SAWUNGGALING dikenal sebagai tokoh penyabung ayam legendaris dan
selalu menang. Kini nama itu dipahatkan masyarakat Jawa Timur
untuk suatu klub yang mencatatkan diri jadi anggota Liga
Sepakbola Utama (Galatama) Klub ini memilih status non-amatir,
namun erat hubungannya dengan Persebaya yang amatir.
Mengapa memilih Galatama? "Perserikatan sudah tidak dapat
diandalkan lagi," kata Ketua bond Persebaya, Djoko Soetopo.
"Cepat atau lambat perserikatan akan digilas oleh Galatama."
Ia menuturkan pengalamannya bahwa selama dua tahun terakhir ini
perserikatan tidak lagi menarik untuk dijual sebagai tontonan.
Dan mereka kehilangan sumber dana. "Sekarang ini kalau mau
bicara soal sepakbola, kita harus punya klub Galatama,"
lanjutnya.
Dengan Sawunggaling, seluruhnya 24 klub yang terdaftar di
Galatama akhirakhir ini, dibanding cuma 13 yang aktif dalam
kompetisi 1979-80. Peminat Galatama sungguh meningkat. Semua 24
klub itu diduga akan disaring lagi ketika Galatama bersidang
Juli.
Djoko dan pengurus Persebaya lainnya mendirikan Klub
Sawunggaling. Lewat klub ini diharapkan Persebaya mendapatkan
tunjangan finansial. Setiap pertandingan Sawunggaling akan
ditangani oleh Persebaya. Dan dengan keuntungannya yang dibagi,
menurut Djoko, kelangsungan hidup Persebaya akan dapat
dipertahankan. "Itulah tujuan utama kami mendirikan
Sawunggaling," ujarnya.
Klub Sumber Bola Mas, calon anggota Galatama dari Samarinda,
mempunyai sasaran tersendiri pula. "Tujuan kami adalah untuk
mengangkat nama Samarinda," kata Eddy Susanto dari Sumber Bola
Mas. "Tidak lebih dari itu. "
Beberapa klub pernah menyatakan keraguan akan kelancaran
kompetisi, akibat sukarnya transportasi, bila harus pergi
bertanding ke Samarinda. Dalam hal ini Eddy memberi jaminan.
Kalau perlu, katanya, pesawat terbang milik PT Sumber Bola Mas
yang bergerak di bidang perkayuan akan dipakai buat mengangkut
pemain tamu.
Erwin Baharuddin, Ketua Klub Jakarta Putra, mulai melihat
prospek liga ini. "Terus terang, tadinya kami ragu-ragu,"
katanya. "Masyarakat sekarang lebih senang menonton
pertandingan klub Galatama daripada perkumpulan amatir."
Erwin yakin klubnya, juga salah satu calon anggota, tak akan
berhenti separuh jalan di Galatama. Jakarta Putra, dibentuk
tahun 1950-an, pernah menjuarai kompetisi Persija sebanyak 3
kali. Kini ingin jadi non.amatir, Jakarta Putra tak terlalu
khawatir dengan soal modal. " Beda pengeluaran di Galatama dan
di amatir bagi Jakarta Putra tak terlalu besar," kata Erwin.
Donaturnya adalah Yayasan Jakarta Putra yang dibentuk oleh
alumni klub itu.
Tak semua klub yang mendaftar di Galatama itu punya cukup modal
uang maupun pemain yang baik. Erik Daryanto dari Warna Agl ng
meramalkan akan ada di antara klu sekarang yang bernasib seperti
BBSA Tama. "Lha, wong klub-klub besar saja merasa kewalahan,
apalagi perkumpulan kecil," ujar Erik. Dikatakannya lagi bahwa
Warna Agung juara kompetisi 1979-1980, belum menghasilkan uang.
Seorang pengurus Klub Pardedetex mengungkapkan bahwa Dr. T.D.
Pardede, boss perkumpulan itu sudah menanam modal lebih dari Rp
170 juta di sepak bola. "Sekarang memang belum memberikan
hasil," kata Pardede. Ia yakin beberapa tahun nlendatang bisnis
sepakbola akan menguntungkan.
Pardede berani menggaji Frans van Balkom, bekas pelatih nasional
asal Belanda, Rp 2« juta per bulan. Sedang pemain dibayarnya
bulanan Rp 150.000 sampai Rp 200.000.
Herlina Kassim, pimpinan Caprina Jailolo, Ternate, melihat
kemungkinan klubnya -- juga calon anggota Galatama -- akan bisa
menghidupi diri dari pertandingan. Di Ternate, katanya, minat
penduduk terhadap sepakbola cukup besar, sedang karcis untuk
balkon bisa dijual Rp 5.000 dan berdiri Rp 1.000.
Kapasitas stadion Ternate sekitar 30.000 penonton. "Stadion itu
selalu penuh kalau ada pertandingan dengan kesebelasan dari luar
Ternate, sekalipun itu kesebelasan kelas tiga," tambah Herhlla.
Klub Galatama di daerah memang lebih banyak memetik hasil
ketimbang di Jakarta. "Semua pertandingan yang diadakan di
Surabaya menghasilkan-keuntungan," kata Purbianta, Bendahara
Klub NIAC Mitra "Kalau pemasukan seperti ini terus, dua tahun
lagi kami bisa menutup biaya rutin dan investasi." Di Jakarta,
dalam kompetisi lalu, bahkan pertandingan gratis pernah sepi.
Membengkaknya permintaan jadi anggota Galatama telah membuat
Ketua Liga, Nabon Noor, kerja keras. Jika semua 24 klub
diterima, diperkirakannya pertandingan -- yang akan berjumlah
552 kali -- tak mungkin diselesaikan dalam tempo 8 bulan.
Diduganya sekitar 18 perkumpulan saja diterima jadi anggota yang
memenuhi persyaratan Galatama, baik menyangkut modal kerja,
kontrak pemain, maupun soal kandang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini