Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA masih berumur lima tahun, ia sering dihindari para pembalap. Ia kerap muncul di sirkuit bersama ayahnya, Graziano Rossi, yang berlaga di kelas 250 cc. Mulutnya selalu mencerocos, menanyakan tetek-bengek soal motor dan balapan. Satu-dua kali ada pembalap yang meladeninya, tapi lama-lama rekan-rekan ayahnya bosan dan memilih menghindar.
Dialah Valentino Rossi. Kini, setelah berusia 25 tahun, ia kembali menjadi momok bagi pembalap. Bukan lagi karena kecerewetannya, melainkan karena kehebatannya. Prestasinya bahkan jauh melampaui ayahnya, yang pernah menjadi juara tiga kelas 250 cc. Tiga tahun lalu Valentino telah mengumpulkan gelar juara dunia di tiga kelas berbeda: 150 cc, 250 cc, dan 500 cc.
Keperkasaan Rossi yunior di kelas 500 cc belum tertandingi sampai sekarang. Tahun ini dia mengincar gelar juara yang keempat kali. Ini bakal mudah digapainya. Lihat saja nilai yang sudah digenggamnya. Sampai pada seri ke-14 di Sepang, Malaysia, dua pekan silam, ia sudah mengantongi 254 poin. Rossi unggul 30 poin dari saingan terdekatnya, Sete Gibernau, pembalap Spanyol dari Honda. Di atas kertas, ia akan sulit dikejar oleh Gibernau dalam dua seri tersisa.
Jika pemuda Italia itu benar-benar menjadi juara musim ini, sebuah prestasi yang luar biasa. Soalnya, kali ini ia tidak lagi menunggang sepeda motor Honda, tapi berada di bawah bendera tim Yamaha. Sudah 12 tahun tim ini paceklik gelar juara. Setelah Valentino Rossi, tiba-tiba tim Yamaha menjadi amat disegani.
Semula keputusan untuk berpindah tim dinilai penuh perjudian oleh banyak orang. Apalagi, bersama Honda, ia telah merebut tiga kali gelar juara. Didukung dengan teknologi mesin Honda yang oke, Rossi akan gampang meraih gelar juara keempat. Tapi, ia butuh tantangan baru. "Tanpa tantangan, balapan tidaklah menyenangkan," katanya.
Hanya, menggeber Yamaha rupanya tak segampang memacu Honda. Menjelang musim lomba 2004, Rossi sempat frustrasi. Tunggangan barunya, Yamaha YZR-M1, tidak bisa dipacu dengan maksimal. Buru-buru pembalap yang amat paham mesin ini memberi masukan kepada tim mekaniknya.
Hasilnya? Luar biasa. Setelah diotak-atik, sepeda motor YZR-M1 bisa tampil lebih prima. Terbukti, Rossi sanggup menandingi pembalap-pembalap dari tim Honda. Dari 14 seri yang telah dilewati, ia menjuarai enam seri. Pembalap yang selalu memakai nomor 46 (nomor yang dulu biasa dipakai ayahnya) ini pun puas. "Setiap kemenangan bersama Yamaha terasa lebih berarti bagi saya," katanya.
Rossi menghabiskan hampir seluruh hidupnya di atas sadel motor. Dia memulai mengendarai motor mini pada usia dua setengah tahun. Ketika beranjak gede, dia mencoba beralih ke gokart. Tapi, karena biayanya terlalu mahal, Rossi kecil kembali memacu sepeda motor dan mulai berlomba pada usia 12 tahun.
Saat berusia 17 tahun, dia melakukan debut internasionalnya di ajang grand prix motor kelas 125 cc bersama tim Aprilia. Saat itu Rossi hanya menempati peringkat ke-9. Barulah setahun kemudian ia mencicipi gelar juara. Ketika beralih ke kelas 250 cc, ia pun baru meraih gelar juara pada tahun kedua.
Begitu pula saat Rossi memutuskan pindah ke kelas 500 cc pada 2001. Tampil bersama Honda, ia hanya menempati posisi kedua pada tahun pertama. Tapi, sejak 2002, Rossi tak tertandingi. Prestasinya menyamai rekor pembalap Phil Read dari Inggris, yang juga pernah menyabet gelar juara di tiga kelas berbeda pada 1970-an. Bedanya, Rossi meraihnya dalam usai muda, sedangkan Read sudah 30-an.
Rahasia suksesnya berada pada kemauan yang keras untuk belajar. Saat masih berada di tim Honda, ia belajar banyak pada Michael Doohan, bekas juara kelas 500 cc lima kali. Doohan memiliki mental baja. Setelah kakinya patah, ia masih bisa menyabet gelar juara. Dari pembalap Australia inilah Rossi belajar tentang semangat pantang menyerah. Doohan juga lihai menikung tanpa mengurangi kecepatan. Teknik ini pun dipelajari dengan saksama oleh Rossi.
Dibandingkan dengan jagoan balap lain, Rossi juga memiliki kelebihan lain: sikapnya yang nyentrik. Dia kerap muncul di podium dengan baju yang aneh-aneh, misalnya kostum ala Robin Hood. Pembalap berambut ikal itu gemar berbicara dengan motornya. Alasannya? "Motor bukanlah sekadar kepingan metal, tapi juga memiliki jiwa," ujarnya.
Selain menggeber sepeda motor, sebenarnya dia juga suka memacu mobil balap. Ajang reli mobil, Network Q Rally, di Inggris, pernah dicicipinya pada 2002. Sayang, mobil Peugeot 206 yang dikendarainya terperosok di kubangan pada hari kedua lomba. Rossi saat itu sangat kecewa. Dia langsung pulang ke London, meninggalkan mobilnya begitu saja.
Tak aneh pula jika belakangan Rossi dikabarkan bakal berlaga di ajang balap mobil Formula Satu (F-1). Ia bahkan sudah mencoba mobil Ferrari di Fiorano, Italia, April lalu. Saat itu dia melalap 20 putaran sirkuit tersebut dan mampu tampil lebih cepat dibandingkan dengan test driver Ferrari. Dalam uji coba, Rossi memiliki catatan waktu yang bagus, hanya tiga detik di bawah catatan terbaik Michael Schumacher, juara F1.
Mungkinkah Rossi segera beralih ke F1? Sejauh ini dia lebih memilih menyelesaikan kontraknya dengan Yamaha hingga tahun depan. Setelah itu, baru memutuskan. Bagi Rossi, balapan motor sebenarnya lebih menantang. "Mobil memiliki begitu banyak teknologi sehingga pembalapnya tak perlu melakukan apa pun," ujarnya.
Gelar yang Diraih Rossi 1997: juara kelas 125 cc (Aprilia) 1999: juara kelas 250 cc (Aprilia) 2001: juara kelas 500 cc (Honda) 2002: juara MotoGP (Honda) 2003: juara MotoGP (Honda) |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo