Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Wabah Springboks

Klub rugby Afrika Selatan, springboks ketika bertanding di Selandia Baru terjadi menimbulkan kerusuhan, diserbu para demonstran. demikian juga ketika di AS

10 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUGBY--mirip sepakbola tapi bolanya lonjong, dapat ditendang atau dibawa dengan tangan untuk menciptakan gol--paling populer di Afrika Selatan. Springboks, klubnya terkenal sejak 1921, sering pergi main ke Eropa (Inggris dan Prancis) atau negara rugby terhebat, Selandia Baru. Biasanya klub itu disambut meriah oleh masyarakat "Negara Kiwi" yang keranjingan rugby. Tapi kebiasaan sejak 1920-an itu berbeda tahun ini. Ketika Springboks hadir di Selandia Baru, Juli, terjadi kerusuhan terbesar dalam 10 tahun terakhir. Sekitar 300 orang mendendangkan lagu Maori memprotes tibanya Springboks. Kantor PM Robert Muldoon pun diancam kaum demonstran. Toh tim Af-Sel itu sempat bertahan dua bulan di sana. Springboks terakhir (12 September) di Selandia Baru melawan klub terkuat All Blacks. Kaum "protestan" menyerbu stadion rugby Auckland dengan koktil molotov, batu dan bom asam. Sebuah pesawat ringan, yang dibajak, terbang rendah di stadion itu dan menjatuhkan bom tepung, obor parasut dan pamflet. Pemain All Blacks Gary Knight, jadi korban ledakan bom tepung yang disebutnyar"roti dari surga" itu, sehingga tergeletak di lapangan. Sekelompok demonstran menyusup di antara 49.000 penonton dan sempat melemparkan obor. Akhirnya sekitar 500 orang terpaksa dirawat di rumah sakit, dan 1250 lainnya ditahan. Tim itu tak bisa pulang ke Af-Sel lewat Australia. Pemerintahan PM Frasertak berani memberikan visa. Sepuluh tahun lalu terjadi keributan juga di Australia gara-gara Springboks mampir di situ. Maka tim Af-Sel itu memilih Amerika Serikat, tempat singgah, sambil mengadakan uji-coba dengan pemain rugby AS. Akibatnya, timbul juga kerusuhan. Los Angeles membatalkan rencana pertandingan Springboks di kota penyelenggara Olympiade 1984 itu. Dan rencana pertandingannya di Chicago dan New York terhalang. Pertandingannya yang pertama berhasil diselenggarakan oleh sponsor secara sembunyi di Taman Roosevelt, pantai Danau Michigan. Bis yang memuat demonstran datang 30 menit setelah usai pertandingan, sehingga 400 penonton bisa memeriahkan pertandingan itu sambil minum-minum bir. Beberapa pertandingan lain sempat pula diselenggarakan secara diam-diam. bahkan tertutup bagi wartawan. Setelah Pengadilan Tinggi AS menyatakan Gubernur New York tak berhak melarang Springboks bertanding di wilayahnya mulailah pertandingan terbuka untu umum. Tapi sekitar 2.000 demonstrar datang beraksi di Stadion Albany. Ada yang meledakkan bom di dekat kanto Persatuan Rugby New York. Dari luar AS pun terdengar suara protes. Misalnya, Organisasi Kesatuan Afri ka (OAU) mengancam akan memboikot Olympiade 1984. Pernyataan itu kemudian, menurut Tass, didukung Komite Olympiade Nasional Soviet. Juga Dcwan Tertinggi Olahraga Afrika, yang diketuai Ahraham Ordia, hampir berang. Dewan itupernah memboikot Olympiade Montreal (1976). Kebetulan akhir September Kongres IOC (Komite Olympiade Internasional) di Baden-Baden, Jerman Barat, membahas soal kemungkinan Olympiade 1984 diboikot. Setelah Presiden IOC, Juan Antonio Samaranch, mengadakan lobby dengan Abraham Ordia, persoalannya tidak meruncing. "Sikap IOC ter ad negara (Af-Sel) berpolitik aparthedah jelas sejak 1972. Komite Olym i Nasional Selandia Baru dan AS juga dapat mencegah tour Springboks, anehnya rugby tidak masuk cabang Olympiade," kata Samaranch. Dewan Tertinggi Olahraga Afrika pun jadi tenang. Lantas Anani Mathia dari Togo, Presiden Persatuan Komite-Komite Olympiade Nasional Afrika, mengatakan: "Kami sangat bahagia atas perhitungan menentang diskrimininasi ras dalam olahraga. Kami puas atas Usaha Komite-Komite Olympiade Nasional baik di New Zealand maupun di AS." Kongres di Baden-Baden pun telah memutuskan IOC akan mengucilkan negara yang memboikot Olympiade Los Angeles. Sampai sekarang Presiden IOC belum menerima pernyataan boikot dari Afrika, begitu pula dari Soviet. Sedang kan Springboks sudah kembali ke negerinya 29 September dan disambut sebagai pahlawan-pahlawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus