Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Palembang - Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan Ferdian Kristianto mengatakan, telah terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sungai Rengit, Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) pada Selasa siang, 2 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kejadian tadi siang di Sungai Rengit, Talang Kelapa, Banyuasin. Sementara teman-teman di lapangan masih fokus pemadaman dahulu," kata Ferdian Kristianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat ditanya mengenai berapa luas yang terbakar, Ferdian mengatakan, saat ini Manggala Agni sedang melakukan proses pemadaman bersama dengan instansi terkait dan belum bisa mengukur seberapa besar lahan yang terbakar.
Ia juga belum mengetahui penyebab lahan yang terbakar tersebut. "Nanti setelah tuntas pemadaman baru diestimasi luasannya," tambahnya.
Diketahui sebelumnya, Sungai Rengit menjadi wilayah langganan terbakar. Ferdian mengatakan, dari data tahun lalu, wilayah itu juga mengalami kebakaran, tepatnya di Dusun IV Setia Harapan.
Hasil pemantauan pukul 16.15 WIB, melalui Data Sipongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ada 15 titik hotspot yang tersebar di beberapa kabupaten wilayah Sumsel.
Kabupaten Banyuasin ada 1 titik api, Kota Prabumulih 1 titik, Muara Enim ada 3 titik, Ogan Komering Ilir (OKI) 1 titik, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) ada 3 titik. Kemudian di Musi Banyuasin ada 3 titik, Musi Rawas ada 1 titik, Musi Rawas Utara (Muratara) ada 2 titik.
"Iya hari ini ada peningkatan hotspot dipantau dari data Sipongi KLHK dibandingkan hari sebelumnya. Kondisi cuaca memang tengah panas," katanya.
Sebelumnya Ferdian menjelaskan, hotspot tidak identik dengan Karhutla karena bukan titik api. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui titik panas sehingga bisa diketahui lokasi yang dicurigai sebagai sumber Karhutla.
"Pemantauan patroli akan dilakukan jika hotspot terjadi berhari-hari. Ada hotspot yang bisa menjadi Karhutla, namun beberapa tak terdeteksi sebagai hotspot karena luasannya kecil. Diperlukan groundcheck untuk memastikannya," ujarnya.
Mereka juga tak serta merta langsung ke lokasi saat ada hotspot. Pihaknya melakukan analisa terlebih dahulu. Jika terjadi hotspot terus menerus maka personel turun ke lapangan.
"Kami analisa dulu, apakah masuk di kawasan prioritas atau tidak dan apakah di situ pemukiman, hutan atau kebun dan lain-lain, pakai citra satelit dulu. Jika mencurigakan, semisal 2 hari berturut-turut di lokasi yang sama dan terlihat di citra satelit ada sesuatu atau ada informasi warga atau dari lapangan lainnya, pasti perlu dicek. Tim patroli terdekat akan mencari informasinya," jelasnya.
Pilihan editor: Menko PMK Ajak Kepolisian hingga Kejaksaan Bentuk Satgas PPDB