KEMAMPUAN para perenang Indonesia ternyata mencemaskan untuk SEA
Games X. Dalam kejuaraan renang kelompok umur ASEAN di Kuala
Lumpur pekan lalu, catatan waktu tempuh mereka rata-rata di
bawah rekor nasional maupun prestasi sendiri.
Anita Saparjiman, misalnya, memang di KL menyabet medali emas
dengan tempo 2 menit 55,3 detik dalam lomba 200 m gaya dada
puteri. Tapi satu pekan sebelumnya di kolam renang Senayan,
Jakarta, ia mencatat 2 menit 52,58 detik. Ia bertarung di
kelompok I (1517 tahun) bersama Ma Lourdes (Filipina), dan Jenny
Lim (Singapura). Namun ia di sana memperbaharui rekor nasional
400 m gaya ganti perorangan dengan waktu 5 menit 30,1 detik, dan
sebuah medali perak.
Bagian putera hampir sama saja. John D Item, atlit lainnya untuk
SEA Gams X, mencapai flnis 10,5 detik di belakang Khoo Teng
Cheong (Singapura). Dengan waktu tempuh 4 menit 37,8 detik, Item
meraih medali perak dalam nomor 400 meter gaya bebas kelompok I.
Masih menggembirakan hanya dari Nunung Selowati. Ia, pernah
dijuluki 'anak ajaib' di dalam kolam, menumbangkan rekor
nasional nomor 200 m gaya bebas puteri yang baru saja dipatok
Naniek Suwaji awal Juli. Nunung, yang berlomba di kelompok II
(13-14 tahun), membetot prestasi menjadi 2 menit 16,5 detik
(rekor lama 2 menit 17,29 detik). Ia sekaligus memboyong medali
emas. Naniek -- karena usia telah melewati batas kelompok umur
-- tak ikut berlomba di Kuala Lumpur.
Gagalkah mereka? "Saya kira berhasil," komentar bekas perenang
nasional, Vinca Kumala. Ia mengambil contoh pada Nunung.
Sistim pembinaan dan fasilitas untuk latihan, dikatakannya, jauh
lebih baik di bandingkan di zaman dia dulu. Vinca adalah
generasi pertama kelompok umur yang dintrodusir PRSI 10 tahun
lalu. "Mungkin kemauan atlit sekarang tidak kuat," lanjut Vinca.
"Jadi bukan pada sistim."
Tersendat-sendat
Idrus Niode, bekas perenang nasional lainnya, juga mengatakan
pembinaan lewat kelompok umur masih efektif. Tapi Idrus mengecam
pelatih "Atlit sudah makin maju, tapi pelatihnya tidak mampu
segera menembangkannya." Ia menunjuk diri adiknya, Lukman
Niode, perenang nasional untuk SEA Games X yang belakangan ini
agak tersendat-sendat mempertajam rekor.
Bahwa efektif pembinaan kelompok umur, menurut Idrus, kini sudah
makin sering diselenggarakannya pertandingan antar perkumpulan.
Dulu tak begitu. Terakhir diselenggarakan minggu lampau di kolam
renang Cikini, Jakarta dengan Pora Kusuma Harapan sebagai tuan
rumah. Dan seluruh atlit nasional sekarang adalah hasil cetakan
kelompok umur.
Ketua PRSI, D Soeprajogi menilainya dari sudut lain. "Orang
seperti Kristiono tak dilahirkan sepanjang tahun," katanya.
Kristiono adalah bintang Indonesia dalam SEA Games 1977 di Kuala
Lumpur. Tapi "penggantinya sudah dipersiapkan," ujar pelatih
Zainal Arifin, yang menunjuk Zein Chaidir dari Kalimantan
Selatan. "Ia bisa diandalkan."
Tapi untuk SEA Games X, September depan, tokoh renang M.F
Siregar tampak lebih mempercayai Gerald (Jerry) H.P Item sebagai
pengganti Kristiono. Alasannya, ia lebih matang ketimbang
lainnya. Tanpa Kristiono tim Indonesia diperkirakannya cuma
akan menyumbang 15 medali emas, dibanding 21 medali emas dari
Kuala Lumpur 2 tahun lalu. Kristiono, sekarang melanjutkan
sekolah di Amerika Serikat, tak akan memperkuat tim nasional.
Di nomor puteri, peluangnya malah lebih kecil. Pelatih Arifin
masih mengandalkan kehadiran Naniek. Lawan berat adalah Junie
Sng, ratu renang Asia dari Singapura. Arifin memperkirakan nomor
100 m dan 200 m gaya dada, 100 m dan 200 m gaya kupu-kupu, serta
estafet 4 x 100 m mungkin bisa dimenangkan bagian puteri
Indonesia. Penombok lainnya diharapkan dari putera.
Jika kemungkinan di SEA Games X diukur dari prestasi kejuaraan
kelompok umur ASEAN di Kuala Lumpur pekan lalu, tim Indonesia
memang agak payah. Tapi boleh jadi merosotnya prestasi mereka di
sana lantaran telah mencapai puncaknya sebelum berangkat. Dari
Kuala Lumpur, tim Indonesia memboyong 32 medali emas, 27 perak,
29 perunggu, serta 2 perbaikan rekor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini