Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIM mahasiswa dari Universitas Padjadjaran, Bandung, membuat plester penutup luka menggunakan ekstrak tanaman laut Turbinaria ornata. Olahan alga cokelat berwujud pasta kental yang dioleskan ke bantalan plester luka tersebut mampu membuat luka ringan di kulit sembuh lebih cepat.
Plester Penutup Luka Turbinaria ornata—disingkat Plesetan—dibuat oleh tim lintas fakultas dipimpin Dede Jihan Oktaviani dari Fakultas Farmasi. Anggota timnya adalah Shella Widiyastuti dan Dian Amalia Maharani dari Fakultas Farmasi serta Agni Nur Amalia dan Asep Maulana Ishak dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Mereka bekerja di bawah bimbingan dosen Fakultas Farmasi, Ade Zuhrotun.
Penggunaan ekstrak alga cokelat sebagai bahan penyembuh luka merupakan pengembangan tanaman laut itu yang sebelumnya dinyatakan aman dan bisa dimakan. “Tidak ada dampak iritasi ke kulit, punya khasiat penyembuh luka, dan mengambilnya gampang,” kata Ade pada Rabu, 19 Juni lalu.
Alga T. ornata biasa ditemukan tumbuh di tepi karang dan banyak tersebar di pantai Indonesia. Bentuknya yang seperti trompet dan berbintik menjadi pembeda T. ornata dengan rumput laut cokelat lain. Tim Universitas Padjadjaran itu mengambil sampel riset mereka dari Pantai Sayang Heulang, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Produk hasil karya Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan itu juga mendapat bantuan dana dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Hasil percobaan di laboratorium kampus menunjukkan plester berisi ekstrak alga cokelat itu mampu menyembuhkan luka lebih cepat ketimbang plester biasa. Senyawa aktif dari alga cokelat yang bekerja mengatasi luka itu adalah neophytadiene.
Ekstrak Alga Penyembuh Luka/Tempo
Mereka telah menguji coba ekstrak alga pada kulit mencit yang terluka dengan dosis 200 miligram per kilogram berat badan. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan mencit lain yang diobati dengan plester biasa dan tidak diplester. Setiap dua kali dalam sehari, plester-plester penutup luka diganti.
Menurut Ade, plester ekstrak alga itu membuat luka kulit ringan seperti tersayat bisa kering dalam empat hari. “Hampir dua kali lebih cepat daripada plester biasa,” ujarnya.
Tergolong obat antiseptik, Plesetan harus mengantongi izin khusus dari Kementerian Kesehatan jika akan diproduksi massal. Adapun pengujian pada manusia belum dilakukan karena membutuhkan lebih banyak waktu dan biaya. Karena jumlah produksi yang masih terbatas, harga plester ekstrak alga cokelat ini berkisar Rp 1.000 per lembar.
Ade mengatakan riset pengembangan akan dilakukan mahasiswa angkatan selanjutnya, termasuk pengujian iritasi pada manusia. “Uji aktivitas dengan berbagai luka, tergores dan ada juga infeksi, sejauh mana plester bisa digunakan,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo