PUKULAN jarak pendek di atas green menentukan kemenangan. Dan
Kuo Chie Hsiung (Taiwan) yang memiliki perhitungan cermat untuk
pukulan tersebut akhirnya keluar sebaai juara"Indonesia Open
1978" yang diperebutkan di Padang Golf Ancol, Jakarta, selama 4
hari sejak 30 Maret yang lalu. Dia mencatat skor terendah, 9 di
bawah par 275 dan mengantongi hadiah uang sebesar 4.884 dolar
AS.
Ketika melakukan pukulan awal (tee-off) pada hari terakhir
skornya masih berimbang dengan teman senegaranya, Hsu Seng San,
juara Indonesia Open '75, sama-sama mencatat 7 di bawah par.
Dengan diiringi sekitar 1.000 penonton yang terus menerus
membuntutinya dari belakang, Chie Hsiung membuat dua kali
kesalahan. Sewaktu tee-off di hole 4 par 3, bolanya melenceng ke
kiri. Bola dia angkat dengan tongkat wedge tapi toh gagal
mendekati bendera. Dengan dua putt barulah bola bersarang ke
lobang. Dia bogey (mencatat pukulan 1 di atas par) di sini.
Kemudian ketika tee-off dari hole 10, bolanya bersembunyi di
bawah pohon. Baru pada pukulan ketiga bola jatuh di green. Bogey
lagi. Tapi pada hari penentuan itu dia berhasil meraih 4 buah
birdie (mencatat pukulan 1 di bawah par) masing-masing di hole
9, 14, 16 dan 18.
Dia tampak begitu yakin dengan pukulan putt. Pada hole terakhir
ketika dia berdiri di atas green, panitia berseru kepada tukang
potret dan juru kamera teve untuk tidak mengambil gambar ketika
Chie Hsiung membuat pukulan putt. Tapi suara ceklak-ceklik dari
alat potret tidak mau berhenti. Hsiung sendiri tak acuh dengan
gangguan suara itu. Dan dari jarak 4 yard bola dia tenggelamkan
ke lobang. Birdie.
Para penggemar golf sebenarnya menaruh harapan pada Hsu Sheng
San untuk merebut kembali kejuaraan. Apalagi setelah melihat
prestasinya hari pertama, ketika dia sudah mencatat 5 di bawah
par 66. Pada tiga hari berikut ia merosot dalam membaca laju
lambannya green Pada hari terakhir di hole 15, dia membuat
bogey, hanya karena pukulan putting dari jarak kurang 1 yard
yang gagal. Skornya anjlok menjadi 6 di bawah par 278. Eleutri
Nival dari Pilipina juga mencatat skor sama, hingga mereka
berdua sama-sama menduduki tempat ke dua, dengan hadiah uang
2700 dolar AS.
Mirip Anak Tegal
Nival, seorang di antara 159 peserta luar negeri, jadi pemain
kesayangan hari itu. Karena pukulannya yang mantap,
sebut-sapanya yang manis terhadap penonton, di samping
tampangnya yang mirip anak Jawa dari Tegal. Ia merupakan pemain
yang mengumpulkan skor mantap dari hari ke sehari (69, 69, 71,
69). Dia tak pernah terpengaruh oleh dua lawan-lawannya dalam
satu grup (Hsu Sheng San dan Hsieh Min Nan). Nleskipun kedua
lawannya menggoda dengan membuat pukulan kedua supaya berada di
green untuk par 5 berjarak 490 dan 530 yard. Nival tak
terpengaruh. Dengan pukulan santai dia selalu menempuh jarak itu
dengan tiga pukulan, dan masing-masing tetap par. "Saya bisa
mencapai jarak itu dengan dua pukulan, tapi saya ragu-ragu. Dan
kalau saya pukul jangan-jangan saya bisa double bogey,''
katanya.
Permainan yang cukup tegang dipertontonkan oleh Mike Krantz dari
Amerika Serikat. Pada hole 17 par 5 jarak 530 yard dia
berspekulasi untuk mencapai green dengan pukulan kedua. Ini dia
lakukan untuk merebut kedudukan tempat kedua setelah dia melihat
teman satu grupnya Chie Hsiung sudah mencatat 8 di bawah par. Di
belakang, ada Sheng San dan Nival dengan 6 di bawah par. Tapi
pemain dari AS yang jangkung bagai belalang ini, gagal mencapai
green dengan pukulan kedua, bolanya masuk ke kali. Mujur dari
jarak 3 yard dia masih bisa memukul bola dengan satu putt. Par
dia ada di sini.
Pada hole terakhir bolanya menyuruk ke bawah pohon di bawah
rumput tebal. Dia hantam, bola menyambar daun pohon dan jatuh di
bunker. Dia baru bisa mencapai green pada pukulan ke-4, karena
pukulan ketiga dari bunker hanya bergerak 3 yard dari pasir. Dia
boogey di hole ini. Dia hanya berhasil menempati kedudukan ke
empat bersama Gaylord surrows (juara tahun lalu). Tempat ketiga
diduduki Sugimoto (Jepang) dan Hsieh Min An.
Buat Indonesia sendiri kejuaraan tahun ini (yang masuk dalam
rangkaian sirkuit golf Asia), merupakan tahun mujur. Meskipun
pemain andalan Mamat Kajal gugur pada hari kedua dan Gemmy hari
ketiga, Hasan Hamdan berhasil main terus sampai hari keempat.
Untukpertama kali Indonesia bisa masuk babak terakhir. Dia catat
skor 8 di atas par 292.
Kabarnya anak muda berusia 25 tahun ini akan diikutsertakan
dalam rangkaian sirkuit berikutnya, di Taiwan, Korea Selatan dan
Jepang. Mungkin Hasan dan kawan-kawan bisa bermain lebih baik
andai pihak PGI bisa memberikan pembinaan yang lebih berarti.
Bayangkan saja, baru sejak Pebruari yang lalu diadakan kompetisi
golf dengan mengikutsertakan pemain profesional. Sedangkan
pertandingan-pertandingan dan pembinaan yang kontinyu amat
diperlukan.
Akan pemain amatir, Marjuki, yang berlatih dan terkadang tidur
di Padang Golf Ancol, keluar sebagai pemenang setelah melalui
pertandingan penentuan (play off) dengan 2 pemain Malaysia, S.
Bluah dan S. Jusuf. Mereka bertiga sama-sama mencatat skor 13 di
atas par 297. Tapi dalam pertandingan penentuan tersebut, pada
hole pertama Marjuki berhasil membuat birdie dengan pukulan
putting sejauh 12 yard. Sehingga dia mengalahkan kedua lawannya.
Selamat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini