduk Wonogiri itu, para pembalap meluncur di jalan yang memang sepi. Di kanan para pembalap, sampai jarak 25 km terhampar bukit-bukit cadas yang kering kerontang. Di kiri membentang waduk yang sengaja dibangun untuk menjinakkan amukan Bengawan Solo. Perahu-perahu kecil kelihatan mengapung. Mengayuh terus menuju selatan, pada km 50, jalan mulai menjauhi pinggiran waduk, terus menuju Kota Wonogiri di km 90, dan berputar kembali ke Monumen Gajah Mungkur. Atlet Pelatnas dengan 14 pembalap menyemarakkan perlombaan nomor perorangan. Mereka berlomba dengan serius, bukan untuk merebut piala setinggi 2 meter dari Menteri PU, tetapi menjajagi persiapan untuk kejuaraan balap sepeda Asia 7-11 April dan Asian Games Desember mendatang. Sutiono, atlet Pelatnas dengan pengalaman internasionalnya, baru kali ini mencoba sirkuit Wonogiri, dan keluar sebagai juara pertama. Waktunya 3 jam, 06 menit, 28 detik. Ia ditempel ketat Moch Yusup dan Franky van Aert keduanya dari Pelatnas dengan waktu sama 3.06.29. Sampai urutan ke-7 semua diborong atlet Pelatnas. Yang berhasil membawa pulang piala Menteri PU, klub Sangkuriang Bandung dengan pembalap yang juga tak asing, seperti Enceng Durachman, Johny Harun, Munari Saleh dan Ajat Sudrajat. Sangkuriang datang ke Wonogiri dengan 6 regu, di antaranya 5 regu terdiri dari "orang-orang pemula". Juara regu kedua, klub Sunan Giri Jakarta dan yang ketiga klub pendatang baru Pusaka Putih Sukoharjo. Sirkuit ini ternyata dipuji banyak pelatih. Ihun Kusnadi, 40 tahun, bahkan menyebut, rute ini tak kalah dengan rute kejuaraan dunia. Ada tanjakan dan turunan yang baik. "Medan ini luar biasa bagusnya," puji Ihun. Edwan Siagian, 30 tahun, pelatih klub Kebayoran Jakarta menyebut alam yang indah itu sangat mendukung. Sedang Harry Sapto, 30 tahun, pimpinan Proyek Pelatnas Balap Sepeda, menyebut arena ini uk kalah dari lintasan SEA Games di Manila. Sutiono sendiri--dan juga atlet Pelatnas lainnya--mengakui sirkuit Wonogiri ini enak. Tapi ia lebih senang karena penduduk di sekitar sana jarang dan lalu lintas tidak ramai. Ini membuat keamanan lebih terjamin. Akan halnya keindahan alam, "yah, menyenangkan juga dilihat setelah capek," kata Sutiono. Tetapi kritik untuk sirkuit ini juga ada. Harry Sapto menyebut ada jalan rusak dan banyak lubang. Ihun mengkritik banyaknya pasir yang menyebabkan atlet asuhannya tak bisa mengembangkan kecepatan maksimal. Ini semua diakui Drs. Amandi Sayidiman, Pengurus Pengda ISSI Ja-Teng yang juga Pimpinan Perlombaan. "Ada bencana tanah longsor di sekitar Nguntoronadi sepanjang 5 km yang membuat sirkuit bopeng," katanya. Apa target tim Pelatnas dari perlombaan Wonogiri ini? Tampaknya memang hanya untuk mengukur sejauh mana kesiapan tim ini terjun di Bangkok, April nanti. Sutiono sendiri mengaku sudah siap 75 persen sejak di-TC-kan Februari lalu. Tetapi Bangkok, menurut Harry Sapto tidak begitu penting. "Di sana hanya untuk mengukur kekuatan buat target Asian Games," kata Harry, usahawan muda di bidang kontraktor, yang sepenuh waktunya tercurah pada Pelatnas ini semata-mata karena menyalurkan hobinya. Ia kelihatan yakin pada kemampuan Sutiono cs di Bangkok nanti. Soalnya saingan kuat seperti RRC, Jepang dan Korea agak terhalang berlatih dalam bulan-bulan terakhir ini karena musim dingin. "Harapan baik untuk road race. Untuk kelas track memang masih perlu banyak latihan, saya akan mencoba untuk membina terus," lanjut Harry Sapto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus