Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Diskors

Muhammad nasruddin anshoriy, penyair muda siswa madrasah aliyah negeri II Yogyakarta diskros, gara-gara pembacaan puisi. (pdk)

8 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI yang diharapkan membawa kedamaian bagi STM Strada di Jalan Rajawali Selatan, Jakarta, ternyata justru sebaliknya. Kamis, 29 September, diharapkan ke-18 guru yang diskors sejak 15 September masuk kembali seperti biasa. Ternyata para guru itu tetap bertahan pada tuntutan mereka, dan akibatnya pintu sekolah ditutup. Maka, skorsing diperpanjang sebulan. Malahan ada 7 guru dalam proses diberhentikan, tutur Sulaksno, penjabat kepala STM tersebut. Pangkal persoalan muncul awal tahun ajaran 1981-1982. Di tahun ajaran itu, STM swasta yang terbilang baik di Jakarta itu memperpanjang jam praktek, dari pukul 13.00 menjadi sampai pukul 15.00. "Ini agar anak-anak kami begitu lulus sudah siap kerja," kata Sulaksno pula, yang baru setahun menduduki jabatan kepala sekolah. Perpanjangan jam praktek itu berjalan lancar. Buktinya, sampai habis tahun ajaran 1981-1982 tak terjadi apa pun. Baru dua bulan tahun ajaran ini berjalan, muncul keresahan. Sejumlah guru minta jam kerja dikembalikan seperti semula, hanya sampai pukul 13.00. Mereka pun minta gaji ke-13. Tapi rupanya tuntutan ke-18 guru itu - STM ini punya sekitar 40 guru - tak bersambut. Sayangnya, para penuntut, menurut Sulaksno, lantas berbuat seenaknya. "Mereka suka datang terlambat, dalam mengajar lebih banyak menganggurnya, " kata Sulaksno. Beberapa kali surat peringatan dilayangkan, tapi tak ada perubahan apa pun. Kejengkelan Sulaksno memuncak ketika, pada 29 Agustus, ke-18 guru ramai-ramai meninggalkan pelajaran, pergi ke Kantor Wilayah P & K DKI Jakarta, meneruskan tuntutan mereka. Maka Sulaksno, 33 tahun, melapor ke Yayasan Bina Teknik, pendiri sekolah ini. Rapat pun diadakan, dan akhirnya turunlah surat skorsing untuk ke-18 guru itu. Diakui Sulaksno, ini merugikan siswa. "Tapi pemecahan yang lain sulit karena mereka sukar juga diundang bermusyawarah," katanya. Tak enaknya lagi, sekitar 100 siswa dari seluruhnya 320 siswa ikut-ikutan mogok belajar. Seorang guru yang ikut diskors dan tak mau disebutkan namanya memberi penjelasan kepada TEMPO. Tuntutan gaji ke-13 cuma kedok, katanya. Yang penting bagi mereka, STM Strada dikembalikan jam belajarnya sesuai dengan Kurikulum 1976, yaitu cuma sampai pukul 13.00. "Dengan tambahan jam praktek, siswa tak bisa konsentrasi. Pokoknya, menghambat pendidikan," ujarnya lebih lanjut. "Yang kami tuntut demi siswa bukan uang." Dan sesungguhnya, para orangtua murid sangat setuju jam praktek ditambah. "Aneh, sekolah yang mencoba menyiapkan lulusannya malah tak disetujui," kata Tjoegito, 61 tahun, salah seorang wali murid. STM swasta yang memungut uang sekolah Rp 10 ribu sampai Rp 25 ribu per bulan ini termasuk yang memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Di sekolah ini, yang juga mendapat pemasukan uang dari buka bengkel, guru digaji Rp 79 ribu sampai Rp 300 ribu tergantung prestasi, beban kerja, dan masa kerjanya. Jadi, apa soalnya? Sayup-sayup muncul dugaan Marbun bahwa mereka iri terhadap prestasi guru-guru muda. Ke-18 guru itu rata-rata memang telah lebih dari 5 tahun mengajar di sekolah yang berdiri pada 1969 ini. Sementara itu, misalnya, ada Robby Santosa, 25 tahun, alumnus STM Strada, yang setelah lulus dari Akademi Teknik Malang kembali ke STM ini, diangkat menjadi manajer Mesin Otomotif. Tapi itu baru dugaan. Baik pihak STM maupun yayasan belum paham benar tentang latar belakang soal ini. Hingga akhir bulan lalu belajar-mengajar di sekolah ini memang belum normal. Meskipun demikian, sudah ada janji dari para siswa untuk kembali masuk seperti biasa Sementara itu, reaksi dari pihak P & K DKI memang sangat formalistis. Kakanwil mengimbau untuk kembali menjaankan Kurikulum 1976, dan persoalan diselesaikan secara musyawarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus