Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Legenda tinju dunia adalah Mike Tyson. Di tempat kelahirannya, di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, ia menghabiskan masa kecilnya sebagai begundal. Tak ada yang memedulikannya selain bahwa ia punya kepalan tangan yang keras yang bisa meremukkan wajah siapa saja yang menentang keinginannya. Ia pemberani. Tapi, di mata penduduk New York, ia tidak lebih dari sekadar sampah.
Sebagai petinju, Tyson menjalankan karirnya dengan antiklimaks. Di tahun 1985, pada usianya yang ke-19, ia menghabisi 15 lawan tanding di 15 pertandingan tinju profesional dengan knock out. Sebelas pertandingan di antaranya hanya berakhir di ronde pertama. Pada 1986, ia mendapat gelar juara dunia tinju kelas berat dari badan tinju dunia WBC. Setahun kemudian, ia mengawinkan gelar itu dengan gelar serupa dari badan tinju WBA. Tapi pada 1997, hanya dua hari sebelum merayakan hari ulang tahunnya yang ke-31, ia harus kehilangan tidak saja gelar juara, tapi juga martabat sebagai seorang petinju. Semua orang tahu: ia menggigit putus secuil daun telinga Evander Holyfield dan ia dihukum tidak boleh bermain selama satu setengah tahun.
Maka, ketika komisi tinju Amerika yang berkedudukan di Nevada, AS, 19 Oktober lalu mengumumkan diizinkannya kembali si leher beton itu masuk ring, pencinta tinju dunia bersorak. Persoalannya, jagat tinju dunia akan kembali diramaikan oleh lelaki yang pernah dipenjarakan karena kasus pelecehan seksual itu--dengan gaya boxing-nya yang sederhana tapi menggigit, dengan pukulan-pukulannya yang keras.
Lawan tanding pertama Tyson adalah petinju Afrika Selatan, Francois Botha. Direncanakan pertandingan itu dilakukan pada 16 Januari tahun depan di MGM Grand Hotel Las Vegas. Botha sendiri merupakan penantang peringkat pertama kelas berat versi badan tinju dunia IBF, yang saat ini sabuk juaranya dikuasai Holyfield.
Tyson sendiri tampaknya masih harus merayap untuk mendapatkan kembali gelar juaranya. Pasalnya, di IBF saja penantang Holyfield sudah berbaris. Selain Botha, masih ada John Ruiz dari Chelsea dan Hasyim Rahman dari Baltimore, AS. Kalau rintangan ini dilalui Tyson, ia akan kembali melawan Holyfield. Meski demikian, prinsip urut kacang ini bukan harga mati. Tyson bisa saja potong kompas, sepanjang hal itu dikehendaki Holyfield.
Tapi bukan itu persoalan sesungguhnya yang akan dihadapi Tyson dalam pertandingan-pertandingan pascaperistiwa "gigit kuping" itu. Menurut Larry Holmes, juara dunia yang pernah di-KO Tyson, pada Januari 1998 lalu, pertandingan dengan Holyfield membuka lebar rahasia teknik bertanding si leher beton itu. "Siapa pun yang menjadi lawannya kini, tak ada lagi yang takut kepadanya. Rahasianya, jangan lari, tetaplah di atas ring, dan hadapi," kata Holmes.
Holyfield memang mengilhami resep Holmes itu. Pada November 1997, ia meng-KO Tyson di ronde ke-11 dengan menggunakan strategi bertahan. Tyson, yang terbiasa menganvaskan lawannya di ronde-ronde awal, frustrasi. Ia melemah di ronde-ronde akhir dan akhirnya ambruk.
Sementara itu, selain di IBF dan WBA, yang sabuk juaranya juga dipegang Holyfield, Tyson masih punya rintangan di WBC. Di badan tinju dunia itu bertengger Lennox Lewis, petinju berusia 33 tahun asal Inggris. Sebenarnya, dilihat dari track prestasinya, Lewis bukan apa-apa di mata Tyson. Ia hanya mengantongi 35 kali pengalaman tanding, dengan 34 kali menang (27 di antaranya dengan KO) dan satu kali kalah. Sedangkan Tyson punya 48 kali pengalaman bertanding, dengan 45 kali menang (39 kali dengan KO) dan tiga kali kalah. Di kertas, Lewis kalah set dibandingkan dengan Tyson.
Tapi kendala yang akan dihadapi Tyson bukan itu. Petinju yang mengganti namanya menjadi Abdul Azis setelah memeluk Islam itu punya banyak persoalan yang berkaitan dengan uang dan temperamennya yang kasar. Belum lama ini mantan co-manager Tyson, John K. Horne, menuntut agar Tyson membayar US$ 14 juta. Uang itu merupakan 10 persen komisi pertandingan Tyson, setelah ia keluar dari penjara, yang belum dibayarkan. Selain itu, Horne menuduh Tyson belum membayar utang pribadinya kepada Horne sebesar US$ 50 ribu.
Lalu, Desember nanti Tyson juga masih harus berurusan dengan pengadilan Rockville Maryland karena melabrak dua orang setelah terjadi tabrakan ringan pada Agustus lalu. Dengan kata lain, Tyson masih harus membereskan masalah-masalahnya di luar ring agar bisa tampil prima 16 Januari nanti. Itu kalau dia bisa. Sebab, kalau tidak, mungkin niat Tyson menjadi juara dunia lagi cuma bisa ia simpan. Atau, lebih parah lagi, bisa-bisa ia harus menyimpan sarung tinjunya di almari. Selama-lamanya.
Arif Zulkifli
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo