Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tersambar Kilat di Afrika

Pertemuan Lennox Lewis dan Hasim Rahman bukan pertandingan yang ditunggu. Siapa lawan Lewis yang seimbang?

29 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


LENNOX Lewis memukul Hasim Rahman. Dan peringkat 10 kelas berat WBC dan 4 IBF itu memang bukan tandingan Lewis, juara dunia tinju kelas berat dua badan kesohor tadi. Orang tahu, mukjizat hanya sesekali datang, dan kebetulan juga di Afrika, misalnya tatkala Muhammad Ali menaklukkan George Foreman di Kinshasha, Oktober 1974. Rahman boleh-boleh saja menunggu mukjizat dalam pertarungan bertajuk "Thunder in Africa" di Kota Carnival, Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu, 22 April 2001.

Lennox Lewis, petinju Inggris kelahiran 2 September 1965, merintis karir tinjunya dengan lebih meyakinkan dari Hasim Rahman. Pada usia 23 tahun, Lewis merebut medali emas di kelas berat super Olimpiade Seoul, 1988. Waktu itu Lewis membuat Riddick Bowe "berkubang" di kanvas.

Setahun kemudian ia sudah berlaga di pro, dan memulai debutnya dengan kemenangan KO di ronde kedua atas Al Malcolm. Prestasinya selanjutnya yang patut diperhitungkan terus diukir Lewis sampai mencatat 20 kemenangan langsung (17 di antaranya dengan KO). Sepuluh korbannya tidak dapat bertahan lebih dari tiga ronde.

Tapi ada saja "cacat" di catatan rekornya. Ia mendapat gelar juara WBC gratis, tanpa keringat, karena Riddick Bowe, pemegang sabuk juara, menolak bertanding. Orang-orang menganggap Lewis adalah pemulung, juara keranjang sampah, karena mengambil begitu saja mahkota yang telah "dibuang" Riddick Bowe. Setelah itu, Lewis berhasil mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan Tony Tucker, men-TKO Frank Bruno serta Phil Jackson.

Kekalahan pertamanya di dunia tinju profesional dialami dengan memalukan. Pada 1994, Lewis dikalahkan oleh petinju tidak diunggulkan, Oliver McCall. Pukulan tangan kanan McCall yang mendarat di muka Lewis membuat dirinya lemas dan pertandingan dihentikan di ronde kedua.

Dalam karir tinju Lewis, saat yang paling bersejarah adalah ketika bertemu dengan Evander Holyfield. Tapi pertemuan mereka pun dirundung kontroversi. Juri memutuskan seri pada pertemuan pertama mereka, 13 Maret 1999. Lalu, delapan bulan kemudian Lewis dan Holyfield melakukan tanding ulang. Saat itulah Lewis menang dan berhasil menyatukan gelar juara tinju dunia kelas berat dari WBC, WBA, IBF, dan IBO. Lewis sudah sah masuk jajaran jagoan tinju kelas berat dunia yang dapat dihitung dengan jari: Mike Tyson dan Evander Holyfield. "Dia membuktikan dirinya juara kelas berat dunia," kata Larry Merchant, analis TVKO, seperti dikutip Mainevents.

Salah satu penampilan terbaik Lewis adalah ketika mengalahkan Andrew Golota pada 4 Oktober 1997. Dia membuat Golota—petinju curang yang suka memukul "burung" lawannya—terjatuh di tengah ronde pertama dengan serangan kilat tangan kanannya. Waktu itu petinju Polandia tersebut berusaha bangun, tapi itu membuatnya makin dihujani pukulan Lewis.

"Si Kerbau Putih", Frans Botha, juga sempat merasakan keganasan Lennox Lewis. Botha dibantai Lewis pada 15 Juli 2000. Ia kalah TKO di ronde kedua.

Keunggulan petinju yang dijuluki "Si Singa" ini adalah kekuatan fisik dan semangat bertandingnya. Dengan taktik yang jitu—berkat arahan pelatih Emanuel Steward—Lewis bisa mengeluarkan jotosan mautnya yang menusuk sewaktu-waktu. Tapi ia peragu, juga malas. Seperti saat mempersiapkan pertandingan di Afrika Selatan ini, Lewis tampak malas- malasan dengan datang dua minggu sebelum bertanding. Padahal, lokasi pertandingan terletak di dataran tinggi sehingga butuh penyesuaian fisik yang lebih.

Lawan Lennox Lewis di Afrika Selatan, Hasim Rahman, memang bukan petinju yang diunggulkan—pasar taruhan bilang: kalau Lewis kalah dalam perebutan gelar ke-15 itu, inilah "kekecewaan" terbesar dalam sejarah tinju. Rahman memulai karir tinjunya saat usia 20 tahun. Lain dengan Lennox Lewis yang sempat kenyang di tinju amatir, Hasim hanya menjalani 10 pertandingan tinju amatir. Dia langsung berbelok masuk ke dunia tinju profesional pada 1994. Walaupun sejumlah kemenangan menawan diraihnya, itu hanya melawan petinju "pasar malam" yang tak punya nama. Paling banter ia cuma menang dari David Tua, "Si Rambut Landak" Selandia Baru.

Yang ditunggu bukan Lewis vs Rahman, tapi Lewis vs Tyson. "Si Leher Beton" itu, 2 Juni nanti, malah meladeni David Izon, petinju kelas dua. Atau, setidaknya pertemuan Lewis lawan Wladimir Klitschko, juara tinju kelas berat versi WBO dari Ukraina, dapat mengobati kehambaran itu.

Ardi Bramantyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus