Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menggelar sidang tahunannya di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta hari ini, Kamis, 16 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meski rutin dilakukan tiap tahun, setidaknya ada sejumlah perbedaan yang terjadi di sidang kali ini dengan tahun sebelumnya.
Berikut sejumlah perbedaan yang Tempo rangkum:
1. Pakaian Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir di sidang tahunan kali ini mengenakan pakaian sipil lengkap. Jokowi memakai setelan jas berwarna biru dan JK berwarna hitam.
Tahun sebelumnya, Jokowi dan JK mengenakan pakaian adat. Jokowi, yang berasal dari suku Jawa, mengenakan pakaian adat Bugis. Sedangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang berasal dari Makassar, memakai pakaian adat Jawa.
2. Pimpinan DPR dan MPR Bertambah
Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan revisi Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) yang baru pada 12 Februari 2018. Dalam undang-undang ini salah satunya mengatur penambahan jumlah kursi pimpinan MPR dan DPR.
Baca: Sidang Tahunan MPR, Jokowi Sampaikan Kinerja MA, MK dan KY
Pada sidang tahunan kali ini, para pimpinan MPR dan DPR yang baru turut hadir. Dari pimpinan MPR hadir Ahmad Basarah (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), Muhaimin Iskandar (Partai Kebangkitan Bangsa), dan Ahmad Muzani (Partai Gerindra). Adapun di jajaran pimpinan DPR terdapat Utut Adianto (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
3. Ketua DPR Baru
Pada tahun ini hadir pula Ketua DPR yang baru, Bambang Soesatyo. Bambang naik menjadi pimpinan DPR menggantikan ketua sebelumnya, Setya Novanto yang terjerat kasus korupsi pengadaan proyek Kartu Tanda Penduduk elektronik atau e-KTP.
Menariknya, setiap tahun sejak 2015 sidang tahunan MPR selalu dihadiri oleh Ketua DPR yang berbeda. Pada 2015 yang menjadi pimpinan DPR adalah Setya Novanto.
Pada 2016 Ketua DPR-nya adalah Ade Komarudin. Ade menggantikan Setya yang mengundurkan diri akibat terjerat skandal 'papa minta saham'.
Pada sidang tahunan MPR 2017, kursi Ketua DPR kembali diduduki oleh Setya Novanto sesuai keinginan Fraksi Partai Golkar.
4. Doa 'Aman'
Sesi pembacaan doa dalan sidang tahunan MPR kali ini bisa dibilang 'aman' untuk Presiden Jokowi. Pasalnya pada sidang 2016 dan 2017, sesi doa bersama menjadi ajang kubu oposisi mengkritik pemerintah.
Baca: Sidang Tahunan, Jokowi Kutip Lima Pepatah Daerah Soal Persatuan
Pada sidang 2016, petugas pembaca doa adalah Muhammad Syafii dari Partai Gerindra. Saat itu doanya menjadi sorotan karena mengkritik pemerintah.
Syafii berdoa agar Indonesia dijauhkan dari pemimpin khianat yang memberikan janji palsu. "Ya Allah kalau mereka mau bertobat terimalah tobat mereka, tapi kalau mereka tidak bertobat dengan kesalahan yang diperbuat, gantikan dengan pemimpin yang lain," berikut petikan doa anggota Komisi Hukum DPR ini saat itu.
Sementara itu, petugas doa di sidang tahunan MPR 2017 adalah Tifatul Sembiring dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di petikan doanya, ia meminta agar Tuhan membuat Presiden Jokowi menjadi lebih gemuk. "Berilah petunjuk kepada Presiden Bapak Joko Widodo. Gemukkanlah badan beliau karena kini terlihat makin kurus," ucap Tifatul.
Dalam doanya, Tifatul juga menyinggung soal pemimpin yang lebih takut kepada partainya. "Hadirkanlah pemimpin-pemimpin yang lebih takut kepada Engkau daripada kepada partainya," ucapnya.
Sementara itu, di sidang tahun ini tidak ada lagi doa yang berbau politis. Pasalnya pembaca doa adalah Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.