Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA origami berupa bangau biru, ruang ganti yang bersih, dan kertas bertulisan ucapan terima kasih dalam bahasa Rusia. Itulah "warisan" tim nasional Jepang di Piala Dunia 2018 setelah berkemas dan pergi dari Stadion Rostov Arena, Rusia, Senin pekan lalu. Peninggalan tim berjulukan Samurai Biru itu melengkapi aksi para fan Jepang yang banyak mendapat pujian karena memunguti sampah di tribun stadion seusai laga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari itu, di hadapan 41 ribu penonton yang memadati Rostov Arena, Jepang mengalami kekalahan tragis di Piala Dunia. Menghadapi tim favorit, Belgia, pada babak 16 besar, Jepang unggul 2-0 dengan waktu tersisa 20 menit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun dua gol dalam waktu tiga menit dan satu lagi pada masa perpanjangan waktu membuat Belgia lolos ke perempat final. Mereka adalah tim pertama sejak 1970 yang berhasil lolos dari babak 16 besar setelah tertinggal dua gol.
Pelatih Jepang, Akira Nishino, mengatakan kekalahan itu membuat para pemainnya syok dan sedih. Nishino bahkan sampai harus memaksa mereka menuju ruang ganti dan berganti pakaian karena mesti segera pergi. "Ini memang mengecewakan. Kami sudah unggul, tapi tak bisa mendapatkan kemenangan," katanya seperti ditulis Reuters.
Nishino menyatakan dialah yang harus memikul tanggung jawab atas kekalahan tersebut. "Target kami adalah maju ke babak selanjutnya, dan aku tak bisa menyebut hasil yang kami peroleh ini sebagai sebuah kesuksesan," ujar Nishino, yang lalu memutuskan mundur sebagai pelatih Jepang.
Para suporter Jepang menangis. Hilang sudah kesempatan menang yang telah di depan mata. Namun kekalahan itu tak membuat mereka kehilangan semangat. Para suporter tetap berada di stadion. Sebagian bernyanyi untuk menghibur tim mereka. Sisanya bersiap melakukan hal yang selalu mereka kerjakan seusai pertandingan: memunguti sampah di tribun.
Alih-alih langsung bubar dan keluar dari stadion seperti penonton lain, para suporter Jepang tak segera beranjak dari tribun mereka. Untuk terakhir kalinya mereka mengeluarkan kantong-kantong plastik besar, menyisir tribun dan mengumpulkan sampah.
Berita, video, dan foto tentang aksi para fan Jepang itu menyebar di media sosial. Aksi tersebut mendapat banyak pujian dari para pengguna media sosial. Jepang pun didapuk sebagai tamu terbaik dalam Piala Dunia 2018 di Rusia.
Tak ayal, sikap suporter yang sopan dan suka bersih-bersih itu membuat Jepang menjadi idola. "Saya pun ikut mendukung tim mereka," kata Kubanychbek Kubatbekovich, warga Kazan, Rusia, kepada Tempo.
Menurut Kubatbekovich, apa yang dilakukan para suporter Jepang jarang terjadi dalam sebuah pertandingan sepak bola. Memang, ada penonton yang membawa lalu membuang sampahnya sendiri ke tempat penampungan di luar tribun. Tapi mereka tak pernah beramai-ramai menyisir seluruh tribun mengumpulkan sampah.
Umumnya penonton malah pergi begitu saja meninggalkan stadion dengan sampah masih berserakan. "Karena hal sederhana itu, banyak orang menghormati tim dan suporter Jepang," ujar Kubatbekovich.
Aksi para fan itu, seperti dilaporkan Japan Times, populer sejak pertandingan pertama Jepang digelar. Tak menjadi tim favorit di Piala Dunia, tim Samurai Biru membuat kejutan dengan mengalahkan Kolombia 2-1 dalam pertandingan perdana Grup H. Jepang menjadi negara Asia pertama yang mampu mengalahkan tim dari Amerika Selatan dalam sejarah Piala Dunia.
Tak cuma membersihkan area yang mereka tempati, suporter Jepang juga mengumpulkan sampah dari tribun tetangga. Mereka bahkan memilah sampah kertas dan botol plastik, lalu membawa kantong-kantong besar yang menampungnya keluar dari stadion untuk diletakkan di bak penampungan.
Aksi bersih-bersih itu berlanjut dalam pertandingan-pertandingan berikutnya. Suporter Jepang tak pernah buru-buru meninggalkan stadion seusai laga. Video serta foto para suporter saat mengangkuti sampah di stadion pun beredar luas di Internet dan memukau dunia.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya fan Jepang beraksi membersihkan tribun stadion dalam Piala Dunia. Aksi serupa populer setelah sejumlah suporter tertangkap kamera sibuk memunguti sampah seusai pertandingan Piala Dunia 2014 di Brasil.
Diperkirakan ribuan ton sampah dihasilkan selama sebulan penyelenggaraan Piala Dunia. Sebagai perbandingan, selama Piala Dunia 2014, sedikitnya ada 776 ton limbah yang bisa didaur ulang. Sedangkan volume sampah yang tak bisa didaur ulang lebih dari 1.500 ton.
Para petugas kebersihan sebenarnya cukup cekatan mengumpulkan sampah. Di arena Fan Fest, misalnya, mereka menggunakan metode "jemput bola" atau langsung mengambil dan memilah sampah yang terlihat di meja makan. Trik ini membantu mengurangi tumpukan sampah.
Metode tersebut merupakan bagian dari program kebersihan dan daur ulang yang diterapkan panitia penyelenggara Piala Dunia dan Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Selain upaya cepat pengumpulan sampah, wadah dengan warna dan logo khusus dibuat untuk memudahkan para suporter memilah sampah kertas, plastik, kaca, logam, dan bahan berbahaya.
Tindakan para suporter Jepang memukau penonton Piala Dunia lain. Namun, bagi orang Jepang, hal itu sudah biasa mereka lakukan sejak kecil. Apa pun hasil yang didapatkan tim Jepang, mereka selalu memunguti sampah seusai pertandingan.
Membersihkan tribun juga menjadi cara mereka menunjukkan dukungan kepada tim nasional. Kantong-kantong sampah kosong berwarna biru yang mereka gunakan sejatinya adalah pernak-pernik yang dilambai-lambaikan selama pertandingan. "Setelah pertandingan selesai, kantong itu bisa menjadi tempat sampah," kata Wataru Morita, suporter Jepang yang menonton timnya bertanding melawan Senegal di Ekaterinburg Arena.
Menurut Morita, membersihkan tribun selepas pertandingan adalah cara suporter Jepang menunjukkan budaya mereka yang menghargai kompetisi sepak bola. "Kami ingin menunjukkannya kepada dunia," ucapnya seperti ditulis Asahi Shimbun.
Ternyata bukan hanya warga Jepang yang senang bersih-bersih stadion seusai laga. Para fan Senegal juga memunguti sampah di tribun seusai laga perdana timnya di babak penyisihan grup. Mereka pun melakukannya lagi dalam dua laga berikutnya dan menuai pujian.
Gora Ndoye, seorang suporter Senegal, mengatakan mereka merasa berkewajiban menjaga nama baik negara. Salah satu caranya adalah membersihkan tribun stadion dari sampah setelah tim mereka bertanding. "Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kami bisa melakukan sesuatu yang baik," tutur Ndoye seusai laga Senegal versus Jepang, 24 Juni lalu, seperti ditulis Reuters.
Seakan-akan memperkuat citra bagus yang dibangun para fan, tim nasional Senegal memberi penghormatan kepada penonton dalam laga terakhir penyisihan grup. Mereka menari bersama di lapangan untuk merayakan kehadiran di Piala Dunia meski gagal lolos ke babak 16 besar.
Aksi bersih-bersih itu rupanya cepat menular. Para suporter tim Panama bertahan di stadion untuk memunguti sampah selepas pertandingan. Bahkan mereka tetap rajin memilah sampah setelah Panama dilibas Inggris 6-1 pada 24 Juni lalu.
Lantaran baru pertama kali mengikuti Piala Dunia dan kalah pengalaman, Panama tak bisa berbuat banyak sehingga kalah telak ketika menghadapi Belgia, Inggris, dan Tunisia. Sama seperti fan Jepang dan Senegal, aksi sederhana para suporter Panama membuat negara itu banyak mendapat pujian.
Tempo | Gabriel Wahyu Titiyoga (Kazan)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo