Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Paus Fransiskus akan tiba di Jakarta pada Selasa petang, 3 September 2024, dalam rangkaian kunjungan Paus di empat negara Asia.
Menggantikan Paus Benediktus pada 2013, Paus Fransiskus mengusung pendekatan progresif dengan mengusung dialog antarumat beragama, membantu pengungsi, hingga memprotes perang di Ukraina dan Palestina.
Sri Paus juga merangkul kaum LGBT, sesuatu yang tidak pernah dilakukan semua pendahulunya.
DI bawah langit-langit Kapel Sistina di Vatikan yang dipenuhi fresco karya Michelangelo, seorang pria berjalan perlahan, dibalut jubah putih dan penutup kepala yang disebut zucchetto. Dengan senyum yang menenangkan, ia menyapa umatnya. Pria itu, Paus Fransiskus, bukan hanya pemimpin spiritual bagi 1,3 miliar pemeluk Katolik di dunia, tapi juga pionir yang membawa gereja Katolik ke percakapan-percakapan baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak terpilih dalam konklaf pada 2013, Sri Paus membuka pintu-pintu gereja Katolik yang sering dianggap kaku dan tertutup, menyambut mereka yang terluka, terpinggirkan, serta dianggap berdosa. Banyak yang menyebut dia sebagai paus dengan pandangan progresif, gelar yang terasa berat, mengingat sejarah panjang konservatisme institusi yang ia pimpin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut pandangan Pater Markus Solo Kewuta SVD, staf Dikasteri Dialog Antarumat Beragama di Takhta Suci Vatikan, kepemimpinan Paus Fransiskus menonjol karena sifatnya yang sederhana, rendah hati, dan merakyat, tapi tetap menjunjung prinsip yang kuat. Ia bahkan menyebut Paus Fransiskus sebagai paus perdamaian, keadilan, lingkungan hidup dan kaum periferi, tokoh pejuang kemanusiaan yang andal serta tak kenal lelah. “Paus Fransiskus memiliki intelektualitas Yesuit, tapi berhati Fransiskan,” ujar Markus kepada Tempo, Sabtu malam, 31 Agustus 2024.
Seperti yang dikatakan Markus, meskipun Paus Fransiskus adalah anggota Yesuit yang terkenal akan kekuatan intelektualnya, ia memilih nama Santo Fransiskus Assisi, pendiri Ordo Fransiskan yang terkenal karena kemiskinan, kesalehan, cinta perdamaian, dan integritas ciptaan Tuhan. Paus Fransiskus menunjukkan kecintaannya kepada orang-orang kecil, lemah, sakit, dan tersingkirkan dengan cara-cara yang belum pernah dilakukan para pendahulunya. Di bawah kepemimpinan paus ke-266 itu, gereja menjadi lebih inklusif, membuka ruang dialog antar-agama, dan menerima keberagaman umat manusia.
Markus bercerita, Paus Fransiskus mengambil waktu khusus setiap tahun pada Kamis Putih, hari sakral bagi umat Katolik, untuk mengunjungi narapidana, pengungsi, pencari suaka, dan orang-orang telantar. “Bahkan beliau membasuh kaki mereka dan menciumnya pula,” kata Markus. Paus Fransiskus dikenal sebagai orang yang membawa masuk patung pengungsi ke Lapangan Santo Petrus serta membangun fasilitas kamar mandi dan toilet untuk para tunawisma di Vatikan.
Menurut Markus, sikap Paus Fransiskus yang rendah hati dan merakyat tecermin dalam tindakan nyata, seperti kunjungannya ke Pulau Lampedusa, Italia selatan—tempat mendaratnya kaum imigran dari Afrika Utara—dan menabur bunga untuk ribuan pengungsi yang kehilangan nyawa di Laut Tengah. Paus Fransiskus juga berkomitmen terhadap perdamaian yang melampaui batas-batas agama dan budaya. “Beliau juga paus pertama yang membawa 12 pengungsi muslim masuk Roma,” ujar ahli bahasa Arab dan islamolog asal Flores, Nusa Tenggara Timur, itu.
Kepemimpinan Paus Fransiskus juga terlihat dalam dialog lintas agama. Dalam beberapa tahun terakhir, dia mengangkat prinsip dasar persahabatan dan saling menghargai melalui persaudaraan lintas agama. Penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama—atau yang lebih dikenal dengan sebutan Dokumen Abu Dhabi—bersama Imam Besar Al-Azhar pada 2019 menjadi langkah penting dalam usahanya membangun perdamaian dunia. Dokumen tersebut dinilai sangat profetik dan lugas sekaligus menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.
Perhatian Paus Fransiskus yang besar terhadap keselamatan dan kelestarian lingkungan alam juga diupayakan dengan menulis sebuah ensiklik khusus Laudato Si' pada 2015 yang merupakan ensiklik apostolik atau surat amanat paus pertama yang membicarakan ibu bumi sebagai rumah bersama. “Di tengah krisis iklim, dokumen ini menjadi bahan rujukan penting,” ujar Markus. Menurut dia, pesan tersebut belum pernah disampaikan para paus pendahulunya. Paus Fransiskus menunjukkan cintanya yang luar biasa terhadap perdamaian, keadilan, rekonsiliasi, persahabatan, dan persaudaraan manusia serta bela rasa.
Pemimpin tertinggi gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan tersebut akan melakukan perjalanan apostolik—kunjungan sebagai utusan kekristenan gereja Katolik—ke Jakarta pada 3-6 September 2024. Kunjungan pertama Paus Fransiskus ke Indonesia ini menjadi momen yang sangat berarti, terutama bagi Markus, satu-satunya orang Indonesia di lingkar dalam Takhta Suci Vatikan. Terlebih, Paus Fransiskus telah menginjak usia 87 tahun dan memiliki kondisi kesehatan yang tergolong rapuh.
“Ini membawa sebuah kepuasan batin tersendiri,” kata Markus. Ia juga merujuk pada hubungan diplomasi-bilateral Vatikan dan Indonesia yang terjalin sejak masa awal kemerdekaan. Pada 6 Juli 1947, di bawah kepemimpinan Paus Pius XII, Vatikan menjadi negara Eropa pertama yang secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia dan kemudian mendirikan apostolic delegate atau Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Baca liputan khusus Tempo:
Paus Fransiskus secara vokal menanggapi berbagai isu politik dan sosial dunia. Ia mengkritik kebijakan yang membatasi hak-hak pengungsi dan imigran. Ia juga kerap mengkritik kebijakan imigrasi Donald Trump, Presiden Amerika Serikat periode 2017-2021. Paus Fransiskus secara terbuka mengecam proyek tembok perbatasan Amerika Serikat-Meksiko yang diusung oleh Trump dan menyebutnya sebagai simbol pemisahan serta eksklusi yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Merespons konflik Rusia-Ukraina, Sri Paus secara aktif terlibat dalam upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan yang makin panas. Melalui pernyataan publik, doa, dan keterlibatannya dalam dialog internasional, Paus Fransiskus menekankan perlunya rekonsiliasi dan mengutuk kekerasan yang menyebabkan penderitaan.
Paus Fransiskus juga vokal terhadap isu kudeta Myanmar dan berulang kali menyerukan kepada militer Myanmar agar membebaskan para tahanan politik. Ia pun tak segan mengkritik kebijakan pasar bebas yang dianggap gagal mensejahterakan masyarakat. Terbaru, Paus Fransiskus lantang menyuarakan gencatan senjata dalam konflik Palestina-Israel.
Sikap progresif juga terlihat dalam dukungan Paus terhadap hak-hak komunitas LGBTQ+. Ia merupakan paus pertama yang mendukung serikat sipil atau legalitas untuk pasangan sesama jenis sekaligus mengkritik undang-undang yang mengkriminalkan homoseksualitas. Paus Fransiskus bahkan menyebut hal tersebut sebagai bentuk ketidakadilan.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan The Associated Press pada 24 Januari 2023. Menurut Paus Fransiskus, Tuhan mencintai semua anak-Nya apa adanya. “Menjadi homoseksual bukanlah sebuah kejahatan,” katanya. Sri Paus meminta para uskup Katolik yang mendukung undang-undang tersebut menerima orang-orang LGBTQ+ ke dalam gereja.
Warga berfoto dengan dekorasi bergambar Paus Fransiskus yang terpasang di Gereja Katedral Jakarta, 31 Agustus 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Menurut Pater Paulus Budi Kleden SVD, Uskup Agung Ende, Flores, Paus Fransiskus vokal menyuarakan apa yang menjadi keprihatinan umat manusia, yaitu membongkar tembok pemisah fisik dan mental. Paus mengajak kita meninggalkan zona nyaman, baik secara individu, kelompok, maupun negara, guna merangkul mereka yang terpinggirkan. “Kita tidak bisa terus menciptakan zona aman yang hanya melayani kepentingan kita sendiri,” kata Budi Kleden kepada Tempo.
Dalam kesempatan mendatang, Paus Fransiskus akan membahas tema-tema kritis, seperti dehumanisasi serta kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Menurut Budi Kleden, pesan-pesan yang akan dibawa Paus sangat relevan untuk Indonesia. “Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak dalam berbagai bentuk, baik verbal, fisik, maupun seksual, merupakan masalah yang mendalam dalam masyarakat kita,” ujarnya.
Paus Fransiskus juga akan menyoroti masalah kerusakan lingkungan. "Ketamakan manusia yang menghancurkan alam hanya untuk kepentingan jangka pendek tanpa memikirkan keberlanjutan lingkungan adalah masalah kompleks," ujar pastor yang pernah menjabat superior general SVD atau Serikat Sabda Allah ke-12 itu. Budi Kleden menegaskan bahwa pesan Paus Fransiskus harus dianggap sebagai suara profetik yang memanggil semua pihak berkolaborasi. Ia menekankan pentingnya mengatasi masalah ini melalui kerja sama lintas agama dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kerja sama dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), serta masyarakat.
Lahir sebagai Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, Paus Fransiskus merupakan anak pasangan imigran Italia yang tumbuh di lingkungan kelas pekerja. Ia merupakan paus pertama yang berasal dari Benua Amerika dan paus kedua yang bukan berasal Eropa. Sejak awal kehidupannya, Bergoglio belajar tentang kesederhanaan dan etika kerja keras, yang kemudian membentuk pandangannya sebagai seorang imam serta pemimpin gereja. Ia memulai pendidikan di Ordo Serikat Yesus atau Yesuit pada 1958, yang kemudian memperkuat komitmennya terhadap keadilan sosial dan pelayanan.
Perjalanan keuskupannya dimulai pada 1998 ketika dia diangkat sebagai Uskup Agung Buenos Aires. Di bawah kepemimpinan Bergoglio, keuskupan ini mengalami transformasi signifikan dengan berfokus pada pelayanan kepada masyarakat marginal dan dukungan terhadap upaya-upaya sosial. Keterlibatan dalam isu-isu sosial dan keterbukaannya terhadap dialog interfaith menjadikan dia tokoh yang dihormati. Namun dia juga sering menjadi sasaran kritik kalangan konservatif. Peranannya sebagai kardinal atau pejabat senior di gereja Katolik Roma membawanya ke posisi yang makin berpengaruh.
Pemilihan Bergoglio sebagai paus pada 13 Maret 2013 dengan nama Fransiskus menandai awal sebuah era baru dalam kepemimpinan gereja Katolik. Dalam edisi ke-61 dari tahun ke-153 penerbitan surat kabar L'Osservatore Romano, surat kabar resmi Vatikan, diumumkan bahwa Paus Fransiskus menjadi simbol perubahan. Dia bertekad membawa gereja menuju pembaruan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap tantangan zaman modern.
Sejak saat itu, Paus Fransiskus memfokuskan kepemimpinannya pada reformasi struktural dan pengembangan doktrin yang lebih membuka diri terhadap realitas sosial. Dia mengajak umat Katolik menghidupkan ajaran moral dengan lebih manusiawi dan penuh kasih, merangkul perbedaan, serta berkomitmen terhadap isu-isu global, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan migrasi.
Indonesia akan menyambut Paus Fransiskus. Kunjungan ini menandai kedatangan pemimpin gereja Katolik yang ketiga di Tanah Air setelah kunjungan Paus Paulus VI pada 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 1989. Kunjungan Paus Fransiskus direncanakan berlangsung pada Selasa, 3 September 2024, hingga Jumat, 6 September 2024.
Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, dalam konferensi pers di gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada Rabu, 28 Agustus 2024, menyoroti bahwa Takhta Suci Vatikan memiliki ketertarikan khusus untuk mempelajari Islam di Indonesia. Dalam rangkaian kunjungannya, Paus Fransiskus akan disambut oleh sekitar 60 uskup, yang terdiri atas dua kardinal dari Vatikan, tiga uskup dari Vatikan, sepuluh uskup dari Asia, satu uskup dari Australia, dan 44 uskup dari Indonesia.
Dekorasi bergambar Paus Fransiskus terpasang di Gereja Katedral Jakarta, 31 Agustus 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Kardinal Ignatius Suharyo mengungkapkan, kehadiran Paus Fransiskus bukan hanya soal fisik, tapi juga soal belajar dari gagasan dan teladan hidupnya. Dalam refleksi tentang perjalanan hidup Paus Fransiskus, Suharyo menceritakan pengalaman spiritual yang mendalam yang mempengaruhi transformasi pribadi dan kepemimpinan Paus.
Pada usia 17 tahun, Paus Fransiskus mengalami kerahiman Allah yang tanpa batas melalui pengakuan dosa, yang kemudian berimbas pada perubahan dalam institusi gereja Katolik. Satu simbol transformasi tersebut adalah perubahan dalam pemakaian sepatu biasa ketimbang sepatu merah yang merupakan tradisi di gereja Katolik. “Tapi beliau pakai sepatu hitam yang ada garis-garisnya. Itu artinya sudah dipakai lama,” ucap Suharyo.
Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta pada Selasa sore, 3 September 2024, sebelum melanjutkan agenda di Jakarta. Pada Rabu pagi, 4 September 2024, ia akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, kemudian melanjutkan pertemuan dengan para imam Katolik di Gereja Katedral Jakarta. Pada petang hari itu, Sri Paus akan berjumpa dengan klerus, yakni uskup, imam, pelaku hidup bakti, seminaris, dan katekis, di Katedral Jakarta.
Agenda penting lain adalah pertemuan dengan para pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal pada Kamis, 5 September 2024. Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar akan menjadi tuan rumah diskusi tersebut.
Paus Fransiskus kemudian akan memimpin misa agung di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, bersama 80 ribu anggota jemaat. Rangkaian kunjungan Paus akan berlanjut ke Papua Nugini pada 6-9 September 2024, Timor Leste pada 9-11 September 2024, dan diakhiri di Singapura pada 11 September 2024.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo