Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramadhan

Mengenal Tradisi Megibung Saat Buka Puasa di Kampung Gelgel Bali

Megibung adalah tradisi makan bersama saat buka puasa umat muslim di Kampung Gelgel Bali.

13 April 2023 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Megibung adalah tradisi makan bersama yang berasal dari Bali, Indonesia. Tradisi ini dijalankan oleh masyarakat Bali yang berasal dari wilayah Karangasem dan Klungkung. Megibung diartikan sebagai kebersamaan dalam satu wadah yang terdiri dari beberapa orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tradisi Megibung dijalankan dengan cara makan bersama menggunakan satu piring besar yang diletakkan di tengah-tengah peserta. Masing-masing peserta akan menyantap makanan dengan menggunakan tangan kanan. Tradisi ini juga dilakukan dengan duduk bersila di sekitar piring besar yang telah diisi dengan berbagai macam hidangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Umat Islam menggelar makan bersama atau megibung saat berbuka puasa di Masjid Baitul Makmur, Denpasar, Bali, Jumat 8 April 2022. Kegiatan megibung yang digelar saat waktu berbuka puasa tersebut untuk menyemarakkan bulan Ramadhan 1443 Hijriah dan sekaligus ajang menjalin silaturahmi. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Sejarah Megibung

Seperti dilansir dari laman karangasemkab.go.id, tradisi Megibung awalnya dikenalkan oleh Raja Karangasem yakni I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau pada saat 1692 Masehi. Pada saat itu, Kerajaan Karangasem sedang dalam ekspedisi untuk menaklukkan kerajaan yang berada di tanah Lombok.

Ketika beristirahat dari perjalanan atau peperangan, raja kemudian memerintahkan prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi duduk melingkar yang dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, konon katanya raja juga ikut duduk melingkar bersama dengan prajuritnya untuk menjalin kebersamaan dan ikatan persaudaraan.

Selain sebagai bentuk kebersamaan, Megibung juga memiliki makna yang lebih dalam. Tradisi ini melambangkan persatuan dan kebersamaan antara masyarakat, sekaligus sebagai simbol solidaritas dan persaudaraan. Dalam tradisi Megibung, tidak ada sekat yang memisahkan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.

Megibung juga merupakan cara untuk menghormati tamu. Ketika ada tamu yang datang ke sebuah desa, masyarakat akan menjamu tamu tersebut dengan Megibung. Dalam Megibung, tamu dianggap sebagai bagian dari keluarga besar dan dihormati sebagai anggota keluarga yang sama.

Tradisi Megibung juga memiliki beberapa prinsip yang harus diikuti oleh pesertanya. Salah satunya adalah prinsip kerjasama. Setiap peserta Megibung harus saling membantu dalam mengambil dan menyajikan makanan, sehingga suasana Megibung tetap terjaga dengan baik. Selain itu, prinsip saling menghargai dan menghormati juga harus dijunjung tinggi dalam tradisi Megibung.

Secara keseluruhan, Megibung adalah tradisi makan bersama yang berasal dari Bali dan memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Bali. Tradisi ini melambangkan persatuan, kebersamaan, dan persaudaraan antar masyarakat. Selain itu, Megibung juga merupakan cara untuk menghormati tamu dan menjunjung tinggi prinsip kerjasama, saling menghargai, dan menghormati antar pesertanya.

Megibung di Masjid Nurul Huda

Dalam masyarakat Bali modern, tradisi Megibung telah mengalami beberapa perubahan karena masyarakat Bali yang bersifat semakin heterogen. Tradisi tersebut kemudian diserap oleh umat Muslim yang berada di Bali, khususnya di Desa Kampung Gelgel, Kabupaten Klungkung yang secara rutin menggelar buka puasa bersama di Masjid Nurul Huda.

Uniknya, gelaran buka puasa tersebut dilakukan dengan tradisi Megibung yang tidak hanya dihadiri oleh masyarakat biasa. Buka puasa bersama yang diadakan pada Selasa, 11 April 2023 tersebut turut dihadiri pula oleh tokoh masyarakat Penglingsir Puri Klungkung Ida Dalem Semaraputra, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Kapolres Klungkung AKBP I Nengah Sadiarta, serta tokoh-tokoh lainnya.

Tradisi tersebut sudah dilakukan selama bertahun-tahun, mengingat Desa Kampung Gelgel merupakan permukiman umat Islam di Bali yang telah berdiri sejak abad ke-14 atau sekitar 1383 seperti dilansir dari laman kampunggelgel.desa.id. Masyarakat  telah terbiasa hidup berdamping sesama umat beragama, masyarakat yang beragama Hindu dan Islam di kampung tersebut telah terbiasa hidup berdampingan, bahkan ajang buka puasa bersama yang dilakukan dengan tradisi Megibung menunjukan bahwa kerukunan umat beragama di Desa Kampung Gelgel terjalin dan terjaga secara baik.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus