Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ragam

Napak Tilas dan Peziarah Makam Mbah Priok Jakarta Utara

Peziarah makam Mbah Priok tidak hanya dari kalangan umat Islam saja, tapi juga dari non-Islam juga ada.

21 April 2021 | 04.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana pintu masuk Makam Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad atau Mbah Priok di kawasan Makam Mbah Priok, Jalan Maqam Kramat Mbah Priok Nomor 1, Koja, Jakarta Utara, pada Selasa, 3 Juli 2018. Tempo/Adam Prireza

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Makam Habib Hasan Al Hadad atau dikenal makam Mbah Priok menjadi salah satu objek wisata religi yang cukup banyak diziarahi warga menjelang Ramadan.

Peziarah yang datang tidak hanya dari kalangan umat Islam saja, tapi juga dari non-Islam juga ada.

Menurut Ketua Bidang Keagamaan Yayasan Maqom Keramat Syech Sayyid Mbah Priok Mustafa Kamal peziarah yang berbeda keyakinan dilihat dari presentasenya bisa mencapai hampir separuh dari peziarah yang beragama Islam.

"Persentase yang berziarah kira-kira bisa 60 (muslim) berbanding 40 (non-muslim). Saya sendiri pernah menjamu tamu seorang biarawati," ujar Mustafa saat ditemui ANTARA di Jakarta Utara, Selasa, 20 April 2021.

Mustafa mengatakan perbedaan keyakinan akan dikesampingkan ketika menyambut peziarah. Sebab yang berbeda agama pun tentu memiliki tujuan yang sama dalam hidup, yaitu mendapatkan rida dari Allah SWT.

"Untuk mendapat rida Allah kan ada wasilah (sarana), misalnya, datang ke sini berziarah ada yang memakai motor, ada yang jalan kaki," katanya.

Tapi tujuannya sama, yaitu berziarah. "Begitu juga kalau dia itu non-muslim atau muslim, ada cara berdoa masing-masing. Walau caranya berbeda-beda, tapi tujuannya sama," kata Mustafa.

Cara ibadah tidak menjadi penghalang untuk berziarah atau bermunajat di Makam Mbah Priok. Memang pernah ada yang bertanya, bolehkah berdoa dengan tata cara agama lain di dalam makam Mbah Priok itu.

"Saya bilang, boleh, kan bermunajat kepada Tuhan-nya. Kalau begitu kan soal keyakinan, soal persepsi masing-masing. Maka semua yang bermunajat tujuannya sama, kita beragama tujuannya satu, yakni menggapai ridha Allah," kata Mustafa.

Mustafa hanya memberi satu persyaratan yang harus dipenuhi pengunjung di dalam makam, yaitu berpakaian harus menutup aurat.

"Syaratnya kalau mau berziarah kemari cuma satu, pakaian yang sopan dan menutup aurat. Yang perempuan juga," kata Mustafa.

Dibatasi
Pengurus Makam Mbah Priok memberlakukan pembatasan kegiatan selama bulan Ramadan untuk mencegah berkumpulnya banyak orang di dalam makam.

Menurut Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Yayasan Maqom Keramat Syech Sayyid Mbah Priok, Nanang Nurwahyudi, pembatasan kegiatan yang dilakukan antara lain dengan mengurangi acara yang berpotensi menimbulkan kerumunan, seperti kegiatan tabligh akbar atau sekedar ceramah dari tokoh agama juga sementara ditiadakan untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona (COVID-19).



"Kami kira harus patuh dengan imbauan pemimpin untuk tidak dulu menggelar kegiatan yang menimbulkan kerumunan selama pandemi COVID-19," kata Nanang.

Sementara itu, di bulan Ramadan 1442 Hijriah tahun ini, Makam Mbah Priok tampak sepi dari peziarah.

Tampak hanya ada lima peziarah yang tengah berdoa di depan pusara Makam Mbah Priok. Sepinya peziarah di bulan suci Ramadan menjadi hal yang lumrah terjadi.

"Untuk bulan Ramadan ini sepi, sepi dalam artian bukannya nggak ada, tapi bisa dihitung, beda seperti bulan Sya'ban, Maulid Nabi sama bulan Syawal, bulan-bulan itu pasti ramai dikunjungi peziarah," kata Mustafa.

Meski begitu, pihak yayasan tetap menggelar buka puasa bersama dan shalat tarawih berjamaah dengan secara terbatas, dengan pembatas jarak menggunakan penanda warna kuning dalam satu saf antara satu jamaah dengan lainnya.

Makam Keramat
Para ahli waris lahan makam Mbah Priok mengklaim kepemilikan tanah di lokasi tersebut hingga 5,4 hektare dengan bukti kepemilikan Eigendom Verponding No.4341 dan No.1780.

Kendati demikian, status tanah itu berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara 5 Juni 2002 adalah milik PT Pelindo II. Hal itu sesuai dengan hak pengelolaan lahan (HPL) Nomor 01/Koja dengan luas 145,2 hektare.

Sempat dicanangkan menjadi lokasi cagar budaya religi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta 2014-2017 Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tapi niat itu belum terlaksana.

Di kalangan masyarakat, makam Habib Hasan atau Mbah Priok dianggap keramat di pesisir utara.

Banyak kisah beredar tentang Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain Ass Syafi'i Sunnira atau kerap disebut Mbah Priok ini.

Salah satunya diceritakan Mustafa terkait kisah dari mulut ke mulut terkait sinar yang memancar dari makam hingga ke langit yang dipercaya para ahli waris hingga kini.

"Selidik punya selidik, ternyata sumber cahaya itu adanya di Makam Mbah Priok, itu orang luar negeri yang bicara bukan kami," kata Mustafa.

Makam Mbah Priok tersebut kini dikelola bersama oleh dua yayasan milik para habaib keturunan keenam Habib Zein bin Muhammad Al Hadad atau adik Habib Hasan (Mbah Priok), yaitu Habib Abdullah Alaydrus (Habib Sting) dan Habib Ali Zainal Abidin (Habib Ali).

Baca juga : Menelan Ludah, Batal Puasa Ramadan?
ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus