Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

5 Hewan Ini Beraktivitas Mengandalkan Gelombang Bunyi, Tak hanya Lumba-Lumba

Ada berbagai jenis hewan yang mengandalkan gelombang bunyi untuk beraktivitas. Kemampuan itu sonar biologis atau ekolokasi

26 Februari 2022 | 14.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Burung Walet (Wikipedia)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada berbagai jenis hewan yang mengandalkan gelombang bunyi untuk beraktivitas. Kemampuan itu sonar biologis atau ekolokasi. Mengutip Dolphins World, ekolokasi adalah proses mengirimkan gelombang bunyi yang dipantulkan kembali. Hewan laut yang menggunakan kemampuan itu salah satunya lumba-lumba.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekolokasi merupakan kemampuan hewan untuk menemukan objek melalui gelombang bunyi. Di dalam air, gelombang bunyi merambat 4,5 kali lebih cepat daripada di udara. Itu sebabnya, ekolokasi merupakan kemampuan bertahan hidup lumba-lumba.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemampuan ekolokasi lumba-lumba berguna untuk menentukan arah, berburu, dan melindungi diri dari predator. Ekolokasi sangat berguna untuk aktvitas berkomunikasi lumba-lumba di perairan yang keruh atau gelap. Di perairan yang gelap, lumba-lumba tak bisa mengandalkan indra penglihatan. Itu sebabnya, pancaran bunyi  sangat penting untuk kelangsungan hidupnya.

Tak hanya lumba-lumba, ada berbagai hewan di daratan yang mengandalkan kemampuan ekolokasi untuk kelangsungan hidup.

Apa saja?

  • Kelelawar

Kelelawar juga menggunakan kemampuan ekolokasi. Tapi, tak semua spesies kelelawar sama kebutuhannya ketika menggunakan kemampuan sonar biologis, seperti dikutip dari AZ Animals. Microchiroptera, kelelawar (kampret) ini menggunakan ekolokasi untuk berburu. Ada juga spesies Megachiroptera (codot) yang menggunakan kemampuan ekolokasi untuk navigasi. Perbedaan itu dipengaruhi evolusi masing-masing spesies kelelawar.

  • Celurut

Setidaknya ada tiga spesies celurut yang menggunakan kemampuan ekolokasi, yaitu celurut biasa (Sorex araneus), celurut pengembara (Sorex vagrans), dan celurut ekor pendek (Blarina brevicauda). Celurut mengembangkan ekolokasi untuk mengimbangi kemampuan mata di lingkungan yang gelap.

  • Walet

Burung walet hidup dalam kawanan. Spesies burung walet kerdil (Collocalia troglodytes) menggunakan bunyi sonar biologis yang mirip dengan paus dan lumba-lumba untuk menemukan arah, terutama ketika memasuki gua yang gelap.

Burung walet menggunakan kemampuan ekolokasi dalam rentang 1.500 Hertz hingga 5.500 hertz. Itu berarti manusia juga bisa mendengarnya. Walet mengirim enam bunyi per detik. Spesies burung ini mampu secara tepat menentukan rintangan yang dilewati dalam kegelapan.

  • Burung minyak

Burung minyak (Steatornis caripensis) juga menggunakan ekolokasi. Hewan nokturnal yang hidup di Amerika Selatan itu juga hidup di gua, seperti walet. Burung minyak alias oilbirds menggunakan kemampuan sonar biologis untuk mencari tempat bertengger dalam lingkungan yang gelap.

Burung minyak juga berkumpul dalam kawanan besar yang terdiri atas ribuan ekor. Burung ini mampu menempuh perjalanan hingga 241 kilometer dalam sehari untuk mencari makanan. Burung minyak memakan alpukat dan sawit.

  • Aye-aye

Aye-aye (Daubentonia madagascariensis) adalah spesies primata yang hidup di Madagaskar. Keunikan primata ini memiliki gigi seri yang terus tumbuh seperti hewan pengerat. Kemampuan ekolokasi hewan ini tidak langsung bersuara tapi menggunakan jari tengahnya yang sangat panjang dan tipis itu untuk mengetuk ranting pohon. Aye-aye kemudian mendengarkan gema dari rongga tembusan yang digunakan serangga dan belatung.

KAKAK INDRA PURNAMA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus