KARIR Jafeth Sibi sebagai pemain sepakbola mungkin berakhir.
Kesebelasan Perkesa 78 telah memecatnya dengan tidak hormat
terhitung 3 Juli.
PSSI mengukuhkan keputusan Perkesa 78 itu. Juga PSSI melarang
Jafeth bermain dalam klub atau perkumpulan mana pun yang
tergabung di PSSI. Tidak dijelaskan berapa lama larangan itu
berlaku. Tapi Uteh Riza Yahya, jurubicara PSSI, telah
menyinggung kemungkinan hukuman seumur hidup.
Mengapa? Ia telah menerima suap dari Jeffry Suganda Gunawan
sebesar Rp1« juta untuk mengalah dari Cahaya Kita dalam lanjutan
kompetisi Galatama di stadion Menteng, Jakarta, 5 Juni lalu. Dan
Perkesa 78 memang kalah 0-1.
Ketika putusan pemecatan diturunkan, Jafeth sedang mengikuti tim
PSSI Utama dalam turnamen Merdeka Games di Kuala Lumpur. Dalam
acara temu muka dengan Acub Zainal, boss Perkesa 78 pekan lalu
-- sekembalinya dari sana -- ia mengakui semua kesalahan yang
dilimpahkan padanya. Ia menerima pemberhentiannya.
Bagi ke-4 pemain lainnya -- Baso Ivak Dalam, Yulius Woff,
Frederick Sibi, dan Saul Sibi -- yang disebut juga terlibat
dalam skandal suap, baik Perkesa 78 maupun PSSI hanya memberikan
peringatan keras saja. Kemanakah Jafeth? "Saya sebetulnya sudah
tidak perduli lagi mau dipecat atau diapakan. Tapi, yang pasti
saya akan tetap mengikuti pak Acub," komentar Jafeth.
Acub kelihatan tak berkeberatan untuk menampung Jafeth, bekas
kapten timnya itu. "Kau boleh tetap di Perkesa 78. Tapi, bukan
sebagai pemain lagi," ujar Acub kepadanya.
Cukup Untuk Hidup
Jafeth yang menikah dengan bekas atlit nasional, Hubertina
Mebri, dikarniai 2 orang anak -- Halwin (4 tahun) dan James
Lueky (2 tahun). Sebelum dipecat, ia mendapat gaji bulanan dari
Perkesa 78 sebesar Rp 85.000. Jumlah itu, menurut dia, cukup
untuk hidup mereka.
Acub akhirnya membatalkan pembubaran Perkesa 78. Alasannya?
"Banyaknya desakan dan saran dari berbagai kalangan yang tetap
menghendaki Perkesa 78 berjalan terus," ucap Acub. Di antaranya
tercatat PT Haron Industry yang bertekad untuk bekerja sama
dengan Acub dalam membangun kembali perkumpulan tersebut.
Perkesa 78 yang dalam kompetisi Galatama sudah memainkan 9
pertandingan (5 kali menang, 1 seri, dan 3 kali kalah) sementara
menempati urutan ke-3 dengan nilai 11.
Perkesa 78 selama ini berkandang di Cipaku, Bogor. Mungkin ia
setelah melewati masa konsolidasi selama 2 bulan, akan pindah
dari sana. Surabaya dan Malang merupakan kandang baru yang
dipertimbangkan mereka. "Kita lihat bagaimana nanti," kata Acub.
"Sebetulnya saya enggan untuk meninggalkan Bogor."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini