Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DMITRY Medvedev girang luar biasa. Belum lama terpilih menjadi Presiden Rusia, menggantikan Vladimir Putin, dia mendapat berkah tak terkira. Dua pekan silam, klub kesayangannya, Zenit Saint Petersburg, mencatat sejarah baru. Klub ini menjadi juara Union of European Football Associations Cup.
Memang sih, di ranah Eropa, kasta kejuaraan ini berada setingkat di bawah Liga Champions. Maklum, pesertanya juga hanya peringkat empat dan lima di masing-masing liga negara di Eropa, atau klub operan yang kandas dari Liga Champions.
Toh, yang namanya juara tetap saja membanggakan. Apalagi kisah perjalanan klub ini menuju puncak pun luar biasa. Zenit mengandaskan beberapa klub Eropa papan atas: Villarreal, Olympique Marseille, Bayer Leverkusen, dan Bayern Muenchen. Dalam final di Manchester, Zenit menewaskan Glasgow Rangers asal Skotlandia dengan skor 2-0.
Gelar juara tak langsung membuat nama klub ini “bunyi”. Dan ternyata sejarahnya unik. Klub ini bermula dari perkumpulan sepak bola pekerja pabrik metal yang berdiri sejak 1925. Berbeda dengan Dinamo Kiev atau Dinamo Moskow, yang berdiri semasa Uni Soviet tegak dan sangat dikenal, nama Zenit masih terdengar asing. Nah, bagaimana pula klub ini bisa berubah jadi beringas dan mematikan?
Tak sulit mencari jawabnya. Nama pelatih Dick Advocaat patut dikedepankan. Kehadiran meneer asal Belanda itu menandakan kemakmuran klub yang beberapa kali berganti nama ini. Sejak tahun lalu, Advocaat diganjar gaji yang memabukkan–seperti minuman vodka–yaitu 4 juta pound sterling atau lebih dari Rp 74 miliar per tahun. Tawaran dari tim nasional Australia pun ditampiknya.
Sejak 2005, Zenit memang menjadi klub Rusia yang paling bergelimang duit. Sebabnya, perusahaan gas alam negeri itu, Gazprom, menjadi pendukung utama klub ini. Perusahaan gas terbesar keempat di dunia itulah yang menanamkan investasi di lapangan rumput Zenit. Modelnya mirip yang dilakukan Roman Abramovich terhadap Chelsea.
Di Petersburg, Gazprom langsung menggelontorkan uang hampir US$ 100 juta atau sekitar Rp 940 miliar. Angka ini memang masih cemen dibanding investasi di klub-klub papan atas Eropa. Namun itu sudah pantas untuk Liga Rusia, yang tidak seramai dan seketat Liga Inggris.
Untuk memperkuat skuad, perusahaan gas dan minyak bumi itu menyediakan hampir 50 juta pound sterling untuk membeli pemain yang cocok. Uang sekitar Rp 933 miliar itu digunakan buat membeli penyerang Pavel Pogrebnya; gelandang asal Ukraina, Anatoliy Tymoschuk; dan pemain terbaik Rusia, Andrei Arshavin. Pemain dari luar Eropa pun digamit Advocaat. Alejandro Dominguez, asal Argentina, diajak main di klub ini. Fatih Tekke, penyerang asal Turki yang berharga 7 juta pound sterling, juga masuk skuad inti.
Lainnya? Mereka memugar Stadion Petrovsky di Saint Petersburg dengan ukuran yang lebih besar. Pokoknya, mereka berdandan habis-habisan. Itu sebanding dengan prestasi yang didapatkan. Hanya dalam waktu dua tahun, Zenit sudah menorehkan satu gelar penting.
Keberhasilan itulah yang membuat Presiden Medvedev gembira ria. Dia sebenarnya bukanlah sekadar fan biasa. Sebelum menjadi presiden, dia termasuk orang penting di Gazprom. Nah, pada saat itulah dia memainkan peran hingga akhirnya perusahaan ini menyuntikkan dana gila-gilaan. Duit akhirnya memang menjadikan Zenit cepat melejit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo