Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat Pembaca

17 November 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tunjangan Guru Macet

SAYA seorang guru sekolah swasta di Pematangsiantar yang belum kebagian uang tunjangan fungsional Rp 200 ribu per bulan dari Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Utara. Padahal saya dan beberapa rekan guru di sekolah menengah atas saya sudah memenuhi persyaratan: mengajar 24 jam seminggu dan membuka tabungan di BRI Pematangsiantar. Untuk diketahui, bagi guru seperti saya, uang Rp 300 ribu yang harus disetor saat membuka rekening di BRI itu sudah kelewat besar.

Sejauh ini dinas pendidikan belum menjelaskan kenapa kami tak kunjung mendapat uang tunjangan itu, sedangkan guru-guru sekolah swasta lain sudah mendapatkannya sejak dua bulan lalu. Apakah dinas pendidikan memang menerapkan kebijakan berbeda kepada sekolah kami dan beberapa sekolah swasta lainnya yang gurunya juga tak mendapat uang tunjangan ini?

ZAINAL ABIDIN, SE
Guru SMA Erlangga

Susah Bayar Pajak

SUDAH dua tahun ini saya tak bisa membayar pajak bumi dan bangunan. Biasanya ada petugas yang datang ke rumah saya tiap kali pajak bumi dan bangunan akan jatuh tempo, tapi kini petugas itu tak kunjung datang. Saya bertanya ke bank, mereka tak mengetahui nomor pajak saya. Saya bingung, ke mana mesti membayar pajak?

M. TAUFIQURAHMAN
Taman Kebalen, Bekasi

Amrozi Cs Bukan Mujahid

SALAH kaprah jika menyebut Amrozi cs mati syahid sebagai mujahid atau orang yang berjuang di jalan Allah. Islam tak mengajarkan kekerasan seperti kelakuan mereka mengebom Bali.

Mujahid yang sesungguhnya menggunakan seluruh bakat, potensi, jiwa, harta, dan pikirannya untuk meninggikan kalimat Allah. Pelajar yang bertujuan meninggikan kalimat Allah adalah mujahid. Pengusaha yang menggunakan hartanya untuk meninggikan kalimat Allah adalah mujahid. Ilmuwan yang menyumbangkan ilmu dan kecerdasannya untuk meninggikan kalimat Allah adalah mujahid. Seorang dai yang berdakwah untuk mensyiarkan agama Allah adalah mujahid.

Mari kita tegakkan ajaran Islam yang benar sesuai dengan Al-Quran dan hadis, kita jauhi larangan Allah dan kita jalankan semua perintah-Nya dengan baik dan benar. Semoga kasus Amrozi cs menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam. Ya, Allah, tunjuki kami jalan yang lurus dan benar.

Rifa Irtafa
Bogor, Jawa Barat

Umat Islam Jangan Terprovokasi

UMAT Islam sebaiknya tidak terprovokasi pelbagai pemberitaan tentang Amrozi cs yang didengungkan sebagai orang yang mati syahid. Sebagai masyarakat muslim terbesar di dunia, umat Islam Indonesia harus bisa memberikan contoh dalam kehidupan yang rukun dan damai di antara banyak keyakinan yang ada di Indonesia.

Proses hukum yang dilalui Amrozi cs sudah benar, pidana yang diterapkan kepada mereka sudah diakui, upaya hukum pun sudah dilaksanakan, sehingga eksekusi mati Amrozi cs tidak perlu dipermasalahkan karena sudah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pribadi Santoso
Bogor, Jawa Barat

Premanisme di Kampus

DARI Jakarta hingga Makassar, tawuran telah menjadi penyakit mahasiswa. Padahal mereka ini calon intelektual. Sungguh memalukan. Apa jadinya bangsa ini jika calon-calon pemimpinnya suka tawuran?

Pihak rektorat harus minta bantuan polisi agar ada razia rutin senjata tajam, bom molotov, dan narkotik di kampus. Semoga aksi premanisme di kampus ini segera reda.

I MADE ADIYAKSA
Jatiwaringin, Jakarta Timur

Demokrasi dalam Kemenangan Obama

Amerika Serikat telah memberikan contoh yang berharga bagi kita semua. Amerika adalah negara dengan penduduk beragam: multiras, multietnis, multiagama, dan multibudaya. Namun, pemilihan presiden lalu terlihat sangat elegan. Prinsip siap menang dan siap kalah patut ditiru. Siapa pun yang menang adalah kemenangan bersama, termasuk bagi yang kalah.

Sikap seperti itulah yang kiranya masih sangat mahal bagi negeri tercinta, terutama dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah di beberapa daerah. Alangkah indahnya bila demokrasi tecermin dalam sikap legowo dan sikap berjiwa besar. Memang, umur Indonesia kalah jauh oleh Amerika yang kenyang pengalaman dalam hal berdemokrasi. Namun, di era modern, ketika rakyat semakin cerdas tanpa perlu digurui, Indonesia perlu sikap-sikap seperti itu.

ARYO SETYAKI
Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Tak Usahlah KPU ke Luar Negeri

Komisi Pemilihan Umum tak perlu melakukan sosialisasi ke luar negeri. Ada banyak tugas yang lebih penting di dalam negeri agar Pemilihan Umum 2009 berjalan sukses. Lagi pula sosialisasi pemilihan di luar negeri hanya opsi.

Tidak usahlah Komisi latah meniru pihak lain yang mengambil kesempatan dalam kesempitan agar bisa bepergian ke luar negeri. Tugas Komisi yang sangat mendesak adalah membangun sistem pemilihan yang komprehensif agar seluruh suara dan aspirasi masyarakat bisa tersalurkan. Jangan sampai pemenang pemilihan nanti adalah golongan putih.

R. Satya Nugraha
Bogor, Jawa Barat

Mari Belajar Berdemokrasi

BELUM semua elemen masyarakat Indonesia bisa menerima ”kekalahan” sebagai konsekuensi dari sebuah mekanisme demokrasi. Tak mengherankan jika pemilihan kepala daerah selalu berakhir ricuh. Peran media juga besar dengan kian memanaskan situasi dengan berita sensasional.

Para elite politik perlu belajar pada politik Amerika Serikat hari-hari ini. John McCain yang kalah oleh Barack Obama dengan ikhlas mengakui kekalahan dan menghormati hasil pemilihan tanpa melakukan protes, apalagi mengungkit perdebatan sebelumnya.

Adi Prasetyo
Kemanggisan, Jakarta Barat

Dukung Razia Preman

Polisi sedang giat melaksanakan operasi penangkapan preman. Kejahatan jalanan sudah menjadi budaya kota besar. Republik ini sebentar lagi menggelar pemilihan umum. Kalau kejahatan jalanan ini tidak segera kita atasi, pemilihan bisa terganggu.

Upaya membasmi premanisme tidak cukup hanya dengan melakukan pemberantasan kejahatan jalanan, tapi juga harus dibarengi kebijakan membuka lapangan kerja. Seusai mereka menjalani sanksi hukum, mereka akan kembali ke tengah masyarakat. Mereka harus bekerja supaya bisa hidup. Tolong dipikirkan untuk segera membuka lapangan pekerjaan baru yang legal bagi para mantan preman tersebut.

Anggi Astuti
Parung, Bogor


RALAT

  • Tempo edisi 10-16 November 2008 halaman 80 pada artikel ”Agar Sehat di Tempat Kerja” tertulis kandidat doktor kesehatan kerja. Seharusnya, dr Suryo Wibowo, peserta Program Studi Pendidikan Magister Kedokteran Profesi Dokter Spesialis 1 Kedokteran Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kami mohon maaf atas kekeliruan ini.

  • Pada rubrik Pokok dan Tokoh edisi yang sama, tertulis harga alat bor bermesin untuk membuat lubang biopori hasil modifikasi Imam Prasodjo Rp 400 ribu. Harga yang benar adalah Rp 2,5-3 juta. Kami mohon maaf atas kesalahan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus