Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Baterai Cair Tahan Lama

29 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemampuan menyimpan daya masih menjadi tantangan besar dalam pene­rapan energi terbarukan. Donald Sadoway, profesor kimia, dan tim peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Amerika Serikat, mengembangkan sistem baterai cair yang panjang umur lagi pula murah. "Baterai ini bisa membuat listrik energi angin dan energi surya lebih kompetitif," kata Sadoway.

Baterai ini terdiri atas lapisan bahan cair, yang kepadatannya bervariasi, dan lapisan terpisah secara alami, seperti minyak dan air. Tim sebelumnya membuat prototipe baterai cair dengan magnesium dan unsur yang disebut antimon. Dengan versi terbaru ini, tim telah membuat baterai litium dengan antimon yang dicampur timbel.

Hasilnya, ada beberapa keunggulan dibanding pendahulunya. Pencampuran antimon membuat biaya bisa ditekan. Plus, baterai dapat disimpan pada suhu yang lebih rendah. Kombinasi material itu mampu mengurangi suhu operasi menjadi 450 derajat Celsius, dibanding sebelumnya yang mencapai 700 derajat Celsius.

Saat ini sudah ada baterai solid yang dijual untuk menyimpan energi dari panel surya. Baterai itu sebagian besar digunakan di rumah tinggal. Namun baterai solid itu mahal dan kurang efisien dibandingkan dengan fasilitas energi surya yang dibuat. Tim MIT berpikir baterai cair menjadi alternatif yang baik. Baterai cair mungkin lebih mudah dan lebih murah untuk diproduksi dalam ukuran yang lebih besar dan diperkirakan bertahan lebih lama daripada baterai padat.

Sadoway dan timnya bahkan melakukan tes daya tahan, pengisian, dan pemakaian baterai cair dalam 1.800 jam. Dari data itu, ia memprediksi bahwa baterai hanya akan kehilangan 15 persen dari kapasitasnya setelah 10 tahun penggunaan sehari-hari. "Efisiensinya bahkan bisa mencapai 70 persen," kata Sadoway.

Insinyur MIT ini masih berupaya menyempurnakan penelitiannya mengingat pentingnya penyimpanan energi surya dan angin, misalnya untuk kebutuhan listrik pada malam hari. Selain itu, adanya kelebihan produksi energi surya pada siang hari yang membuat listrik yang berharga tersebut terbuang percuma. Penelitian tim ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus