Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Perang Rusia - Ukraina: Cerita dari Fron Bernama Pulau Ular

Rusia diberitakan telah secara resmi menarik garnisunnya dari Pulau Zmiinyi di Ukraina, yang dikenal sebagai Pulau Ular, pada 30 Juni 2022

11 Juli 2022 | 01.05 WIB

Foto satelit Snake Island, Ukraina. REUTERS/Maxar
Perbesar
Foto satelit Snake Island, Ukraina. REUTERS/Maxar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia diberitakan telah secara resmi menarik garnisunnya dari Pulau Zmiinyi di Ukraina, yang dikenal sebagai Pulau Ular, pada 30 Juni 2022. Pulau ini telah berulang kali menjadi target serangan oleh militer Ukraina hingga menyebabkan korban cukup besar di kubu pasukan Rusia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Tapi, tentu saja pasukan Rusia tak mengakui kekalahannya di Pulau Ular. Sebaliknya, Moskow mendeklarasikan kalau pasukannya telah menyelesaikan misi dan bahwa mereka menarik diri sebagai bentuk kemurahan hati. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komando Operasi Selatan Ukraina, Angkatan Bersenjata Ukraina yang bertanggung jawab untuk fron selatan dan garis pantai Laut Hitam di negara itu, mengeluarkan pernyataan berbeda di Telegram. "Musuh telah tunggang langgang mengevakuasi sisa anggota garnisunnya menggunakan dua kapal cepat dan mungkin meninggalkan pulau," bunyinya.

Apapun alasannya, penarikan pasukan adalah kemunduran bagi invasi Rusia di Ukraina. Pulau Ular--terletak di Laut Hitam, hanya 30 mil dari pantai Ukraina--berperan strategis untuk mengawasi, dan jika diperlukan menghadang, kapal-kapal Ukraina, terutama yang mengangkut komoditi ekspor. Pulau Ular juga berada dalam posisi yang mampu memblok pesawat Ukraina terbang ke wilayah Laut Hitam, terutama mereka yang berusaha menghindari pertahanan darat-ke-udara Rusia. 

Rusia menyatakan menunjukkan kepada komunitas dunia kalau pemerintahan federasi tidak mengganggu upaya PBB untuk mengelola sebuah koridor kemanusiaan untuk ekspor produk pertanian dari wilayah Ukraina. 

Rusia kuasai Pulau Ular dengan mudah

Pulau Ular telah langsung jatuh dalam penguasaan pasukan Rusia di awal invasinya Mei lalu. Namun perlawanan terus diberikan marinir Ukraina. Sebagai bagian dari perlawanan itu, sebulan kemudian, sejumlah rudal anti-kapal Ukraina diduga menghajar kapal perang Rusia, Moskva, membuatnya terbakar, dan tak dapat diselamatkan dari tenggelam.

Rusia mendirikan garnisunnya sendiri di pulau itu dan terus mendapat tekanan. Valeriy Zaluzhniy, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, berterima kasih kepada para pengembang senjata howitzer otomatis, Bodogan. Menurutnya, senjata itu telah berperan penting dalam pembebasan Pulau Ular dari penguasaan Rusia.

Bodogan adalah howitzer kaliber 155 mm di atas truk yang kompatibel dengan persenjataan artileri Barat yang lebih maju. "Terima kasih juga para mitra asing untuk penyediaan peralatan penghancur," Zaluzhniy. 

Sebuah video yang dibagikan Kementerian Pertahanan Ukraina di Twitter menunjukkan Bodogan dipasangkan dengan drone-drone TB-2 Bayraktar. Video disebut berasal dari serangan yang dilakukan pada 21 Juni 2022. Setelah bom pertama jatuh di laut, video live dari Bayraktar memungkinkan tentara Ukraina dengan cepat mengoreksi bidikannya, mendaratkan bom kedua di area pantai. Bom yang ketiga terlihat jelas sampai ke jantung pulau. 

Ukraina telah menyerang Pulau Ular dengan pesawat tempur dan drone Bayraktar, tapi instalasi sistem rudal darat-ke-udara yang dibangun Rusia di pulau itu membuat Ukraina berpikir ulang untuk mendekati pulau itu. Sementara, artileri Ukraina tak ada yang mampu menjangkau jarak ke pulau tersebut. Bodogan memberi harapan bagi pasukan Ukraina karena kompatibel dengan peluru dan teknologi artileri negara Barat.

Mitra asing Ukraina untuk rebut kembali Pulau Ular

Terima kasih Zaluzhniy kepada 'mitra asing' kemungkinan adalah referensi ke mortir artileri jarak jauh yang disediakan Barat, atau dukungan teknologi roket, untuk akhirnya mereka bisa mencapai sasaran di Pulau Ular. Begitu pulau berada dalam jangkauan artileri, menguasainya menjadi tak lagi posisi yang lebih menguntungkan. Pulau seluas hanya 79 mil persegi tersebut tak menyediakan ruang bagi pasukan Rusia untuk menghindari hujan bom. 

Ukraina juga menerima rudal anti-kapal Harpoon  dari Denmark yang bisa menenggelamkan kapal apapun yang mendekati pulau itu. Pasukan Ukraina berulang kali menggunakannya untuk menyerang pulau dan kapal penyuplainya, menyebabkan korban yang diyakini cukup besar di antara Pasukan Rusia. 

Menurut sumber militer Ukraina, Rusia telah kehilangan antara lain sebuah pos komando, dua sistem rudal darat-ke-udara 9K35 Strela-10, empat kapal patroli Raptor, sebuah wahana pendarat kelas-Serna, dan sebuah helikopter Mi-8 untuk kargo serta tugboat Spasatel Vasily Bekh. 

POPULAR MECHANICS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus