Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kabupaten Sumenep menjadi pusat kebudayaan di Madura dengan banyak potensi wisata dari alam, buatan, maupun sejarah yang juga menjadi bukti perkembangan budaya pada setiap masa. Salah satu bangunan bersejarah yang sangat penting dan terkenal di Sumenep adalah Masjid Jamik Sumenep. Masjid ini menjadi bangunan masjid agung yang menjadi sentral wisata religi di Sumenep, Madura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masjid Jamik Sumenep berada di tengah-tengah kota Sumenep, menghadap taman kota, dengan sebuah gerbang besar berbentuk unik, pintu kayu kuno, berdiri kokoh menghadap matahari terbit usia masjid ini sudah mencapai ratusan tahun namun masih berdiri kokoh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masjid ini didirikan pada tahun 1781 M, merupakan masjid peninggalan keraton yang memiliki kedudukan sebagai Masjid Negara Keraton Sumenep. Masjid Jamik merupakan masjid dengan arsitektur kuno dengan konstruksi yang megah dan unik.
Dikutip dari Jurnal Sejarah Berdiri Masjid Jamik Sumenep masa Pemerintahan Pangeran Natakusuma I Kondisi sosial masyarakat sumenep pada tahun 1762 setelah pangeran Natakusuma I dilantik menjadi adipati Sumenep sekitar 80 persen telah memeluk agama Islam. Namun meskipun telah banyak yang memeluk agama Islam, masih banyak juga yang belum mau meninggalkan bentuk kepercayaan lama. Sehingga kebiasaan lama maish tertanam dan berakar dalam jiwa sebelum agama Islam berkembang di Sumenep.
Pengunjung melakukan shalat di Masjid Agung Sumenep, Madura, Jawa Timur. Disebut juga Masjid Jamik Panembahan Somala merupakan salah satu bangunan 10 masjid tertua dan mempunyai arsitektur yang khas di Nusantara. Tempo/Rully Kesuma
Filosofi Masjid Jamik Sumenep
Latar belakang pembangunan masjid Jamik Sumenep karena masjid laju tidak mampu menampung jamaah yang kian banyak. Setelah sebelumnya dibangun masjid, yang dikenal sebagai masjid Laju, oleh pnageran Anggadipa.
Dikutip dari Jurnal Pelestarian Bangunan Masjid Jamik Sumenep keunikan dan ciri khas yang terdapat di masjid ini dan tidak ada di masjid Indonesia lainnya adalah seni kultur desain masjid yang dari bentuk bangunannya merupakan gabungan berbagai unsur budaya dari Cina, Jawa, Arab, Persia, dan India. Serta arsitektur bangunan masjid ini berasal dari negeri Cina bernama Lauw Pia Ngo.
Ia mengatakan dalam segi arsitektur menambahkan unsur budaya lokal yang disesuaikan pada lingkungan di masa itu. Hal tersebut dapat dilihat dari pewarnaan yang menyolok pada pintu utama dan jendela yakni 10 jendela dan 9 pintu yang berukuran besar dengan ukiran bunga yang melambangjan khas Sumenep.
Di dalam kompleks masjid terdapat tiga bangunan tua yang masih dipertahankan bentuk aslinya seperti saat dibangun. Yaitu bangunan induk Masjid Jamik Sumenep, bangunan gapura masjid, dan bangunan menara masjid. Di halaman masjid ada dua pohon yang membuat teduh bagi pengunjung masjid, yakni pohon sawo dan tanjung.
Keduanya memiliki makna filosofi tersendiri. Jika potongan nama dari dua pohon itu digabungkan maka akan menyiratkan pesan sawo (sabu, bahasa Madura) dan pohon tanjung di sebelah utara yang memiliki makna filosofi yaitu ”Shalat je’ bu-ambu (je’ ge’pegge’) tandhe ajunjung tenggi agama Allah”. Maka dalam bahasa Indonesia adalah salat jangan berhenti (jangan putus-putus) sebagai tanda menjunjung tinggi agama Allah”. Gerbang putih dengan polesan keemasan di bagian depan langsung menyedot perhatian. Gapuranya berupa atap susun yang kental dengan budaya Tiongkok.
YOLANDA AGNE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.