KESEPAKATAN peserta rapat pleno Persatuan Catur Jakarta
melimpahkan tuas pembentukan pengurus baru periode 1978-1980
pada 3 formatur--Teuku Jam Mohamad Said (25 suara), Willy
Silitonga (24 suara), dan H.A. Darussalam (4 suara) --ternyata
belum berhasil menelorkan keinginan para pemilih tersebut.
Sehingga mandat yang diperoleh ketiga formatur pada tanggal 5
Maret lalu itu terpaksa dipulangkan kembali kepada anggota.
Karena batas waktu 1 minggu yang diberikan untuk penyusunan
pengurus telah lewat tanpa hasil.
Dalam pernyataan bersama yang disampaikan ketiga formatur itu
disebutkan bahwa pengembalian mandat tersebut disebabkan tidak
terdapatnya persesuaian faham di antara mereka. Sekalipun mereka
tidak memperinci yang menjadi ganjalan dari ketidak-samaan
pendapat itu, namun masalah utamanya tak berkisar dari figur
Ketua Umum. Teuku Jam Mohamad Said, bekas Ketua Umum Percaja
periode 1976-1978, menginginkan agar kursi pimpinan ini
diberikan kembali pada dirinya. Sedang 2 formatur lainnya
menghendaki lowongan itu diberikan pada Buce Kumayas, Ketua Klub
Catur Mercury 888.
Diancam
Keinginan menampilkan figur baru itu, menurut Silitonga dan
Darussalam,dikarenakan pengurus lama di bawah pimpinan Teuku Jam
Mohamad Said telah terjerat dalam pertanggunganjawab keuangan
yang tak beres. Sorotan utama ditujukan pada masalah bantuan
KONI Jaya yang berkisar sekitar 3 1/2 juta rupiah yang dalam
laporan pertanggunganjawab cuma tercatat 1 juta rupiah. Selain
itu disinggung juga hutang-hutang untuk pelaksanaan kegiatan di
luar program Percaja, seperti Turnamen Antar Master dan
Pengiriman tim Percaja Selection ke Singapura, tahun lalu.
Tidak terdapatnya kesatuan bahasa di antara para formatur itu,
akhirnya mengundang KONI Jaya untuk memyelesaikan masalah
tersebut. Di gedung catur DKI Jakarta, Minggu 26 Maret lalu 33
anggota Percaja diundang kembali untuk mencari pimpinan baru.
Rapat luar biasa yang dipimpin oleh Ketua Umum KONI Jaya, Erwin
Baharuddin ternyata tidak langsung menuju pemilihan. Tapi lebih
dulu meminta laporan dari komisi-komisi yang ditugaskan menilai
kerja kepengurusan lalu.
Dari sejumlah laporan yang dibacakan, masalah komisi bidang
keuangan dan komisi verifikasi telah menarik perhatian anggota.
Sebab kedua laporan mengungkapkan secara jelas kekurangan
pengurus lama dalam pengelolaan keuangan organisasi. Komisi
bidang keuangan, misalnya, mengungkapkan sumber keuangan Percaja
yang tak menentu --umumnya dana organisasi merupakan sumbangan
dari donatur. Tak adanya sumber tetap itu ternyata tak membuat
pengurus prihatin. Laporan mengungkapkan, pengurus tidak pernah
menekan anggaran sehingga menjadikan hutang bertumpuk.
Bagian angka-angka dari uang masuk dan keluar Percaja merupakan
tugas komisi verifikasi. Ojak Pasaribu, Ketua Komisi Verifikasi
menyatakan timnya mendapat kesulitan dalam menyelesaikan masalah
ini dikarenakan bendahara dalam kepengurusan lampau selalu
berganti-ganti. Di samping itu, ia tak kurang mendapat ancaman
lewat tilpon dalam menjalankan tugas. Ojak Pasaribu tidak
menyebutkan siapa yang mengancam dia itu dan apa maunya. Namun
bisa ditebak, 'pengancam' kelihatan tidak ingin masalah keuangan
dibeberkan secara terperinci.
Tak Seluruhnya Setuju
Ojak Pasaribu ternyata tidak gentar menghadapi 'ancaman' itu. Di
depan rapat ia kemukakan semua masalah keuangan yang diteliti
timnya. Mulai dari belum diterimanya uang bantuan 2.000 dolar AS
untuk biaya pengiriman Grand Master Result, Herman Suriadireja
ke luar negeri, sampai kepada pertanggungan jawab anggaran yang
diberikan KONI Jaya. Di akhir laporan ia mengatakan: "Hutang
sebenarnya dari pengurus lama adalah 4.776.430 rupiah. Tapi
setelah masuk hasil-hasil susulan, maka kini tinggal 357.700
rupiah yang akan dipikul oleh pengurus baru "
Entahlah apa hubungannya dengan pembeberan masalah keuangan yang
dikemukakan secara blak-blakan itu. Tapi ketika sidang
mengusulkan nama Teuku Jam Mohamad Said dan Buce Kumayas sebagai
formatur baru--sekaligus akan menjabat Ketua Umum Percaja--calon
pertama langsung menyatakan keberatan. "Tugas saya sebagai
pegawai pemerintah tak memungkinkan lagi diri saya untuk menjadi
pimpinan Percaja," kata Teuku Jam Mohamad Said memberikan alasan
penolakan. Teuku Jam Mohamad Said adalah Humas DPRD DKI Jakarta.
Tinggal kini, calon tunggal Buce Kumayas. Tapi bukan berarti ia
mendapat dukungan penuh, sekalipun dalam pidato kampanye ia
menyatakan kesediaan memikul hutang yang dibebankan pada
pengurus baru. Dalam pemungutan suara atas permintaan anggota,
ia cuma mendapat 15 suara. Sisanya, 13 suara, 1 tanda tanya, 2
untuk calon yang mengundurkan diri, 1 tak menginginkan adanya
Ketua Umum, dan 1 melakukan walk out karena tak setuju dengan
cara pemilihan.
Melihat perbandingan angka-angka pemilih itu, mungkinkah Percaja
akan lebih kompak dan berbobot di bawah pimpinan Buce Kumayas?
"Kenapa tidak," kata bekas formatur, Darussalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini