Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Apa Jenis Rompi Antipeluru yang akan Digunakan Jokowi ke Ukraina dan Rusia?

Paspampres menyiapkan sejumlah perlengkapan keamanan untuk Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia. Beberapa di antaranya helm dan rompi antipeluru.

24 Juni 2022 | 16.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Paspampres telah menyiapkan sejumlah perlengkapan keamanan untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Ukraina dan Rusia. Pihak Ukraina memberikan keleluasaan kepada Paspampres untuk membawa perlengkapan yang diperlukan. Beberapa di antaranya yaitu helm dan rompi antipeluru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Perlengkapan pun sudah kami siapkan, helm, rompi, yang kemungkinan kalau memang berkenan digunakan untuk kegiatan di sana, kita juga sudah siapkan semuanya,” kata Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres), Mayor Jenderal TNI Tri Budi Utomo kepada Tempo.co, Kamis, 23 Juni 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip laman tribratanews.kepri.polri.go.id, rompi anti peluru atau balistic body armour merupakan rompi untuk melindungi bagian tubuh seperti dada, perut, dan punggung. Sesuai namanya, rompi ini melindungi pemakainya dari proyektil peluru maupun serpihan dari ledakan granat. Biasanya dipakai oleh polisi, tentara, pasukan keamanan. Selain itu juga dikenakan oleh orang-orang yang berisiko tinggi menjadi sasaran tembak seperti kepala negara, agen rahasia, polisi atau personil militer dan pasukan pengaman lainnya.

Apa yang disebut rompi anti peluru sekarang merupakan versi modern dari zirah pada zaman dahulu. Dalam perkembangannya, zirah berkembang dari sekadar pakaian berbahan dasar kulit tebal, misalnya kulit trenggiling, kemudian lempengan logam yang dibentuk sesuai tubuh seperti kuiras. Modern ini rompi dibuat dari kevlar, yakni suatu serat sintesis sekuat baja. Karena berat, kemudian dibuatlah beberapa modifikasi dengan berbagai bahan, seperti wol, agar ringan dan nyaman dipakai.

Sebelum bahan sintetis ditemukan, orang zaman dahulu menggunakan berbagai bahan untuk membuat baju pelindung perang. Zirah pada awalnya terbuat dari kulit hewan yang tebal. Kulit yang tebal diharapkan dapat meredam serangan dan goresan ringan. Namun bahan ini sama sekali tidak berguna untuk mengatasi tebasan dan tusukan langsung.

Seiring berkembangnya zaman dan manusia telah dapat mengolah logam. Baju zirah kemudian dibuat lebih fleksibel dari rantai. Cincin-cincin logam disambung dan dijalin membentuk kaus. Rompi ini disebut hauberk dan banyak digunakan oleh orang-orang Gaul (Perancis modern), Keltik, dan Jerman kuno. Pada awal Republik Romawi, hauberk juga digunakan sebagai seragam standar. Namun rompi ini cenderung pecah terhadap tusukan, atau bahkan jika menghadapi tebasan yang cukup kuat.

Selain zirah rantai, berkembang pula zirah sisik. Baju zirah ini umum digunakan secara luas di Tiongkok, Persia, dan Bizantium. Biasanya dibuat dari potongan logam berbentuk segi empat, segi lima atau bulat yang dijahit saling bertumpuk satu sama lain ke sepotong kulit. Zirah ini menawarkan perlindungan yang lebih baik ketimbang zirah rantai. Sehingga lebih populer digunakan pada masa Romawi.

Di Eropa juga populer zirah lempeng. Zirah ini terbuat dari lempengan besi untuk menutupi seluruh bagian perut, dada dan bahu. Meski terlihat berat, sebenarnya beban yang dihasilkan zirah lempeng tak lebih dari 20 kilogram. Uniknya zirah lempeng ini adalah biasanya didesain menyerupai otot perut, disebut juga dengan nama Lorica segmentata. Sehingga pemakaiannya akan tampak gagah. Zirah seperti ini banyak digunakan oleh petinggi dan bangsawan Yunani dan Romawi.

Mengutip publikasi di smallwarsjournal.com, baju zirah modern mulai berkembang pada abad ke-16, di mana banyak tentara yang menggunakan senapan. Militer di era ini berupaya mencari berbagai macam bentuk rompi anti peluru yang dapat melindungi tubuh dari tembakan lawan.

Awalnya, bahan rompi diwariskan dari bahan zirah orang terdahulu, yakni dari logam. Namun logam tak terlalu baik dalam membelokkan atau menyerap energi dari tembakan senjata. Cikal bakal rompi anti peluru modern dimulai ketika Jepang menemukan inovasi dengan menggunakan baju besi lunak. Tentara Jepang melapisi baju besi mereka dengan lapisan sutra. Hal inilah yang menjadi dasar baju perang modern di dunia.

Modern ini, rompi anti peluru lolos uji standar keamanan perlindungan balistik dari US National Institute of Justice (NIJ). NIJ merupakan pemegang standardisasi pelindung tubuh terpercaya. Mengutip dokumen Lib.kemenperin.go.id, prinsip kerja rompi anti peluru adalah mengurangi sebanyak mungkin lontaran energi kinetik peluru.

Panel atau lapisan rompi mengalami deformasi yang menekan ke arah dalam (shock wave). Tekanan ke dalam ini akan diteruskan sehingga mengenai tubuh pengguna. Untuk itu, batas maksimal penekanan ke dalam menurut standar NIJ tidak boleh lebih dari 4,4 sentimeter. Jika batasan tersebut dilewati, maka pengguna baju akan mengalami luka dalam (internal organs injuries), yang akan membahayakan keselamatan jiwa.

Klasifikasi Rompi Antipeluru

Secara umum, rompi anti peluru terdiri dari dua tipe berbeda yakni hard atau keras dan soft atau lembut. Rompi anti peluru ‘soft’ dirancang untuk melindungi sebagian besar senjata genggam dan amunisi senjata kecil. Sedangkan rompi anti peluru ‘hard’ dirancang untuk menghentikan putaran amunisi kaliber besar seperti dari senapan serbu dan senapan mesin ringan. NIJ mengklasifikasikan kekuatan pelindung tubuh berdasarkan NIJ Levels Ballistic, yaitu:

1. NIJ Level IIa
Areal kepadatan 3.5 kg/m dengan ketebalan 4 milimeter, mampu menahan tembakan senjata dengan amunisi kaliber 9mm.

2. NIJ Level II
Areal kepadatan 4.2 kg/m dengan ketebalan 5 milimeter, mampu menahan tembakan senjata dengan amunisi kaliber 9mm

3. NIJ Level IIIa
Areal kepadatan 5.9 kg/m dengan ketebalan 6 milimeter, mampu menahan tembakan senjata dengan amunisi kaliber 9mm dan 44 Magnum.

4. NIJ Level III
Areal kepadatan 25.9 kg/m dengan ketebalan 6 milimeter, mampu menahan tembakan senjata dengan amunisi kaliber 9mm, 44 Magnum, 5.56 mm dan 7.62 mm Nato.

5. NIJ Level IV
Areal kepadatan 5.9 kg/m dengan ketebalan 6 milimeter, rompi antipeluru mampu menahan tembakan senjata dengan amunisi kaliber 9mm, 44 Magnum, 5.56 mm dan 7.62 mm Nato dan caliber 30 Armour piercing (M2 AP).

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus