Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa anak buah kapal (ABK) di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, tidak melaut karena sedang fase bulan purnama. Fenomena ini umumnya berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum. Ini juga berdampak banjir pesisir atau banjir rob di wilayah pesisir utara Jakarta.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah meminta warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta, termasuk Penjaringan mewaspadai dampak pasang maksimum air laut pada 21 sampai 27 Januari 2024.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Aji, informasi Peringatan Potensi Banjir Pesisir atau banjir rob telah dikeluarkan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Maritim Tanjung Priok.
"Kami minta warga wilayah pesisir utara Jakarta waspada,” katanya dalam keterangan resmi, Ahad, 21 Januari 2024.
Menanggapi fase bulan purnama yang menimbulkan pasang air laut maksimum tersebut. Lantas, apa itu fase bulan purnama?
Dikutip dari modul Bumi Dan Antariksa oleh Harlinda Syofyan dari Universitas Esa Unggul, fase bulan purnama atau full moon terjadi ketika bulan berada pada sisi berlawanan dengan bumi, sehingga cahaya matahari sepenuhnya terkirim ke bulan. Fase ini terjadi di hari keempat belas, ketika bulan berada pada posisi 180 derajat. Pada fase ini bulan terlihat seperti lingkaran penuh atau sering dikenal dengan istilah bulan purnama.
Bulan purnama juga terjadi ketika posisi kedudukan bumi berada di antara bulan dan matahari dalam keadaan satu garis lurus. Seluruh sisi bulan yang diterangi matahari menjadi terlihat bulat utuh dan sangat terang. Belahan Bumi yang mengalami fase malam akan melihat bentuk bulan bulat sempurna.
Dikutip dari Antara, fase bulan purnama yang bersamaan dengan perigee atau jarak terdekat bulan ke bumi menyebabkan ketinggian pasang air laut. Fenomena ini berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir. Adapun diantaranya adalah bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, tambak garam dan perikanan darat.
Selain pelabuhan dan pesisir, fase bulan purnama juga berpengaruh bagi nelayan. Adapun dampaknya sebagai berikut.
1. Hasil tangkapan nelayan buruk
Masih merujuk dari modul Bumi Dan Antariksa, cahaya bulan purnama membuat ikan bermigrasi ke tempat yang lebih gelap. Atau lebih dalam dan cenderung menjauh dari predatornya. Kondisi ini menyulitkan nelayan dalam menangkap ikan karena keberadaan ikan tidak dapat dijangkau oleh jaring.
2. Faktor keselamatan
Bulan purnama dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Selama bulan purnama matahari dan bulan sejajar dengan bumi, sehingga gaya gravitasinya bergabung. Ini menyebabkan gelombang di lautan menjadi lebih tinggi. Oleh karenanya, para nelayan cenderung lebih memilih untuk beristirahat saat hari-hari munculnya bulan purnama.
3. Ikan menyebar
Dikutip dari jurnal Hasil Tangkapan Bagan Berdasarkan Umur Bulan Di Perairan Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, cahaya bulan purnama akan menyebar di permukaan perairan, sehingga ikan pun akan ikut menyebar. Hal ini menyebabkan nelayan sulit untuk melakukan penangkapan, karena ikan tidak terkumpul ke dalam satu areal tangkapan. Terang bulan purnama juga menyebabkan ikan-ikan memperluaskan daerahnya sehingga kepadatanya berkurang.
4. Terjadi pasang purnama
Pasang purnama merupakan pasang yang paling tinggi selama periode satu siklus pasang surut air laut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh posisi bumi, bulan dan matahari yang berada pada satu garis lurus. Fenomena ini membuat gaya tarik gravitasi yang diberikan oleh bulan dan bumi saling bertambah, sehingga air laut mengalami kenaikan yang lebih tinggi.
KHUMAR MAHENDRA | MUTIA YUANTISYA | RECHA TIARA DERMAWAN | MOHAMMAD HATTA MUARABAGJA
Pilihan Editor: Supermoon, Nelayan Takut Melaut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini