Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Yang Boyong Ke Galatama

Calon anggota galatama dari samarinda, tujuannya untuk mengangkat nama samarinda, kalau perlu akan menyediakan pesawat untuk mengangkut pemain tamu.(or)

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAWUNGGALING dikenal sebagai tokoh penyabung ayam legendaris dan selalu menang. Kini nama itu dipahatkan masyarakat Jawa Timur untuk suatu klub yang mencatatkan diri jadi anggota Liga Sepakbola Utama (Galatama) Klub ini memilih status non-amatir, namun erat hubungannya dengan Persebaya yang amatir. Mengapa memilih Galatama? "Perserikatan sudah tidak dapat diandalkan lagi," kata Ketua bond Persebaya, Djoko Soetopo. "Cepat atau lambat perserikatan akan digilas oleh Galatama." Ia menuturkan pengalamannya bahwa selama dua tahun terakhir ini perserikatan tidak lagi menarik untuk dijual sebagai tontonan. Dan mereka kehilangan sumber dana. "Sekarang ini kalau mau bicara soal sepakbola, kita harus punya klub Galatama," lanjutnya. Dengan Sawunggaling, seluruhnya 24 klub yang terdaftar di Galatama akhirakhir ini, dibanding cuma 13 yang aktif dalam kompetisi 1979-80. Peminat Galatama sungguh meningkat. Semua 24 klub itu diduga akan disaring lagi ketika Galatama bersidang Juli. Djoko dan pengurus Persebaya lainnya mendirikan Klub Sawunggaling. Lewat klub ini diharapkan Persebaya mendapatkan tunjangan finansial. Setiap pertandingan Sawunggaling akan ditangani oleh Persebaya. Dan dengan keuntungannya yang dibagi, menurut Djoko, kelangsungan hidup Persebaya akan dapat dipertahankan. "Itulah tujuan utama kami mendirikan Sawunggaling," ujarnya. Klub Sumber Bola Mas, calon anggota Galatama dari Samarinda, mempunyai sasaran tersendiri pula. "Tujuan kami adalah untuk mengangkat nama Samarinda," kata Eddy Susanto dari Sumber Bola Mas. "Tidak lebih dari itu. " Beberapa klub pernah menyatakan keraguan akan kelancaran kompetisi, akibat sukarnya transportasi, bila harus pergi bertanding ke Samarinda. Dalam hal ini Eddy memberi jaminan. Kalau perlu, katanya, pesawat terbang milik PT Sumber Bola Mas yang bergerak di bidang perkayuan akan dipakai buat mengangkut pemain tamu. Erwin Baharuddin, Ketua Klub Jakarta Putra, mulai melihat prospek liga ini. "Terus terang, tadinya kami ragu-ragu," katanya. "Masyarakat sekarang lebih senang menonton pertandingan klub Galatama daripada perkumpulan amatir." Erwin yakin klubnya, juga salah satu calon anggota, tak akan berhenti separuh jalan di Galatama. Jakarta Putra, dibentuk tahun 1950-an, pernah menjuarai kompetisi Persija sebanyak 3 kali. Kini ingin jadi non.amatir, Jakarta Putra tak terlalu khawatir dengan soal modal. " Beda pengeluaran di Galatama dan di amatir bagi Jakarta Putra tak terlalu besar," kata Erwin. Donaturnya adalah Yayasan Jakarta Putra yang dibentuk oleh alumni klub itu. Tak semua klub yang mendaftar di Galatama itu punya cukup modal uang maupun pemain yang baik. Erik Daryanto dari Warna Agl ng meramalkan akan ada di antara klu sekarang yang bernasib seperti BBSA Tama. "Lha, wong klub-klub besar saja merasa kewalahan, apalagi perkumpulan kecil," ujar Erik. Dikatakannya lagi bahwa Warna Agung juara kompetisi 1979-1980, belum menghasilkan uang. Seorang pengurus Klub Pardedetex mengungkapkan bahwa Dr. T.D. Pardede, boss perkumpulan itu sudah menanam modal lebih dari Rp 170 juta di sepak bola. "Sekarang memang belum memberikan hasil," kata Pardede. Ia yakin beberapa tahun nlendatang bisnis sepakbola akan menguntungkan. Pardede berani menggaji Frans van Balkom, bekas pelatih nasional asal Belanda, Rp 2« juta per bulan. Sedang pemain dibayarnya bulanan Rp 150.000 sampai Rp 200.000. Herlina Kassim, pimpinan Caprina Jailolo, Ternate, melihat kemungkinan klubnya -- juga calon anggota Galatama -- akan bisa menghidupi diri dari pertandingan. Di Ternate, katanya, minat penduduk terhadap sepakbola cukup besar, sedang karcis untuk balkon bisa dijual Rp 5.000 dan berdiri Rp 1.000. Kapasitas stadion Ternate sekitar 30.000 penonton. "Stadion itu selalu penuh kalau ada pertandingan dengan kesebelasan dari luar Ternate, sekalipun itu kesebelasan kelas tiga," tambah Herhlla. Klub Galatama di daerah memang lebih banyak memetik hasil ketimbang di Jakarta. "Semua pertandingan yang diadakan di Surabaya menghasilkan-keuntungan," kata Purbianta, Bendahara Klub NIAC Mitra "Kalau pemasukan seperti ini terus, dua tahun lagi kami bisa menutup biaya rutin dan investasi." Di Jakarta, dalam kompetisi lalu, bahkan pertandingan gratis pernah sepi. Membengkaknya permintaan jadi anggota Galatama telah membuat Ketua Liga, Nabon Noor, kerja keras. Jika semua 24 klub diterima, diperkirakannya pertandingan -- yang akan berjumlah 552 kali -- tak mungkin diselesaikan dalam tempo 8 bulan. Diduganya sekitar 18 perkumpulan saja diterima jadi anggota yang memenuhi persyaratan Galatama, baik menyangkut modal kerja, kontrak pemain, maupun soal kandang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus