RUGBY--mirip sepakbola tapi bolanya lonjong, dapat ditendang
atau dibawa dengan tangan untuk menciptakan gol--paling populer
di Afrika Selatan. Springboks, klubnya terkenal sejak 1921,
sering pergi main ke Eropa (Inggris dan Prancis) atau negara
rugby terhebat, Selandia Baru. Biasanya klub itu disambut meriah
oleh masyarakat "Negara Kiwi" yang keranjingan rugby. Tapi
kebiasaan sejak 1920-an itu berbeda tahun ini.
Ketika Springboks hadir di Selandia Baru, Juli, terjadi
kerusuhan terbesar dalam 10 tahun terakhir. Sekitar 300 orang
mendendangkan lagu Maori memprotes tibanya Springboks. Kantor PM
Robert Muldoon pun diancam kaum demonstran. Toh tim Af-Sel itu
sempat bertahan dua bulan di sana.
Springboks terakhir (12 September) di Selandia Baru melawan klub
terkuat All Blacks. Kaum "protestan" menyerbu stadion rugby
Auckland dengan koktil molotov, batu dan bom asam. Sebuah
pesawat ringan, yang dibajak, terbang rendah di stadion itu dan
menjatuhkan bom tepung, obor parasut dan pamflet. Pemain All
Blacks Gary Knight, jadi korban ledakan bom tepung yang
disebutnyar"roti dari surga" itu, sehingga tergeletak di
lapangan.
Sekelompok demonstran menyusup di antara 49.000 penonton dan
sempat melemparkan obor. Akhirnya sekitar 500 orang terpaksa
dirawat di rumah sakit, dan 1250 lainnya ditahan.
Tim itu tak bisa pulang ke Af-Sel lewat Australia. Pemerintahan
PM Frasertak berani memberikan visa. Sepuluh tahun lalu terjadi
keributan juga di Australia gara-gara Springboks mampir di situ.
Maka tim Af-Sel itu memilih Amerika Serikat, tempat singgah,
sambil mengadakan uji-coba dengan pemain rugby AS.
Akibatnya, timbul juga kerusuhan. Los Angeles membatalkan
rencana pertandingan Springboks di kota penyelenggara Olympiade
1984 itu. Dan rencana pertandingannya di Chicago dan New York
terhalang. Pertandingannya yang pertama berhasil diselenggarakan
oleh sponsor secara sembunyi di Taman Roosevelt, pantai Danau
Michigan. Bis yang memuat demonstran datang 30 menit setelah
usai pertandingan, sehingga 400 penonton bisa memeriahkan
pertandingan itu sambil minum-minum bir.
Beberapa pertandingan lain sempat pula diselenggarakan secara
diam-diam. bahkan tertutup bagi wartawan. Setelah Pengadilan
Tinggi AS menyatakan Gubernur New York tak berhak melarang
Springboks bertanding di wilayahnya mulailah pertandingan
terbuka untu umum. Tapi sekitar 2.000 demonstrar datang beraksi
di Stadion Albany. Ada yang meledakkan bom di dekat kanto
Persatuan Rugby New York.
Dari luar AS pun terdengar suara protes. Misalnya, Organisasi
Kesatuan Afri ka (OAU) mengancam akan memboikot Olympiade 1984.
Pernyataan itu kemudian, menurut Tass, didukung Komite Olympiade
Nasional Soviet. Juga Dcwan Tertinggi Olahraga Afrika, yang
diketuai Ahraham Ordia, hampir berang. Dewan itupernah memboikot
Olympiade Montreal (1976).
Kebetulan akhir September Kongres IOC (Komite Olympiade
Internasional) di Baden-Baden, Jerman Barat, membahas soal
kemungkinan Olympiade 1984 diboikot. Setelah Presiden IOC, Juan
Antonio Samaranch, mengadakan lobby dengan Abraham Ordia,
persoalannya tidak meruncing. "Sikap IOC ter ad negara (Af-Sel)
berpolitik aparthedah jelas sejak 1972. Komite Olym i Nasional
Selandia Baru dan AS juga dapat mencegah tour Springboks,
anehnya rugby tidak masuk cabang Olympiade," kata Samaranch.
Dewan Tertinggi Olahraga Afrika pun jadi tenang. Lantas Anani
Mathia dari Togo, Presiden Persatuan Komite-Komite Olympiade
Nasional Afrika, mengatakan: "Kami sangat bahagia atas
perhitungan menentang diskrimininasi ras dalam olahraga. Kami
puas atas Usaha Komite-Komite Olympiade Nasional baik di New
Zealand maupun di AS."
Kongres di Baden-Baden pun telah memutuskan IOC akan mengucilkan
negara yang memboikot Olympiade Los Angeles. Sampai sekarang
Presiden IOC belum menerima pernyataan boikot dari Afrika,
begitu pula dari Soviet. Sedang kan Springboks sudah kembali ke
negerinya 29 September dan disambut sebagai pahlawan-pahlawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini