Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Tim dari Amerika dan Cina Teliti Kandidat Filum Baru Mikroba dari Tanah Dalam

Mikroba yang hidup di tanah dalam ini diklasifikasikan ke dalam kandidat filum baru bernama CSP1-3, bukan sekadar spesies baru.

16 April 2025 | 07.31 WIB

Ilustrasi mikroba. Shutterstock
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi mikroba. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Amerika Serikat dan Cina mencoba menelanjangi sebuah temuan yang menjadi kandidat filum baru mikroba--bukan sekadar spesies baru. Mikroba yang hidup di tanah dalam ini diklasifikasikan ke dalam kandidat filum baru bernama CSP1-3, yang menjadikannya cabang kehidupan mikroba yang sepenuhnya berbeda dari yang telah dikenali selama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari artikelnya yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 18 Maret 2025 lalu, tim menganalisis sampel tanah dalam dari Iowa, Amerika Serikat, serta Yangling dan Changwu di Cina dalam penelitiannya tersebut. Sebagai catatan, lingkungan tanah dalam selama ini dianggap terbaikan di antara Zona Kritikal lainnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Adapun Zona Kritikal didefinisikan membentang dari puncak pepohonan hingga ratusan meter ke dalam tanah, sebagai zona yang mengatur proses penting seperti pembentukan tanah, siklus air, dan siklus nutrisi yang sangat vital bagi produksi pangan, kualitas air, dan kesehatan ekosistem.

Tim peneliti melacak jejak evolusi mikroba tersebut melalui ekstraksi DNA dan menemukan bahwa nenek moyangnya berasal dari lingkungan perairan seperti air tawar dan mata air panas. Analisis DNA sejalan dengan temuan pertama yang mendapati mikroba ini dalam sistem geotermal di Yellowstone National Park, Amerika Serikat, pada 2006. Saat itu mikroba terdeteksi menggunakan teknik sekuensing gen 16S rRNA. 

Setelah jutaan tahun, mikroba itu diduga beradaptasi dan berpindah ke tanah, sebelum masuk ke lapisan-lapisan yang lebih dalam. Transisi dari lingkungan air ke daratan itu terhubung dengan ekspansi genom pada mikroba, termasuk yang dibutuhkannya untuk metabolime karbohidrat dan energi.

“Sebagian besar orang mungkin mengira organisme-organisme ini hanya seperti spora atau dalam keadaan dorman,” kata James Tiedje, dari Center for Microbial Ecology, Michigan State University, AS, kepada Earth.com. Namun, Tiedje menambahkan, "Hasil analisis DNA menunjukkan bahwa mikroba ini justru aktif dan tetap tumbuh meski sangat lambat."

Dalam beberapa sampel, keberadaan CSP1-3 ditemukan mencapai lebih dari 50 persen dari komunitas mikroba lainnya. “Saya percaya ini terjadi karena tanah dalam adalah lingkungan yang sangat berbeda, dan kelompok organisme ini telah berevolusi selama waktu yang sangat lama untuk beradaptasi dengan lingkungan tanah yang miskin ini,” tutur ahli mikrobiologi yang juga bekerja bersama sebagian anggota tim peneliti lainnya di Pusat Riset Ekologi Mikroba Tanah dan Produktivitas Keberlanjutan Tanah di Daratan Kering, Universitas Barat Laut A&F, Shaanxi, Cina.

Mikroba juga diketahui berperan besar dalam menyaring air tanah. Saat air hujan meresap ke bawah, CSP1-3 membantu menguraikan sisa karbon dan nitrogen dari lapisan tanah atas, sehingga meningkatkan kualitas air yang akan masuk ke akuifer. Karenanya Tiedje menyebut CSP1-3 sebagai ‘pemulung’ yang membersihkan sisa-sisa yang lolos dari lapisan tanah atas. Atau, dalam artikel di jurnal, disebutkan berperan luas dalam siklus karbon, nitrogen, dan sulfur. “Mereka punya tugas yang sangat penting dalam ekosistem,” ujar Teidje.

Selanjutnya, tim peneliti akan membiakkan CSP1-3 di laboratorium. Usaha ini menantang karena kondisi lingkungan tanah dalam sulit ditiru. Berdasarkan petunjuk asal-usul mikroba ini yang pernah hidup di mata air panas, Tiedje dkk bereksperimen menggunakan suhu tinggi untuk mendorong pertumbuhannya.

“Fisiologi CSP1-3, yang digerakkan oleh biokimia mereka, berbeda. Jadi mungkin ada gen-gen menarik yang bisa bermanfaat untuk tujuan lain,” kata Tiedje tentang tujuan pembiakan. Dia menyebut contoh kemampuan mikroba dalam mengurai polutan yang sulit. "Jika kita bisa mengetahuinya, itu bisa membantu menyelesaikan salah satu masalah paling mendesak di Bumi.”

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus