Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah unggahan video berdurasi satu menit di media sosial Facebook menarasikan Bumi akan mengalami kegelapan selama 72 jam atau 3 hari mulai dari 8 April 2024. Dalam unggahan itu dinarasikan akibat dari fenomena Bumi yang akan melewati "Sabuk Foton". Saat momen itu, tidak ada cahaya Matahari ataupun Bulan di permukaan Bumi. Karena itu masyarakat disarankan untuk menyediakan stok makanan, air, hingga lilin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lantas, benarkah unggahan tersebut?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahli Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa informasi yang beredar tersebut adalah keliru, termasuk juga istilah Photon Belt atau Sabuk Foton yang tidak diakui dalam ilmu sains.
Thomas menyebut fenomena yang justru akan terjadi pada 8 April mendatang merupakan gerhana matahari cincin yang akan dirasakan di beberapa negara, di antaranya Kanada dan Amerika Serikat. Saat gerhana matahari cincin, puncak hanya mengakibatkan minimnya cahaya. Namun, dalam tempo sementara.
Gerhana matahari terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi sejajar, baik seluruhnya maupun sebagian. Bergantung pada keselarasannya, gerhana memberikan pemandangan Matahari atau Bulan yang unik dan menarik.
Gerhana matahari terjadi ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, menimbulkan bayangan di Bumi yang menghalangi seluruh atau sebagian cahaya Matahari di beberapa area. Hal ini hanya terjadi sesekali, karena Bulan tidak mengorbit pada bidang yang sama persis seperti Matahari dan Bumi. Waktu sejajarnya disebut musim gerhana yang terjadi dua kali dalam setahun.
Kecuali momen totalitas yang terjadi selama gerhana matahari total, pengamat harus selalu menggunakan kacamata gerhana atau metode pengamatan matahari alternatif yang aman, seperti proyektor lubang jarum untuk melihat Matahari. Termasuk saat menyaksikan gerhana sebagian atau cincin, atau sebelum atau sesudah gerhana matahari total.
Dikutip dari laman NASA, gerhana matahari cincin terjadi ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi, namun berada pada atau dekat titik terjauhnya dari Bumi. Karena jarak Bulan dari Bumi, Bulan tampak lebih kecil dari Matahari dan tidak menutupi Matahari seluruhnya. Akibatnya, Bulan tampak sebagai piringan gelap di atas piringan terang yang lebih besar, sehingga menciptakan apa yang tampak seperti cincin yang mengelilingi Bulan.
Dilansir dari Space, gerhana matahari cincin terjadi ketika Bulan menutupi pusat Matahari kecuali tepi terluar matahari yang tetap terlihat, sehingga membentuk cincin api di sekitar Bulan. Istilah annular berasal dari kata Latin annulus yang berarti cincin. Sebutan gerhana matahari cincin ini merujuk pada titik tergelap atau maksimum yang dapat terlihat dari suatu lokasi.
ANTARA
Pilihan Editor: Saran buat Pengendara di Jalan saat Terjadi Gerhana Matahari