Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Belum Sip

Prestasi Tim Indonesia di Kuala Lumpur belum bisa diandalkan untuk Sea Games X, kecuali Nunung Selowati. Sistem pembinaan dan fasilitas untuk latihan dinilai baik, kemampuan pelatih yang kurang. (or)

28 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMAMPUAN para perenang Indonesia ternyata mencemaskan untuk SEA Games X. Dalam kejuaraan renang kelompok umur ASEAN di Kuala Lumpur pekan lalu, catatan waktu tempuh mereka rata-rata di bawah rekor nasional maupun prestasi sendiri. Anita Saparjiman, misalnya, memang di KL menyabet medali emas dengan tempo 2 menit 55,3 detik dalam lomba 200 m gaya dada puteri. Tapi satu pekan sebelumnya di kolam renang Senayan, Jakarta, ia mencatat 2 menit 52,58 detik. Ia bertarung di kelompok I (1517 tahun) bersama Ma Lourdes (Filipina), dan Jenny Lim (Singapura). Namun ia di sana memperbaharui rekor nasional 400 m gaya ganti perorangan dengan waktu 5 menit 30,1 detik, dan sebuah medali perak. Bagian putera hampir sama saja. John D Item, atlit lainnya untuk SEA Gams X, mencapai flnis 10,5 detik di belakang Khoo Teng Cheong (Singapura). Dengan waktu tempuh 4 menit 37,8 detik, Item meraih medali perak dalam nomor 400 meter gaya bebas kelompok I. Masih menggembirakan hanya dari Nunung Selowati. Ia, pernah dijuluki 'anak ajaib' di dalam kolam, menumbangkan rekor nasional nomor 200 m gaya bebas puteri yang baru saja dipatok Naniek Suwaji awal Juli. Nunung, yang berlomba di kelompok II (13-14 tahun), membetot prestasi menjadi 2 menit 16,5 detik (rekor lama 2 menit 17,29 detik). Ia sekaligus memboyong medali emas. Naniek -- karena usia telah melewati batas kelompok umur -- tak ikut berlomba di Kuala Lumpur. Gagalkah mereka? "Saya kira berhasil," komentar bekas perenang nasional, Vinca Kumala. Ia mengambil contoh pada Nunung. Sistim pembinaan dan fasilitas untuk latihan, dikatakannya, jauh lebih baik di bandingkan di zaman dia dulu. Vinca adalah generasi pertama kelompok umur yang dintrodusir PRSI 10 tahun lalu. "Mungkin kemauan atlit sekarang tidak kuat," lanjut Vinca. "Jadi bukan pada sistim." Tersendat-sendat Idrus Niode, bekas perenang nasional lainnya, juga mengatakan pembinaan lewat kelompok umur masih efektif. Tapi Idrus mengecam pelatih "Atlit sudah makin maju, tapi pelatihnya tidak mampu segera menembangkannya." Ia menunjuk diri adiknya, Lukman Niode, perenang nasional untuk SEA Games X yang belakangan ini agak tersendat-sendat mempertajam rekor. Bahwa efektif pembinaan kelompok umur, menurut Idrus, kini sudah makin sering diselenggarakannya pertandingan antar perkumpulan. Dulu tak begitu. Terakhir diselenggarakan minggu lampau di kolam renang Cikini, Jakarta dengan Pora Kusuma Harapan sebagai tuan rumah. Dan seluruh atlit nasional sekarang adalah hasil cetakan kelompok umur. Ketua PRSI, D Soeprajogi menilainya dari sudut lain. "Orang seperti Kristiono tak dilahirkan sepanjang tahun," katanya. Kristiono adalah bintang Indonesia dalam SEA Games 1977 di Kuala Lumpur. Tapi "penggantinya sudah dipersiapkan," ujar pelatih Zainal Arifin, yang menunjuk Zein Chaidir dari Kalimantan Selatan. "Ia bisa diandalkan." Tapi untuk SEA Games X, September depan, tokoh renang M.F Siregar tampak lebih mempercayai Gerald (Jerry) H.P Item sebagai pengganti Kristiono. Alasannya, ia lebih matang ketimbang lainnya. Tanpa Kristiono tim Indonesia diperkirakannya cuma akan menyumbang 15 medali emas, dibanding 21 medali emas dari Kuala Lumpur 2 tahun lalu. Kristiono, sekarang melanjutkan sekolah di Amerika Serikat, tak akan memperkuat tim nasional. Di nomor puteri, peluangnya malah lebih kecil. Pelatih Arifin masih mengandalkan kehadiran Naniek. Lawan berat adalah Junie Sng, ratu renang Asia dari Singapura. Arifin memperkirakan nomor 100 m dan 200 m gaya dada, 100 m dan 200 m gaya kupu-kupu, serta estafet 4 x 100 m mungkin bisa dimenangkan bagian puteri Indonesia. Penombok lainnya diharapkan dari putera. Jika kemungkinan di SEA Games X diukur dari prestasi kejuaraan kelompok umur ASEAN di Kuala Lumpur pekan lalu, tim Indonesia memang agak payah. Tapi boleh jadi merosotnya prestasi mereka di sana lantaran telah mencapai puncaknya sebelum berangkat. Dari Kuala Lumpur, tim Indonesia memboyong 32 medali emas, 27 perak, 29 perunggu, serta 2 perbaikan rekor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus