Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selain mengerjakan salat wajib, umat Islam juga dianjurkan melaksanakan amal-amalan penyempurnaan ibadah. Rasulullah SAW melalui teladan dalam kehidupan sehari-hari, menetapkan berbagai salat sunnah, salah satunya salat rawatib.
Mengutip dari kemdikbud.go.id, kata rawatib berasal dari bahasa Arab “ratib” yang artinya gaji, tambahan, atau salat sunnah. Sedangkan menurut istilah salat Rawatib merupakan salat sunnah yang dikerjakan sebelum atau sesudah salat fardhu (salat wajib) atau mengiringi salat fardhu.
Pelaksanaan salat sunnah ini tidak berbeda dengan salat sunnah pada umumnya. Namun dibedakan dari jumlah rakaat, dimana salat rawatib secara keseluruhan terdiri dari 10 hingga 12 rakaat. Sebagaimana dijelaskan di muhammadiyah.or.id, salat rawatib total 10 rakaat berdasarkan HR Muslim dari Ibnu Umar, Nabi mencontohkan mengerjakan salat sunnah rawatib sebagai berikut: “Saya jaga (amalan) dari Rasulullah 10 rakaat salat sunnah; yaitu: 2 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah magrib dan 2 rakaat sesudah Isya, serta 2 rakaat sebelum Subuh.”
Kemudian menambahkan 2 rakaat sebelum salat zuhur untuk melengkapi 12 rakaat salat Rawatib dalam sehari.
Dalam hadis riwayat At Tirmidzi menjelaskan Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa sehari semalam mengerjakan salat 12 rakaat (sunnah rawatib), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat setelah zuhur, 2 rakaat setelah maghrib, 2 rakaat setelah isya dan 2 rakaat sebelum subuh.” (HR. Tirmidzi no. 415 dan An Nasai no. 1794, kata Syaikh Al Albani hadis ini shahih).
Keutamaan salat rawatib terletak pada waktu salat sunnah fajar. Selain itu, salat ini dilarang dikerjakan sesudah salat subuh dan sesudah ashar. Ini didasari hadis HR Bukhari-Muslim yang berbunyi: “Sesungguhnya Rasulullah melarang salat setelah salat subuh hingga terbit matahari dan setelah salat ashar hingga terbenamnya matahari”.
Adapun keistimewaan salat sunnah rawatib adalah merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan salat fardhu atau salat wajib. Menukil dari islam.nu.or.id, menurut pendapat beberapa ulama, meninggalkan salat rawatib menunjukkan kadar keislaman seseorang sangat rendah dan ketidakpeduliannya terhadap salat tersebut.
Salat sunnah rawatib berpengaruh besar terhadap nasib ukhrawi seseorang, antara sejahtera (sa’id) atau sengsara (syaqiy). Menjadi tolok ukur Allah SWT menilai hamba-Nya di akhirat kelak. Bila salatnya baik, maka akan dilanjutkan menuju penilaian amal ibadah lainnya. Namun, bila tidak, Allah tak perlu melihat amal lain untuk memutuskan nasib ukhrawi hambanya.
Pilihan Editor: 5 Amalan 10 Hari Pertama Puasa Ramadan, Tadarus Pembuka Pintu Pahala
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini