REGU volley DKI Jaya dan regu Ja-Tim silih berganti berebut
angka. Hingga set ke-4 kedua regu mengumpulkan angka 2-2.
Keduanya memiliki kemampuan dan kekurangan yang seimbang. DKI
punya kelebihan teknik, tapi lemah pada stamina, sedang Ja-Tim
sebaliknya.
Set ke-5, set penentuan, Ja-Tim membuka skor 1-0. Karena serve
Ja-Tim terlalu melebar, DKI punya kesempatan untuk menyamakan
1-1. Tapi Ja-Tim yang dimotori smasher Ashari, Didit dan juga
Paulus, mendobrak pertahanan DKI yang mulai kehilangan bentuk.
Cepat saja angka melaju. Tanpa kesulitan, angka sudah 10-5 untuk
Ja-Tim. Ketika DKI bangkit untuk mengejar dengan mengumpulkan
angka 7, Ja-Tim sudah melesat dengan angka 13. Alhasil, walau
regu DKI Jaya mendapat support dari penonton yang memadati
Istora Senayan, 5 Maret malam, Ja-Tim tetap unggul. Dengan
begitu Ja-Tim menyandang juara putra Kejuaraan Nasional Bola
Volley Junior 1982 yang berlangsung 28 Februari - 5 Maret.
"Ramalan saya meleset," kata Tjuk Sugiarto, Kepala Dinas
Olahraga DKI.
Ia berharap DKI bakal menjadi juara putra dan putri. Ternyata
hanya putri yang berhasil. Sedang regu putra Ja-Teng menduduki
juara III. Pada bagian putri, regu Ja-Tim meraih juara II,
Ja-Teng sebagai juara III setelah dengan alot menundukkan
Ja-Bar.
DKI yang punya atlet bertubuh tinggi, rata-rata 175 cm,
tampaknya belum punya kematangan sebagai juara. "Regu DKI
kelihatan grogy ketika stand 2-2," kritik Sugiarto. Di samping
itu, tim ini pun ditangani pelatih muda yang masih dianggap
kurang pas dalam menyusun pemain.
Tapi pelatih Yono melihat, stamina para pemain sebagai penyebab
kekalahan. Waktu dua minggu dengan tujuh kali latihan, katanya,
hanya digunakan untuk memperkompak tim, belum sampai tingkat
meningkatkan stamina. Kalau saja ada waktu satu bulan, ia yakin
stamina anak asuhannya bisa ditingkatkan.
Regu Ja-Tim yang tak punya target juara, mempersiapkan tim
hanya dalam waktu seminggu. Dan di lapangan tim ini selalu
tampak ganas. "Kami memang tanamkan fanatisme Jawa Timur," kata
pelatih Sutedjo. Itu rupanya modal penting arek-arek Ja-Tim ini.
Sehingga Ashari yang mempunyai tinggi tubuh 184 cm, selalu
menggebu melancarkan smash dan terus-menerus mengeblok hantaman
musuh.
Lapangan
Tapi mengapa regu putri hanya sampai juara II? Menurut Sutedjo,
"karena tak punya lapangan." Untuk main di start hall
dibutuhkan biaya Rp 10 ribu sekali main,sehingga selama ini regu
putri terplksa berlatih di lapangan terbuka-walaupun regu putri
ini sempat di-TC-kan di Malang seminggu dan di Surabaya 5 hari.
Selesai Kejurnas ini PB PBVSI harus mempersiapkan tim junior
menjelang Kejuaraan Asia di Kuala Lumpur, Juni-Juli nanti. Para
pemain terdiri dari mereka yang muncul di Kejurnas ini.
Bagaimana rencana pembibitan pemain? Di Jakarta, Litbang PB
PBVSI telah menyelenggarakan program mencari pemuda berusia di
bawah 15 tahun dengan tinggi tubuh 175 cm (untuk pria) dan 165
cm (untuk wanita). Program ini sudah menyeleksi peminat,
sehingga dalam waktu dekat mereka akan dibina melalui klub-klub
volley yang sudah ada.
Pembibitan itu agaknya masih dalam kaitan P-3 (Pembinaan
Prestasi Pelajar) dari Dinas Olahraga DKI. Proyek yang dibiayai
APBD DKI sejak 1976 ini meliputi senam, atletik, bola basket,
bola volley, tennis dan tinju. Latihan dilakukan tiga kali dalam
seminggu -masing-masing 3 jam. Khusus bidang bola volley, hasil
yang bisa dilihat adalah Kejurnas junior tadi.
Tak kalah menarik pada malam final Kejurnas itu adalah
penampilan regu nasional Jepang. Di Istora regu-tamu ini
menggilas DKI Jaya dan tim nasional-tanpa pemain Gugi Gustaman,
Eddy Witoko dan Liem Siauw Bok--dengan telak: 3-0 Di Bandung,
regu nasional Jepang ini pun menggulung regu Ja-Bar.
Kekalahan ini tak mengendurkan niat tim bole olley nasional
untuk ke Asian Games, Desember mendatang di India. Bahkan, April
ini PB PBVSI akan memanggil para pemain untuk di-TC-kan. "Sudah
dipastikan bola volley akan berangkat," kata Tjuk Sugiarto, yang
juga menjadi Ketua Bidang Pembinaan PBVSI.
Di atas kertas, seperti diakui Tjuk, kekuatan RRC, Jepang, Korea
Selatan dan Korea Utara tak tertandingi. Tapi dengan negara
lain, tim nasional punya harapan. "Saya optimistis nomor 5 ,"
kata Tjuk Sugiarto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini