GENAP setahun Sigit Harjojudanto, 32 tahun, menjabat ketua
Harian Liga Utama. Tokoh bola yang masih muda dengan potongan
rambut ala taruna Akabri ini dianggap teman-teman dekatnya punya
kharisma dalam menjalankan roda organisasi bola itu. Dalam
periode kepemimpinannyalah untuk pertama kali seorang manajer
tim (Kamaruddin Panggabean) diskors 1 tahun karena diangap
mencemarkan wasit.
Menurut pengakuannya sendiri, tindakan terhada manajer tim
Mercu Buana itu merupakan "penderitaan batin" buat Liga. Tetapi,
katanya, terpaksa diambil demi tegaknya wibawa organisasi.
Namun tantangan besar yang harus dia hadapi sampai jabatannya
berakhir 3 tahun mendatang adalah bagaimana membuktikan bahwa
kompetisi Liga bisa menaikkan mutu sepak bola di sini. Satu
tujuan yang jadi dasar berdirinya Liga. Di bawah ini kutipan
wawancara TEMPO dengan Sigit Harjojudanto bersama anggota Dewan
Pimpinan Liga, Nabon Noor:
Bagaimana hubungan Liga dengan peningkatan mutu sepak bola kita?
Dulu kita pernah berprestasi cukup baikdan menonjol di Asia,
karena banyak pemain-pemain yang betul-betul berbakat besar,
seperti Ramang, Djamiat Dhalhar, Kiat Sek, San Liong, Sutjipto,
Waskito, Jacob Sihasale, dan lain-lain.
Setelah itu prestasi kita menurun terus, tapi kita tak bisa
tinggal diam dan menunggu sampai bakat-bakat besar muncul lagi.
Karena itulah kita bentuk Liga Sepak bola Utama yang tugas
utamanya menyelenggarakan kompetisi antar klub secara teratur
dan terus-menerus.
Dasar pemikirannya: Klub merupakan sumber utama pembinaan dan
kompetisi sebagai sarana penting untuk menguji kemampuan pemain.
Sekarang kompetisi Liga telah berlangsung 3 kali, dan mutu
teknis persepakbolaan kita kelihatannya memang belum banyak
meningkat. Kompetisi memang harus ditata lebih baik. Tapi
setidaknya masyarakat kita kini sedang "kompetisi minded". Ini
aset yang tak kalah penting. Saya tetap yakin kompetisi Liga
akan melahirkan pemain-pemain besar.
Ketua Umum PSSI, Syarnubi Said tak setuju dengan tampilnya
pemain asing dalam klub Liga, bagaimana komentar Anda?
Kami sependapat dengan pikiran itu. Karena pemain asing tak
dapat dikategorikan sebagai tenaga ahli. Sehingga tak ada dasar
secara hukum untuk memperbolehkan mereka main dalam klub Liga.
Ada kesan yang kuat klub Liga hanya mencaplok pemain jadi dari
perserikatan. Sementara keharusan tiap klub memiliki tim yunior
tak jalan. Bagaimana Anda menjelaskan ini?
Pembinaan tim yunior dalam klub-klub Liga memang belum berjalan
dengan baik. Karena hal itu menyangkut pembiayaan yang tidak
ringan. Untuk mempertahankan hidupnya dengan mengikuti kompetisi
secara teratur saja sudah dibebani biaya yang cukup tinggi.
Tetapi masalah ini akan kita atasi tahap demi tahap.
Istilah "mencaplok" saya kira merupakan gambaran dari sikap yang
keliru dalam memandang konstelasi persepakbolaan kita. Lagi pula
tak mungkin seorang pemain diterima masuk Liga tanpa persetujuan
tertulis dari klub asalnya dan dengan persetujuan PSSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini