Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ragam

Keunikan Masjid Kesultanan Ternate Selain Berusia Lebih dari 500 Tahun

Masjid Kesultanan Ternate yang berusia lebih dari 500 tahun memiliki keistimewan yang tetap dilestarikan hingga kini. Apa saja keunikannya?

14 April 2022 | 16.01 WIB

Masjid Kesultanan Ternate. wikipedia.org
Perbesar
Masjid Kesultanan Ternate. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Masjid yang terletak di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara itu menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur Nusantara sejak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum yang bertahta sekitar 1465-1486 Masehi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut keterangan Imam Masjid Sultan Ternate yang bergelar Jou Kalem atau Kadhi, Masjid ini terkenal unik karena memiliki aturan-aturan adat yang tegas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Larangan memakai sarung atau wajib mengenakan celana panjang bagi para jamaahnya, kewajiban memakai penutup kepala (kopiah), serta larangan bagi perempuan untuk beribadah di masjid ini," Seperti di lansir Tempo.co dari laman Dunia masjid.islamic-center.or.id Rabu 13 April 2022.

Larangan-larangan tersebut memiliki dasar aturan yang kuat. Sejak dahulu, masjid memang menjadi salah satu tempat yang dianggap suci dan harus dihormati oleh masyarakat Ternate. Berbagai aturan ini konon berasal dari petuah para leluhur wajib dilestarikan.

"Dalil Tifa, serta Dalil Moro yang hingga kini masih ditaati oleh masyarakat Ternate, terutama di lingkungan kedaton memiliki makna dan wajib dilestarikan," kata dia.

Kekhasan lain Masjid Kesultanan Ternate yang sudah berusia lebih 500 tahun itu adalah adanya tempat khusus bagi Sultan Ternate ketika ikut salat berjamaah di masjid.

Selain itu kontruksi atap bangunannya juga menarik, atap masjid terdiri tujuh tingkat membentuk kerucut sebagai simbol atas adanya tujuh lapis langit.

Selama bulan Ramadan, di masjid yang di sekitarnya terdapat makam para Sultan Ternate itu digelar sejumlah ritual. Di antaranya adalah ritual malam qunut pada malam 15 Ramadan dan ritual ela-ela atau penyambutan malam turunnya laillatul qadar pada malam 27 Ramadan.

Kuliner khas ternate 

Takjil tradisional di Ternate, Maluku Utara (Malut), banyak diminati warga untuk berbuka puasa adalah lalampa dari bahan nasi ketan dicampur santan kelapa dan ikan cakalang, cara masak dengan dibakar di dalam bambu.

Seorang penjual nasi jaha di Kawasan Masjid Raya Al-Munawwar Ternate, Nurhayati menjelaskan setiap bulan Ramadhan fokus untuk menjual nasi jaha, karena takjil tersebut selalu diburu warga saat berbuka puasa.

"Kami memasak nasi jaha sebanyak 40 bambu dan dijual per bambu seharga Rp60.000, sedangkan untuk bentuk ukuran kecil dijual seharga Rp 2.000 per potong, tetapi semua habis diburu warga," kata Nurhayati, di kutip Tempo.co dari Antaranews.

Ia menyatakan dengan jualan nasi jaha setiap hari di dalam bulan Ramadan bisa meraup keuntungan di atas Rp 1 juta, sehingga dia tetap menjaga kualitasnya, karena sudah banyak warga yang tau nasi jaha yang dia jual.

Suriani salah seorang warga Ternate, mengatakan makan legendaris itu selalu di gemari warga setiap menjelang berbuka puasa. "Karena rasanya sangat enak jika dimakan dengan ikan panggang atau ikan goreng," kata dia.

Selain itu, minuman favorit selama bulan Ramadan yang selalu diburu warga Ternate adalah air minuman jahe yang dicampur dengan kanari dan gula merah dan susu serta kelapa muda.

IDRIS BOUFAKAR

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus