Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap melaksanakan ibadah haji, ada sebuah prosesi yang disebut wukuf. Wukuf merupakan salah satu rukun haji yang wajib dipenuhi. Mengutip dari laman Kementerian Agama proses wukuf memiliki tata cara yang diatur mulai dari segi pakaian, waktu pengerjaan, hingga lokasinya. Tata cara ibadah wukuf biasanya akan dijelaskan lebih lengkap saat khutbah wukuf setelah shakat dzuhur di Arafah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengertian Ibadah Wukuf
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman Nuonline Wukuf artinya salah satu ibadah haji yang dilakukan di Arafah dengan berdiam diri dalam keadaan ihram pada 9 Dzulhijjah, tepat sehari sebelum hari Raya Idul Adha. Ibadah wukuf ini menjadi istimewa karena dikatakan sebagai pembeda haji dan umrah.
Waktu wukuf dimulai sejak tergelincirnya matahari, tepatnya pada waktu Zuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbit fajar atau waktu subuh Idul Adha pada 10 Dzulhijjah. Apabila jemaah haji melewatkan wukuf, maka hajinya tidak sah dan berkewajiban mengulang ibadah haji.
Yang dikerjakan pertama kali saat wukuf oleh para jemaah haji adalah menjamak shalat zuhur dan ashar dengan jamak taqdim. Dilakukan dengan satu kali adzan dan 2 kali iqamat. Selanjutnya, jemaah dapat mendengarkan khutbah wukuf dari imam yang berisi bimbingan wukuf, penerangan, seruan-seruan ibadah dan panjatan doa kepada Allah SWT.
Wukuf sendiri dilakukan dengan berdiam diri dengan memperbanyak ibadah dan berdzikir kepada Allah. Disunnahkan dengan menghadap kiblat. Namun, saat berwukuf juga diperbolehkan untuk melakukan aktivitas lain seperti, berdagang, tidur, makan, dan sebagainya.
Masih dari laman Kementerian Agama momentum wukuf menjadi waktu yang tepat untuk bermunajat memohon ampunan dan rahmat kepada Allah. Oleh karana itu, wukuf di Arafah menjadi lambang 3 hubungan, yaitu shilatul îman (keterhubungan keimanan), shilatul arhâm (keterhubungan nasab), dan shilatul hadhârah (keterhubungan peradaban).
Ketiga shilah atau keterhubungan tersebut menjadi esensi utama ibadah wukuf yang juga bermakna dalam yang mengingatkan pada sejarah haji Wada atau haji terakhir yang dijalankan Rasulullah Saw. Selain itu wukuf juga diibaratkan dengan berkumpulnya manusia kelak di padang mahsyar kelak pada saat hari kiamat.
Kegiatan Setelah Wukuf di Arafah
Mengutip dari laman Kemenag, setelah melaksanakan wukuf para jemaah haji akan dibimbing untuk pergi ke Muzdalifah untuk menghabiskan malam disana. Kegiatan ini disebut juga dengan mabit di Muzdalifah. Muzdalifah sendiri merupakan sebuah wilayah yang terletak di antara Mekah dan Mina.
Mabit di Muzdalifah secara harfiah merupakan mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melewati wilayah Muzdalifah dan diperbolehkan menggunakan kendaraan. Biasanya para jemaah haji akan dibawa oleh bus yang langsung membawa mereka ke tenda Mina untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Saat melintasi wilayah Muzdalifah mereka akan melaksanakan ibadah shalat magrib sambil mengumpulkan kerikil untuk melempar jumrah nanti. Disebutkan jika seorang jemaah haji melewati prosesi mabit di Muzdalifah, maka haji tetap sah karena mabit hukumnya sunnah dan tidak terkena kewajiban membayar dam.
Selanjutnya para jemaah haji akan melakukan prosesi lempar jumrah. Melempar jumrah merupakan tindakan simbolis di mana para jamaah haji membawa 7 kerikil untuk dilempar sebagai perwujudan melempar setan yang menggoda siti Hajar dahulu saat mencarikan air minum untuk Ismail. Lempar jumrah di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah dan diikuti dengan pemotongan rambut sebagai tanda penyempurnaan ibadah haji.
SAVINA RIZKY HAMIDA | SITI NUR RAHMAWATI '