Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Bagaimana Cara Mossad Meledakkan Ribuan Pager di Lebanon?

Ribuan pager di Lebanan meledak dalam waktu bersamaan setelah diretas oleh agen mata-mata Israel, Mossad.

20 September 2024 | 09.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Belasan orang tewas dan hampir 3.000 lainnya luka-luka akibat ledakan sekitar 5.000 pager di seantero Lebanon pada Selasa, 17 September 2024. Alat penyeranta itu diduga meledak setelah diretas oleh agen mata-mata Israel, Mossad. Targetnya adalah anggota Hizbullah, namun Duta Besar Iran untuk Lebanon juga menjadi korban. Lantas, bagaimana Mossad meledakkan ribuan pager?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ditanami bahan peledak dan diretas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alat penyeranta itu diduga ditanami bahan peledak oleh Mossad. Bahan peledak ini ditanam di pager buatan Taiwan yang dipesan oleh Hizbullah beberapa bulan lalu. Mossad disebut menyuntikkan papan ke dalam perangkat yang berisi bahan peledak dan menerima kode.

“Sangat sulit untuk mendeteksinya melalui cara apa pun. Bahkan dengan perangkat atau pemindai apa pun,” kata sebuah sumber.

Elijah Magnier, seorang analis militer dan politik, menjelaskan bagaimana pager yang digunakan dalam serangan terhadap anggota Hizbullah dibobol. Menurut dia, ada bahan peledak–sejenis PETN–yang tertanam di dalam sirkuit elektronik pager.

“Menunjukkan keahlian teknis tingkat lanjut dan keterlibatan badan intelijen tingkat negara,” kata Magnier kepada Al Jazeera dari Brussels.

Pengiriman pager tersebut tidak langsung ke Lebanon, karena Lebanon dilarang menerima perangkat semacam ini, dan berhenti di pelabuhan terdekat selama tiga bulan. Dan menurut penyelidikan Hizbullah, itu adalah waktu yang cukup bagi Israel untuk menanam bahan peledak yang sangat mudah meledak.

Jaringan radio yang diandalkan oleh pager juga telah diretas. Sehingga memungkinkan sistem memancarkan sinyal yang memicu respons dalam pager tersebut.

“Menurut saya yang terjadi adalah setiap (anggota) Hizbullah yang berada pada level tertentu diserang,” kata analis data Ralph Baydoun.

Ledakan pager disebut untuk melacak keberadaan Hisbullah

Menurut Bayfoun, Israel tidak perlu mengetahui nama siapa pun yang menerima sinyal yang telah diretas. Namun Israel dapat mengumpulkan informasi intelijen yang berharga setelah ledakan terjadi. Jika mereka menyalakan satelit, mereka akan mengetahui nama dan lokasi semua anggota yang diserang segera setelah mereka meminta bantuan.

“Mereka akan mengungkapkan lokasi (mereka),” ujar Baydoun.

Analis lain, seperti mantan perwira tentara Inggris dan ahli senjata kimia Hamish de Bretton-Gordon, memperkirakan bahwa pager Hizbullah mungkin telah diretas sepanjang rantai pasokan dan dipasang agar meledak sesuai perintah.

Penyebab pager bisa meledak

Secara konvensional, pager tidak dapat meledak akibat galat. Ledakan dapat dipicu dengan terjadinya pemanasan terhadap baterai litium yang digunakan. Proses yang disebut thermal runaway ini pada dasarnya merupakan reaksi berantai kimia yang menyebabkan peningkatan suhu. Dan akhirnya, menyebabkan ledakan hebat pada baterai.

Namun memicu reaksi berantai dalam beberapa perangkat yang belum pernah terhubung ke internet bukanlah hal yang mudah. Baydoun berspekulasi bahwa keadaan tersebut kemungkinan besar merupakan pemicu yang dimasukkan ke pager melalui kode yang direkayasa.

“Harus ada bug di pager itu sendiri sehingga pager tersebut akan menjadi terlalu panas akibat keadaan tertentu,” katanya.

Mekanisme meledaknya pager

Berbagai media melaporkan bahwa ribuan pager meledak setelah menerima “pesan rahasia”. Magnier pun menjelaskan bagaimana ledakan itu terjadi.

Menurut dia, Israel melakukannya adalah dengan mengirimkan pesan “bermasalah” ke pager. Pesan tersebut dikirim hingga tiga kali. Kata dia, orang-orang perlu melihatnya karena pager terus bergetar. Saat diperiksa itulah pager meledak.

“Inilah sebabnya mengapa lebih dari 300 orang kehilangan kedua tangannya dan banyak lainnya kehilangan satu atau dua mata, sementara 150 lainnya kehilangan sebagian perutnya.”

DEWI RINA CAHYANI | SITA PLANASARI | AL JAZEERA | SKY NEWS | REUTERS

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus