Mendeteksi Jatuhnya Asteroid

Ledakan yang diperkirakan setara dengan 15 megaton trinitrotoluena itu meratakan area hutan seluas 2.150 kilometer persegi. Diduga ledakan berasal dari meteorit atau asteroid kecil.

Komet, meteorit, dan asteroid adalah benda langit berukuran kecil yang digolongkan sebagai obyek dekat bumi (NEO). Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), per 2 Juni 2019 telah ditemukan 20.226 NEO. Sebanyak 8.602 di antaranya berdiameter lebih dari 140 meter dan 895 berdiameter 1 kilometer. Bumi masih kekurangan pemantau NEO. Selama ini, pemantau NEO baru ada di Amerika Utara dan Pasifik, yakni Catalina Sky Survey di Arizona, Zwicky Transient Facility di California, Lincoln Near-Earth Asteroid Research di Massachusetts, serta Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System dan Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System di Hawaii.

Mata Lalat Eropa

Rp 160,74 miliar

Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang membangun Near Earth Object Survey TELescope alias teleskop flyeye (mata lalat) di puncak Monte Mufara, Sisilia, Italia. Teleskop ini memiliki 16 lensa asperiks dan 16 sensor CCD untuk membelah satu bagian langit menjadi 16 citra yang lebih kecil guna memperluas ruang pandang sehingga mampu mendeteksi NEO berdiameter 40 meter. Teknik ini meniru prinsip mata majemuk pada lalat. Instalasi teleskop dijadwalkan rampung pada akhir 2019.

Satelit NEOWISE

Rp 2,83 triliun

Satelit NEOWISE

NASA mengaktifkan kembali misi satelit yang diluncurkan pada 14 Desember 2009, Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE), dengan nama baru NEOWISE. Satelit yang mengorbit pada 525 kilometer di atas bumi ini memiliki teleskop berdiameter 40 sentimeter dan kamera inframerah. Data yang dirilis pada 11 April lalu menyebutkan, dalam lima tahun ini, NEOWISE merekam lebih dari 95 miliar benda langit, yang seribu di antaranya asteroid dekat bumi (NEA).

Pengintai dari Gunung Timau

Rp 300 miliar

Pengintai dari Gunung Timau

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional sedang membangun Observatorium Nasional di lereng Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Observatorium tersebut memiliki teleskop berdiameter 3,8 meter yang akan mengisi kekosongan pemantau asteroid dalam Asia-Pacific Asteroid Observation Network untuk wilayah khatulistiwa. Ditargetkan pemasangan selesai pada 2020.

Jendela Jagat Raya

Rp 9,62 triliun

Jendela Jagat Raya

National Science Foundation, Departemen Energi Amerika Serikat, dan LSST Corporation sedang membangun Large Synoptic Survey Telescope di puncak Cerro Pachon, Coquimbo, Cile. Teleskop ini memiliki sebuah cermin berukuran 8,4 meter dan kamera digital terbesar yang pernah dibuat, yakni dengan sensor citra CCD 3,2 gigapiksel. LSST dapat mendeteksi 60-90 persen asteroid yang berpotensi berbahaya berdiameter di atas 140 meter. Dijadwalkan mulai beroperasi pada 2022, teleskop ini mampu mengukur komposisi beberapa juta obyek bergerak atau seratus kali lebih banyak dibanding teknologi saat ini.